visitaaponce.com

Dukung Pengentasan Stunting Suku Baduy, Universitas Indonesia Inisiasi Gerakan Sumbang Gizi di Desa Kanekes

Dukung Pengentasan Stunting Suku Baduy, Universitas Indonesia Inisiasi Gerakan Sumbang Gizi di Desa Kanekes
Plang peringatan untuk memberikan oleh-oleh makanan bergizi pada saat kegiatan Saba Baduy(Dok. FKM UI)

FAKULTAS Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia melakukan kegiatan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk membantu mengatasi permasalahan stunting di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten.

Melalui Gerakan Sumbang Gizi untuk Baduy,  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengajak masyarakat yang berkunjung ke Suku Baduy (Nyaba Baduy) untuk memberikan oleh-oleh makanan bergizi seperti telur untuk mendukung pengentasan stunting di Desa Kanekes. 

“Telur dipilih karena merupakan salah satu makanan bergizi yang memiliki harga relatif murah, mudah didapat, awet disimpan, mudah diolah, serta  memiliki kandungan protein dan vitamin tinggi yang dibutuhkan untuk mengatasi stunting,” kata Wachyu Sulistiadi, Ketua Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Baca juga : Universitas Indonesia Beri Edukasi Penanganan Kasus Stunting di Kota Serang 

Selain memberikan bantuan gizi, tamu juga diarahkan untuk memberikan pendidikan gizi sederhana melalui pola asuh yang ramah adat Baduy selama melakukan kunjungan di wilayah Desa Kanekes tersebut. 

Berdasarkan penelitian Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat pada awal Juni 2021, permasalahan stunting di Suku Baduy tidak terjadi secara mendadak. Terdapat kebiasaan memberikan susu kental manis dan minuman sereal yang menyebabkan permasalahan gizi pada anak-anak di Desa Kanekes.

Makanan modern masuk ke Desa Kanekes melalui interaksi antara masyarakat adat Baduy dengan masyarakat umum dalam kegiatan jual beli atau kunjungan yang biasa disebut Nyaba Baduy. 

Baca juga : Makanan Bergizi Cegah Anak Stunting

Nyaba Baduy yaitu mengunjungi atau bersilaturahmi dengan Suku Baduy. Pada kegiatan tersebut masyarakat umum diperkenankan untuk datang dan ikut tinggal bersama warga Baduy selama beberapa hari. 

Terdapat kebiasaan dimana masyarakat umum membawa makanan sebagai oleh-oleh untuk warga Baduy yang rumahnya mereka tinggali. 

“Artinya, dapat disimpulkan bahwa kegiatan kunjungan masyarakat pada Suku Baduy (Nyaba Baduy) tersebut ternyata merupakan salah satu faktor yang memberikan dampak negatif pada keadaan gizi anak-anak di Desa Kanekes,” ujar Wachyu. 

Baca juga : Keamanan Pangan Bisa Mengantisipasi Stunting

Tim yang diketuai Wachyu dan  beranggotakan Sri Rahayu, Randi Irmayanto beserta mahasiswa Suci Pascaramadhani dan Abraham Theodore, melihat sebuah peluang  kegiatan Nyaba Baduy bisa mendukung pengentasan stunting jika oleh-oleh yang dibawa masyarakat yang berkunjung diubah dari sebelumnya makanan bebas yang berisiko menimbulkan masalah kesehatan, menjadi makanan begizi yang dapat mendukung peningkatan status gizi Suku Baduy. 
 
Penyampaian pesan dan informasi tersebut diterima dan disetujui oleh Kepala Desa dan Perangkat Desa Kanekes. Dengan persetujuan Jaro Pamaréntah, 

Kegiatan pengabdian masyarakat dan pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia itu dilanjutkan dengan membuat plang sebagai himbauan untuk tamu yang datang (Nyaba Baduy) sebagai pengingat agar mereka selalu memberikan makanan yang bergizi sebagai oleh-oleh untuk pengentasan stunting di Desa Kanekes. 

Plang tersebut dipasang di Kampung Keduketug 1 sebagai gerbang masuk utama bagi para tamu yang melakukan kegiatan Nyaba Baduy. 

Kegiatan diakhiri dengan memberikan oleh-oleh telur pada masyarakat adat Baduy Dalam dan Baduy Luar. Telur diberikan pada Jaro di Baduy Dalam dan Baduy Luar untuk selanjutnya disebarkan pada keluarga yang memiliki anak stunting.

“Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dan pemerintah desa Kanekes menilai gerakan sumbang gizi merupakan solusi konkret untuk membantu mengatasi permasalahan stunting yang terjadi pada masyarakat adat Baduy. Solusi tersebut merupakan bentuk penyelesaian masalah kesehatan ‘oleh masyarakat untuk masyarakat’ yang layak diadopsi di wilayah lain yang memiliki karakteristik serupa,” pungkas Wachyu. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat