visitaaponce.com

Hadapi Kemarau, Cianjur Kejar Perbaikan Jaringan Irigasi Rusak

Hadapi Kemarau, Cianjur Kejar Perbaikan Jaringan Irigasi Rusak
Ilustrasi irigasi(Dok Balai teknik Irigasi Kementerian PU-PR)

TAK sedikit bangunan infrastruktur irigasi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang kondisinya rusak. Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang setempat pun terus berupaya memperbaikinya.

Kepala Dinas PUTR Kabupaten Cianjur, Eri Rihandiar, menuturkan akselerasi perbaikan infrastruktur irigasi hingga saat ini terus dilakukan. Upaya itu mengingat karena irigasi sangat diperlukan sebagai sarana mendukung sektor pertanian.

"Kita sedang mengejar kinerja jaringan irigasi di Kabupaten Cianjur," kata Eri, Kamis (22/6).

Baca juga : Krisis Air Meluas, Warga Tasikmalaya Mengeluh belum Ada Bantuan Pemerintah

Di tengah kondisi kemarau sekarang ini, kata Eri, upaya perbaikan jaringan irigasi penting dilakukan. Sebab, keberadaannya menjadi hal utama memasok air bagi lahan persawahan.

"Meskipun ada sebagiannya yang perlu perbaikan, tapi sejauh ini pasokan air masih cukup normal. Ini juga tak terlepas karena memang pada masa tanam sekarang sudah diperhitungkan dengan kondisi cuaca," terang Eri.

Baca juga : Begini Upaya Kementan Antisipasi Kekeringan Dampak Fenomena El Nino

Kerusakan infrastruktur jaringan irigasi disebabkan berbagai faktor. Salah satunya karena faktor bencana serta usia teknis bangunan. "Penyebabnya karena faktor bencana dan usia teknis bangunan," tegasnya.

Kabupaten Cianjur memiliki kewenangan pengelolaan sebanyak lebih kurang 164 titik jaringan irigasi. Lokasinya tersebar di berbagai kecamatan.

Kepala UPTD Pelayanan Infrastruktur Irigasi Wilayah V Sukanagara, MM Kurniawan, mengaku hasil pantauan di lapangan serta laporan dari petugas pintu air, hingga saat ini permukaan air masih di ambang batas normal. Berdasarkan masa tanam (MT) II, pasokan air diperkirakan cukup hingga musim panen.

"Sejauh ini (debit air) masih cukup bagus. Sementara hingga saat ini belum ada informasi kekurangan atau penyusutan debit, sebab berdasarkan penghitungan MT II, air masih bertahan sampai masa panen," kata Kurniawan.

Kurniawan menuturkan, pada MT II tahun ini rata-rata lahan pertanian, terutama sawah, hampir semua tidak ditanami padi. Hal itu lantaran sudah diperhitungkan kondisi potensi kerawanan kekeringan.

"Biasanya di daerah-daerah irigasi itu lahan persawahan yang ditanami padi sekitar 70%-80%. Para petani sudah memperhitungkan dengan kondisi cuaca yang pada MT II situasi dan kondisinya rawan kekeringan," pungkasnya. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat