visitaaponce.com

Sulap Limbah Daun Nanas Jadi Sumber Cuan

Sulap Limbah Daun Nanas Jadi Sumber Cuan
Limbah daun nanas yang selama ini dibuang, berhasil diubah menjadi serat kain yang memiliki nilai yang lebih tinggi lagi.(MI/Dwi Apriani)

RATUSAN helai daun nanas tertumpuk rapi di atas meja bambu di tengah area perkebunan nanas di Desa Patih Galung, Kecamatan Prabumulih Barat, Kota Prabumulih. Daun nanas yang baru dipetik sejumlah petani itu langsung dipindahkan ke tempat pengolahan terbuka beratap jerami.

Tiga mesin besar berwarna biru berjejer rapi dengan daun-daun nanas yang berada di sekitarnya. Mesin itu disebut dekortikator atau mesin ekstrasi serat alam. "Dari sini, daun-daun nanas ini dipisahkan serat daunnya," ucap Fitrianti, owner usaha serat nanas di Patih Galung ditemui wartawan ini.

Daun nanas ini memiliki panjang yang hampir menyerupai. Seorang pria muda mengambil sekitar 8 helai daun nanas dan memasukkannya ke mesin dekortikator itu. Ditarik dan dimasukkan kembali ke mesin tersebut.

Baca juga: Gobel Canangkan Gerakan Tanam Nanas di Gorontalo

Tidak butuh waktu lama, daun yang semula masih utuh dan berduri tajam kini sudah berubah menjadi serat nanas. Pria itu pun memberikan serat nanas yang masih basah kepada perempuan paruh baya yang duduk di depan meja kaca berukuran 100x80 tak jauh dari tempatnya.

Perempuan itu dengan cepat menyisir serat nanas itu dengan menggunakan sisir plastik. Dari semula serat nanas berwarna hijau kini berubah menjadi putih. Kemudian serat nanas yang sudah disisir pun dicuci di dalam ember hitam besar.

Baca juga: Manfaat Buah Nanas untuk Kesehatan, Kaya Nutrisi

Selanjutnya perempuan itu pun menjemur serat nanas itu di tali jemuran yang berada tak jauh dari tempat pencucian. "Setelah disisir, kita jemur serat nanas ini. Penjemuran biasanya sampai tiga hari. Kita mengelola serat nanas yang kasar, sesuai permintaan pasar. Tapi kita juga mengelola serat nanas yang halus, metodenya sama hanya lama pengerjaan yang berbeda," kata Fitri, panggilan akrabnya.

Fitri yang merupakan bagian dari Kelompok Tani Tunas Jaya mengaku, semula daun nanas dianggap sebagai limbah yang tidak berguna. Setelah mendapatkan masukan dari pemerintah daerah, akhirnya petani nanas di daerah itu mulai melirik potensi usaha serat daun nanas.

"Nanas selama ini hanya diambil buahnya saja, sementara daunnya dibuang atau dibakar. Karena dinilai tidak berguna. Namun sekarang hampir semua petani di sini memanfaatkan daun nanas untuk diolah menjadi serat nanas. Kami mendapat bantuan dari banyak pihak, termasuk pemda, berupa peralatan dan pelatihan," ucapnya.

Sejak 2021, perempuan ini mulai memanfaatkan daun nanas ini menjadi serat alam sebagai bahan baku produksi tekstil dan material komposit melalui porses ekstraksi mekanik. "Setelah dipetik langsung berupa daun yang minimal memiliki panjang 60 centimeter, lalu dipisahkan serat daunnya melalui mesin dekortikator. Selanjutnya disisir dan dicuci, barulah dijemur. Setelah 3 hari kering baru kami pasarkan ke dalam negeri dan juga luar negeri," kata dia.

Tidak ingin sukses sendiri, Fitri mengajak petani di sekitarnya untuk melakukan hal yang sama. Salah satunya petani daun nanas. Ia membeli daun nanas seharga Rp800 per kilogram. "Untuk pasar luar, kami sudah mengekspor serat nanas ini ke Jerman, Jepang, India dan Singapura. Ini rutin tiap bulan," jelasnya.

Serat nanas yang sudah dihasilkan dikirim ke rumah tenun serat nanas Kota Prabumulih. Kesibukan beberapa pengrajin tenun terlihat jelas di dalam rumah tenun tersebut, ada yang memintal serat nanas menjadi benang dan beberapa pengrajin lain bekerja membuat tenun kain dari benang tersebut. "Kita hampir setiap hari melakukan aktivitas ini. Serat nanas yang dikirim oleh petani, langsung kita pintal menjadi benang panjang, dan langsung dikaitkan ke mesin tenun ini. Selanjutnya kami membuat kain dari benang ini," jelasnya.

Diakui Rita, ada sekitar 10 perempuan yang bekerja membantu pembuatan tenun dari serat nanas ini. Sebelumnya mereka adalah ibu rumah tangga dan sekarang mendapat pekerjaan membantu pembuatan kain dari serat nanas ini. "Dengan begitu, kami membuka peluang pekerjaan untuk mereka. Sehingga mereka mendapatkan pemasukan dari sini. Tentu sebelumnya kami memberikan mereka pelatihan cara tenun kain. Di sini semua proses masih dilakukan secara manual. Kami menggabungkan benang songket agar kain yang dihasilkan lebih menarik," kata Rita.

Ia menerangkan, saat ini cukup banyak pesanan kain dari serat nanas yang diterimanya. "Kita juga didukung pemerintah daerah dan Pertamina dalam pembinaan, hingga pemasaran produk yang kita hasilkan ini. Kami bangga dengan usaha ini, karena kain tenun dari serat nanas ini sudah banyak peminatnya, jadi Kota Prabumulih tidak hanya dikenal sebagai Kota Nanas, namun juga mampu memproduksi kain tenun dari serat nanas itu sendiri," beber Rita.

Diceritakan Rita, usaha tenun kain serat nanas tersebut sudah berdiri sejak 2021, tepatnya saat pandemi covid-19. Berawal dari sebuah pelatihan yang diadakan Pemerintah Kota Prabumulih dengan mendatangkan penenun serat nanas dari Jawa Barat, kelompok Ibu Rita mulai menggeluti proses penenunan serat daun nanas.

Melalui usaha tenun kain serat nanas itu, Rita mengaku meraih omzet hingga puluhan juta rupiah. Bahkan permintaan kain tenunnya tersebut sudah berasal dari mancanegara.

Sentuhan Pertamina

Dua kelompok tersebut merupakan mitra binaan Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Prabumulih Field dalam program Pemberdayaan masyarakat dengan pemanfaatan serat nanas Prabumulih (Raden Mas Prabu). Head of Communication Relations & CID Zona 4, Tuti Dwi Patmayanti mengatakan ada dua kelompok utama yang terlibat dalam program ini, yakni Kelompok Tani Tunas Jaya (hulu) dan Kelompok Tenun Serat Nanas Riady (hilir).

"Kami menilai ini adalah potensi besar yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena di Prabumulih potensi tanaman tropis nanas cukup melimpah, maka kami menilai ini adalah sasaran yang tepat untuk manifestasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) kami," jelasnya.

Dengan adanya pendampingan ini, pihaknya berupaya mendorong produk lokal bernilai jual global. Selain itu, program Raden Mas Prabu juga mendorong penurunan emisi karbondioksida akibat dari pembakaran daun nanas pascapanen.

"Pendampingan yang kami lakukan ini juga sejalan dengan implementasi SDGs poin ke-8 yakni menyediakan lapangan pekerjaan yang layak dan mendukung perekonomian, serta sebagai penerapan Environmental, Social and Corporate Governance," pungkasnya. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat