visitaaponce.com

5.150 Ha Sawah di Jateng Terdampak Kekeringan, Stok Beras Cukup Hingga Akhir Tahun

5.150 Ha Sawah di Jateng Terdampak Kekeringan, Stok Beras Cukup Hingga Akhir Tahun
Ilustrasi - Sejumlah sawah di sepanjang pantura mengalami kekeringan akibat kemarau. Meski begitu stok beras aman.(Antara)

SEBANYAK 5.150,7 hektare sawah di berbagai daerah di Jawa Tengah terdampak kekeringan akibat kemarau panjang. Meski begitu stok beras cukup hingga akhir tahun karena hasil panen selama Januari hingga Agustus 2023 meningkat dibanding periode yang sama tahun 2022.

Kekeringan ribuan hektare sawah di sepanjang pantura Brebes- Rembang, akibat tidak ada air di saluran irigasi dan sungai mengering, serta air waduk/bendungan menyusut.

"Sudah tiga bulan tidak dapat menanam padi karena tidak ada air di saluran irigasi, tanaman lain juga layu dan mati akibat kemarau panjang ini," kata Kusno, 50, petani di Batangan, Kabupaten Pati.

Baca juga: Pemkab Garut Fokus Distribusikan Air Bersih

Senada, Warsi, 55, petani di Karanganyar, Kabupaten Demak mengalihkan sawahnya ke budidaya tanaman yang tidak banyak membutuhkan air, seperti palawija. Untuk memenuhi kebutuhan air, Warsi mengaku  terpaksa membuat sumur maupun membeli air secara patungan. "Setiap pekan sekali harus membeli air Rp150 ribu per tangki untuk menyirami tanaman," imbuhnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah Supriyanto mengatakan melakukan pemetaan dan pengidentifikasi wilayah terdampak kekeringan sebagai akibat kemarau panjang ini, sebanyak 5.150,7 hektare di provinsi ini mulai terdampak kekeringan bahkan Kabupaten Blora, Rembang, Wonogiri dan Kota Semarang masuk dalam kategori sangat kering dan mengalami defisiensi ketersediaan air di bawah 20%.

Baca juga: Kekeringan Akibat El Nino di Klaten Meluas Hingga 13 Desa

Sebagai langkah menjaga ketersediaan pangan, ujar Supriyanto, menghadapi kemarau dan kekeringan ini didorong agar petani lakukan percepatan masa  tanam untuk mengejar sisa hujan dan meningkatkan ketersediaan air melalui pembangunan atau perbaikan embung, parit, sumur dalam, maupun sumur resapan.

Selain itu dalam rangka meringankan beban petani, lanjut Supriyanto, pemerintah provinsi juga menyediaan benih tahan kekeringan, pengembangan pupuk organik terpusat dan dukungan pembiayaan kredit usaha serta  asuransi pertanian juga terus dilakukan. "Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan pertanian," imbuhnya.

Terkait ketersediaan beras, Supriyanto mengungkapkan produksi pertanian terutama padi masih tetap berlanjut. Bahkan ketersediaan gabah kering giling (GKG) diperkirakan masih banyak karena hasil panen Januari-Agustus 2023 surplus.

Berdasarkan data yang ada, menurut Supriyanto, hasil produksi gabah kering giling di Jawa Tengah pada periode Januari-Agustus 2023 sebanyak 7.904.881 ton. Jumlah ini meningkat dibanding periode yang sama tahun 2022 yakni 7.827.850 ton atau meningkat 77.031 ton.

Kepala Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah Sri Broto Rini secara terpisah mengatakan secara perhitungan ketersediaan beras di Jawa Tengah masih mencukupi kebutuhan. Kebutuhan beras setiap bulan di provinsi ini sebanyak 335 ribu ton, sedangkan hasil panen hingga Agustus lalu cukup besar.

"Hasil koordinasi dengan Bulog Jawa Tengah stok beras mencukupi hingga akhir tahun mendatang, bahkan sampai saat ini persediaan beras medium Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikuasai Bulog masih sebanyak 70.401 ton," ujarnya. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat