visitaaponce.com

Daftar Bendungan Terbesar di Indonesia

Daftar Bendungan Terbesar di Indonesia
Waduk Jatiluhur.(MI/Ramdani)

BENDUNGAN, sebagai infrastruktur kunci di Indonesia, memainkan peran yang sangat vital dalam menghadapi tantangan terkait sumber daya air dan lingkungan. Melibatkan struktur beragam, termasuk urugan tanah, urugan batu, dan beton. Bendungan bukan hanya merupakan penopang keberlanjutan hidup, tetapi juga menjadi bagian integral dari upaya pelestarian lingkungan.

Menurut Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), peran bendungan tidak hanya terbatas pada pengendalian dan penampungan air. Bendungan juga dapat didesain untuk menangani limbah tambang atau menampung lumpur, membentuk waduk yang berkontribusi pada manajemen berkelanjutan sumber daya alam.

Indonesia, sebagai negara maritim, memiliki sebagian besar wilayah yang dikelilingi oleh laut atau perairan yang lebih luas daripada daratan. Kondisi geografis ini memicu pembangunan sejumlah besar bendungan yang dirancang dengan berbagai ukuran luas dan kedalaman, mengakomodasi volume debit air yang beragam.

Baca juga: BRIN Garap Pengembangan Jalur Migrasi Ikan Air Tawar

Peran strategis bendungan tidak hanya terlihat dari segi teknis, tetapi juga dalam konteks pelestarian lingkungan dan ketahanan air. Mereka menjadi sarana penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem air, memainkan peran sentral dalam menyediakan sumber air bersih, mengendalikan banjir, dan mendukung keberlanjutan pertanian.

Seiring dengan itu, berikut adalah penjelasan mendalam mengenai beberapa bendungan terbesar di Indonesia yang menjadi pilar utama dalam manajemen sumber daya air.

Baca juga: Minuman-Minuman Ini Dapat Menurunkan Kadar Gula Darah Tinggi

10 Bendungan Terbesar di Indonesia

1. Bendungan Gajah Mungkur

Bendungan Gajah Mungkur, yang terletak di Wonogiri, Jawa Tengah, merupakan salah satu bendungan terbesar di wilayah tersebut. Dengan luas mencapai 9.100 hektare, bendungan ini menjadi simbol penting dalam pengelolaan sumber daya air di Indonesia. Pada 17 November 1981, Presiden Soeharto secara resmi meresmikan Bendungan Gajah Mungkur, menandai awal dari peran strategisnya dalam mendukung pembangunan dan pengelolaan air di Jawa Tengah.

Dengan perencanaan yang matang, Bendungan Gajah Mungkur dirancang untuk mampu berfungsi dan bertahan selama 100 tahun. Kapasitasnya yang mencapai 750 meter kubik air menjadikannya sebagai salah satu infrastruktur penampungan air yang signifikan. Saat ini, fungsi bendungan ini telah berkembang menjadi pencegah banjir, penyedia air untuk irigasi pertanian, dan destinasi wisata yang menarik.

Bendungan Gajah Mungkur bukan hanya sekadar struktur teknis, tetapi juga menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat setempat. Air yang disediakan bendungan ini tidak hanya mendukung pertanian, tetapi juga menyediakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari penduduk sekitar. Selain itu, keindahan alam di sekitar bendungan menjadikannya sebagai tempat rekreasi yang populer, menarik wisatawan dari berbagai daerah untuk menikmati panorama yang menakjubkan.

2. Bendungan Batutegi

Bendungan Batutegi, yang terletak di Pekon Batu Tegi, Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung, memiliki peran yang signifikan dalam mendukung kebutuhan air di wilayah tersebut. Dengan luas mencapai 3.560 hektare antara dua bukit, bendungan ini menjadi bagian integral dari infrastruktur pengelolaan air di Lampung. Diresmikan tahun 2022, proyek yang dirampungkan selama 8 tahun ini menjadi sumber air minum bagi masyarakat di sekitarnya.

Bendungan Batutegi tidak hanya berfungsi sebagai penyedia air minum, tetapi juga menjadi daya tarik pariwisata di daerah tersebut. Keindahan alam sekitar dan atmosfer damai yang ditawarkannya menjadikannya sebagai tempat yang ideal untuk rekreasi dan bersantai. Dengan demikian, Bendungan Batutegi tidak hanya memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap sektor pariwisata lokal.

3. Bendungan Sigura-gura

Bendungan Sigura-gura, yang terletak sekitar 23,3 kilometer dari Danau Toba, Sumatra Utara, memulai pembangunannya tahun 1978 dan rampung tahun 1981. Keunikan dari salah satu bendungan terbesar di Indonesia ini terletak pada lokasinya yang tidak biasa, yakni terletak di bawah permukaan tanah sekitar 200 meter. Pengunjung yang tertarik untuk mengunjungi tempat ini diharuskan melewati terowongan gelap sepanjang satu kilometer sebelum akhirnya dapat mencapai dan menyaksikan megahnya Bendungan Sigura-gura.

4. Bendungan Wonorejo

Beralih ke Jawa Timur, terdapat Bendungan Wonorejo yang terletak di Kabupaten Tulungagung. Bendungan ini tidak hanya memegang peranan penting dalam penyediaan listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), tetapi juga menawarkan potensi wisata yang beragam. Kapasitas penyimpanan air Bendungan Wonorejo mencapai 122 juta meter kubik dengan debit air yang mencapai 15.000 meter kubik per detik, menjadikannya sebagai salah satu bendungan yang signifikan di Jawa Timur.

Selain menjadi sumber listrik yang berkelanjutan, Bendungan Wonorejo juga dijadikan sebagai destinasi wisata yang menarik. Pengunjung dapat menikmati berbagai kegiatan seperti perahu, jet ski, dan pemancingan di danau buatan yang dihasilkan oleh bendungan ini. Tak hanya itu, area sekitar bendungan juga difungsikan sebagai tempat berkemah, memungkinkan para pengunjung untuk merasakan keindahan alam dan kesejukan udara sekitarnya. Dengan demikian, Bendungan Wonorejo tidak hanya menjadi infrastruktur penting, tetapi juga menjadi titik fokus rekreasi bagi masyarakat setempat maupun wisatawan.

5. Bendungan Jatiluhur

Bendungan Jatiluhur, yang terletak strategis di Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, dan Bandung, Jawa Barat, menempati luas area seluas 8.300 hektare. Sejak dibangun pada 1957 di masa pemerintahan Ir Soekarno, bendungan ini telah menjadi salah satu proyek infrastruktur terbesar di Indonesia. Awalnya, pembangunan Bendungan Jatiluhur untuk menyediakan irigasi bagi lahan pertanian seluas 242.000 hektare. Dengan terhubungnya bendungan ini dengan Bendungan Cirata melalui aliran Sungai Citarum, Bendungan Jatiluhur tidak hanya memberikan manfaat untuk pertanian tetapi juga berdampak signifikan terhadap daerah sekitarnya, termasuk DKI Jakarta.

Desain dan perencanaan Bendungan Jatiluhur sebagai waduk terbesar di Indonesia dipimpin Ir Djoeanda dan Ir Soedjatmo, yang menjadikan proyek ini sebagai simbol keberhasilan dalam pengelolaan sumber daya air. Kini, Bendungan Jatiluhur tidak hanya berfungsi sebagai sumber irigasi, juga menyediakan air baku, pembangkit listrik, dan tempat rekreasi bagi masyarakat sekitar.

6. Bendungan Karangkates

Bendungan Karangkates, yang terletak di Malang, Jawa Timur, merupakan proyek monumental yang dimulai tahun 1955 dan memakan waktu dua tahun untuk diselesaikan. Bendungan ini mengandalkan sumber air dari Sungai Brantas yang melintasi beberapa kota di provinsi Jawa Timur. Dengan luas lahan mencapai 6 hektare, Bendungan Karangkates tidak hanya berfungsi sebagai PLTA yang menghasilkan sekitar 400 Kwh listrik setiap tahunnya, tetapi juga menjadi penyangga banjir, mengoptimalkan pengelolaan air untuk pertanian, dan merubah sekitarnya menjadi destinasi wisata yang populer.

Masyarakat Malang dan sekitarnya memandang Bendungan Karangkates bukan hanya sebagai infrastruktur vital, tetapi juga sebagai bagian dari keindahan alam yang dapat dinikmati bersama keluarga. Seiring berjalannya waktu, peran bendungan ini semakin berkembang, mencerminkan peran pentingnya dalam pembangunan berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat setempat.

7. Bendungan Kedung Ombo

Pembangunan Bendungan Kedung Ombo dimulai tahun 1980 dengan luas genangan mencapai 6.570 hektare. Terletak di tiga kabupaten di Jawa Tengah, yakni Sragen, Grobogan, dan Boyolali, bendungan ini menjadi pusat perhatian karena keterlibatan dalam konflik pembebasan lahan pada era Orde Baru. Proyek ini menciptakan gesekan antara pemerintah dan masyarakat di sekitarnya, terutama terkait dengan pemindahan penduduk dan dampak lingkungan yang mungkin timbul.

Selama proses pembangunan Bendungan Kedung Ombo, masyarakat sekitar seringkali menjadi pihak yang terdampak secara langsung. Konflik pembebasan lahan mencuat karena perbedaan pandangan antara pemerintah dan warga setempat terkait dengan kompensasi yang dianggap tidak memadai dan dampak negatif terhadap mata pencaharian mereka. Era Orde Baru meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah pembangunan infrastruktur seperti bendungan ini, di mana keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan perlindungan hak-hak masyarakat sering kali menjadi perdebatan sentral.

8. Bendungan Jatigede

Bendungan Jatigede, yang terletak di daerah Majalengka dan Sumedang, Jawa Barat, menjadi bagian integral dari upaya pengelolaan sumber daya air di wilayah tersebut. Dibangun mulai tahun 2008 dan rampung tahun 2015, bendungan ini menampung aliran sungai Cimanuk dan memiliki luas genangan mencapai 4.980 hektare. Rencana pembangunan bendungan ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Hindia Belanda, di mana Pemerintah Hindia Belanda merencanakan tiga waduk di sepanjang Sungai Cimanuk.

Kendati rencana Hindia Belanda tidak terwujud karena tantangan dan kontroversi dari warga sekitar. Pembangunan Bendungan Jatigede kembali diinisiasi pada tahun 1990-an. Saat itu, pemerintah melakukan relokasi masyarakat yang masih tinggal di sekitar area proyek untuk memastikan kelancaran pembangunan. Hal ini menimbulkan pertanyaan etika terkait hak asasi manusia dan kesejahteraan sosial.

Bendungan Jatigede bukan hanya menjadi sarana penyimpanan air, tetapi juga memiliki dampak penting dalam mendukung program ketahanan pangan dan ketersediaan air di tingkat nasional, khususnya di Provinsi Jawa Barat. Meskipun proyek ini memberikan manfaat signifikan, tetap ada tanggapan dan kritik terkait dengan dampak lingkungan dan sosial yang mungkin muncul, serta bagaimana pemerintah mengelola dampak tersebut untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan.

9. Bendungan Riam Kanan

Bendungan Riam Kanan, yang terletak di Kalimantan Selatan, memulai tahapan pembangunannya sejak 1973. Proyek monumental ini, berperan penting dalam menyuplai kebutuhan listrik di seluruh provinsi Kalimantan Selatan. Dengan luas genangan mencapai 8.000 hektare, Bendungan Riam Kanan tidak hanya mengamankan pasokan air untuk keperluan kelistrikan, tetapi juga menjadi penopang utama dalam manajemen air di wilayah tersebut.

Pembangunan Bendungan Riam Kanan tidak hanya mencakup aspek teknis dan teknologi, tetapi juga menimbulkan dampak sosial dan lingkungan. Pemindahan penduduk, pengaruh terhadap mata pencaharian lokal, dan perubahan ekosistem menjadi sejumlah tantangan yang dihadapi selama proses pembangunan ini. Meskipun demikian, manfaat PLTA ini dalam mendukung keberlanjutan dan ketahanan energi di Kalimantan Selatan tetap menjadi fokus utama.

10. Bendungan Tilong

Berada di tengah Desa Noel Nasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Bendungan Tilong menyajikan kontribusi signifikan sebagai salah satu bendungan terbesar di Indonesia. Pembangunan bendungan ini dilaksanakan dengan penuh dedikasi pada rentang waktu 1999-2001. Selain berfungsi sebagai penyedia energi melalui listrik, Bendungan Tilong juga menjadi sumber air bersih bagi penduduk Kupang.

Dengan luas genangan yang mencapai 1.484 hektare, air yang tersimpan di Bendungan Tilong digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk sekitar serta mendukung sektor pertanian melalui pengairan lahan yang luas. Daya tampung air mencapai 19 juta meter kubik, memberikan jaminan keberlanjutan dalam menyediakan sumber daya air bagi kebutuhan masyarakat dan pertanian. (Z-3)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat