visitaaponce.com

Waduk Jatiluhur Berada di Level Kritis, Air Susut Sampai 14 Meter

Waduk Jatiluhur Berada di Level Kritis, Air Susut Sampai 14 Meter
Kondisi terkini waduk Jatiluhur di Purwakarta, Jawa Barat.(MI/Reza Sunarya)

KEMARAU panjang, mengakibatkan air di waduk Juanda Jatiluhur Purwakarta,Jawa Barat, terus mengalami penyusutan hingga berada di level kritis.

Tidak adanya pasokan air hujan akibat kemarau panjang, mengakibatkan susutnya sebagian permukaan waduk Jatiluhur terutama di area tanggul ubrug Desa Binong, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta.

Sebagian waduk yang kekeringan dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam khususnya tanaman palawija. "Mumpung airnya surut ya dimanfaakan aja untuk tanaman palawija," kata Cece salah seorang warga sekitar waduk, Rabu (4/10).

Baca juga : Makam Kuno Muncul dari Waduk Gajah Mungkur

Sementara, pengelola waduk Jatiluhur telah menetapkan batas kritis pengelolaan air, di musim kemarau tahun ini di angka 94,44 meter, di atas permukaan laut, atau 94,44 mdpl.

Berdasarkan data hidrologi dari pihak pengelola waduk Jatiluhur, tinggi muka air saat ini telah berada di level benar benar kritis, di angka 93 koma 77 mdpl. Hal ini tentunya sudah turun sangat jauh, sekira 14 meter dari batas elevasi normal maksimal, yakni 107 m-d-p-l.

Baca juga : Separuh Danau dan Waduk Mengering, Miliaran Orang di Dunia Terancam Krisis Air

Pihak pengelola waduk mengatakan, untuk mengatasi kondisi waduk yang mulai kritis, salah satunya dengan teknologi modifikasi cuaca, atau pembuatan hujan buatan. Namun, kapan modifikasi cuaca dilakukan, belum diketahui pasti.

Pemandangan waduk Jatiluhur terkini. (MI/Reza Sunarya)

 

Hemat air bersih

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengimbau pemerintah daerah untuk mengantisipasi debit air karena berkurangnya awan hujan selama el nino berlangsung.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, setiap wilayah memiliki karakteristik berbeda jika terdampak fenomena El Nino.

Ketika fenomena tersebut terjadi di lahan gambut, akan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhurtla). Di beberapa daerah, berkurangnya awan hujan juga menyebabkan kekurangan air bersih.

Penurunan muka air, kata BNPB, terjadi di sejumlah waduk. Bukan hanya waduk Jatiluhur di Jawa Barat, tetapi juga di waduk Gajah Mungkur di Jawa Tengah.

Kemudian, bendungan Katulampa di Jawa Barat terdapat penurunan muka air secara signifikan, artinya sumber mata air di awal titik nol Ciliwung, Citarum sudah turun.

Pada bulan April—Mei, kata dia, telah dilakukan upaya teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk meningkatkan debit air di waduk dan bendung. Namun, hal itu belum cukup untuk pemakaian 2—3 bulan ke depan.

"Jadi, memang kita harus berhemat dalam menggunakan air bersih, dan tentu saja untuk pemerintah daerah yang memerlukan dukungan perangkat atau alat perangkat untuk distribusi air bersih seperti mobil dan lain-lain. BNPB tentu saja, kalau daerah membutuhkan me-request (meminta) dengan status siaga darurat atau tanggap darurat kekeringan, kami akan dukung," kata Abdul.

Dikatakan pula bahwa fenomena El Nino akan diprediksi bertahan hingga Oktober. Sementara itu, TMC hanya bisa dilakukan jika ada pergerakan awan ke wilayah-wilayah target untuk digarami.

Jika tidak ada awan-awan, menurut dia, hanya bisa berharap kedatangan fenomena regional seperti Madden-Julian Oscillation (MJO). (Ant/Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat