visitaaponce.com

Pendapatan Rerata Petani CSA Lombok Tengah Capai Rp 4,8 Juta Per Ha

Pendapatan Rerata Petani CSA Lombok Tengah Capai Rp 4,8 Juta Per Ha
Perwakilan Bank Dunia, Ijsbrand De Jong (keempat dari kanan) di Lombok Tengah, NTB(Ist)

PENDAPATAN rata-rata (rerata) petani penerima manfaat SIMURP yang melaksanakan Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) Program SIMURP di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) meningkat Rp4,8 juta/ha.

Panen padi yang dihasilkan petani CSA lebih tinggi jika dibandingan dengan petani non-CSA di NTB pada daerah irigasi (DI) Jurang Batu dan Jurang Sate di Lombok Tengah.

Hal itu mengacu data analisa usaha tani yang dikumpulkan dari lahan Demplot Scalling Up CSA. Diperkuat data produktivitas yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) Lombok Tengah melalui perhitungan kerangka sampel area (KSA).

Baca juga: Kementan: Produktivitas CSA Jabar Naik 1 Ton Per Hektare Gabah Kering Panen

Pada 2023, hasil sementara meningkat 0,72 ton/ha gabah kering panen (GKP) yakni 5,7 ton/ha GKP di lokasi non-CSA menjadi 6,4 ton di lokasi CSA SIMURP.

Capaian tersebut mengemuka pada Temu Tani CSA SIMURP di Lombok Tengah, NTB pada Rabu [11/10] yang dihadiri perwakilan Bank Dunia (World Bank) Ijsbrand De Jong; Wakil Bupati Lombok Tengah H Nursiah, perwakilan AIIB, David Ginting dan Project Manager SIMURP, Sri Mulyani mewakili Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) BPPSDMP Kementan Bustanul Arifin Caya.

Dari hasil evaluasi kegiatan CSA SIMURP 2022, menunjukan terjadi peningkatan rerata produktivitas di lokasi Demplot CSA di Lombok Tengah sebesar 0,82 ton/ha GKP yakni 5,68 ton/ha di lokasi Non CSA menjadi 6,49 ton/ha di lokasi CSA.

Upaya petani berwawasan CSA sejalan dengan kebijakan dan strategi Kementan bagi petani didampingi penyuluh dari lokasi kegiatan SIMURP untuk berperan aktif mengembangkan produk olahan pertanian sebagai upaya hilirisasi CSA.

Baca juga: Produktivitas Naik, Petani Karawang Apresiasi Dukungan CSA Kementan

Ke depan, dunia akan dihadapkan pada ancaman krisis pangan global, diperkirakan 30% produktivitas pertanian diprediksi akan terus menurun maka Indonesia harus siap mengantisipasi perubahan iklim dan ancaman krisis pangan global melalui implementasi teknologi CSA.

Di tempat terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa goal atau tujuan yang ingin dicapai Program SIMURP adalah meningkatkan ketahanan pangan serta mata pencaharian masyarakat pedesaan, serta meningkatkan pertanian irigasi secara berkelanjutan.

"Seyogyanya kita dapat merumuskan kebijakan untuk langkah-langkah ke depan terutama keberlanjutan dan replikasi kegiatan pemberdayaan petani pasca proyek SIMURP, baik oleh pemerintah pusat dan daerah serta untuk perbaikan pelaksanaan proyek-proyek sejenis di masa-masa yang akan datang,” katanya.

Baca juga: Bank Dunia Akui Keberhasilan Indonesia Implementasi CSA

Dedi Nursyamsi menambahkan, Program SIMURP melalui BPPSDMP Kementan difokuskan pada upaya strategi untuk mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim global melalui CSA untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan Indeks Pertanaman [IP] serta menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Bank Dunia Apresiasi Teknologi CSA

Perwakilan Bank Dunia, Ijsbrand De Jong menyambut baik implementasi teknologi CSA bagi kepentingan petani Indonesia, khususnya daerah irigasi dan daerah rawa pada 24 kabupaten di 10 provinsi, salah satunya Kabupaten Lombok Tengah di NTB.

"Bank Dunia menilai kegiatan SIMURP sangat penting untuk Indonesia terutama bagi petani. Bank Dunia juga apresiasi hasil yang dicapai Program SIMURP di Lombok Tengah, khususnya peningkatan produktivitas dan hilirisasi produk dari KEP dan KWT yang beragam," kata Ijsbrand De Jong yang hadir di NTB didampingi Tara Sinta, Team Leader Program SIMURP pada Bank Dunia.

Kapusluh BPPSDMP Kementan, Bustanul Arifin Caya mengatakan CSA merupakan suatu pendekatan yang mentransformasikan dan orientasi ulang sistem produksi pertanian dan rantai nilai pangan sehingga mampu mendukung pertanian berkelanjutan dan dapat memastikan ketahanan pangan dalam kondisi perubahan iklim.

"Kegiatan CSA SIMURP dilakukan melalui pendekatan Sekolah Lapang berupa Demplot, pertemuan lapang, Bimbingan Teknis dan Farmer Field Day serta pengawalan dan pendampingan oleh penyuluh," kata Bustanul AC dalam sambutannya yang disampaikan Project Manager SIMURP, Sri Mulyani. (RO/S-4)

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat