visitaaponce.com

Saat Hilir Mudik Tongkang Batubara di Sungai Barito Jadi Objek Wisata Kalsel

Saat Hilir Mudik Tongkang Batubara di Sungai Barito Jadi Objek Wisata Kalsel
Aktivitas angkutan batubara di Sungai Barito, Kalsel, menjadi obyek wisata di kawasan Geopark Meratus.(MI)

SUDAH menjadi pemandangan yang biasa bagi masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) melihat aktivitas lalu lintas kapal-kapal tongkang pengangkut batubara berlayar melintasi alur sungai maupun perairan laut di wilayah tersebut. Setiap tahun tak kurang dari 140 juta metrik ton emas hitam ini keluar dari perut bumi Kalsel.

Menariknya aktivitas kapal-kapal tongkang yang hilir mudik mengangkut batubara di Sungai Barito ini ditetapkan menjadi objek wisata dan salah satu dari 54 situs Geopark Meratus. Tepatnya di Desa Beringin, Alalak, Kabupaten Barito Kuala berdekatan dengan Jembatan Barito. Dari sini kita akan melihat tidak hanya kemegahan jembatan yang diresmikan Presiden Soeharto dan kawasan hutan mangrove Pulau Bakut, tetapi juga lalu lalang kapal-kapal tongkang pengangkut batubara.

Situs pemandangan tongkang batubara ini merupakan bagian dari perjalanan rute barat Geopark Meratus berupa pesona kehidupan suku banjar yang terhubung dengan situs lainnya di sepanjang Sungai Barito seperti Pasar Terapung, Museum Wasaka, Kampung Sasirangan, rumah lanting, industri jukung tradisional di Pulau Sewangi juga habitat hewan bekantan di Pulau Curiak.

Baca juga: Wisata Minat Khusus Alam Liar Pulau Curiak di Geopark Meratus Terus Berkembang

Foto: Wisatawan yang mengunjungi lokasi angkutan batubara di Sungai Barito, Kalsel (Dok. MI)

"Ada sambung kait mengapa pemandangan tongkang batubara ditetapkan sebagai situs geopark Meratus. Yaitu bagian dari cerita perjalanan geologi mulai dari tambang batubara tertua di Indonesia Oranje Nassau, bentang alam susunan dan lapisan bebatuan formasi Tanjung yang terbentuk ratusan juta tahun lalu, hingga rute perjalanan batubara itu sendiri," tutur Tenaga Ahli Badan Pengelola Geopark Meratus, Nur Arief Nugroho.

Ini menjadi bagian dari fungsi edukasi Geopark Nasional Pegunungan Meratus yang tengah diusulkan menjadi Unesco Global Geopark.

Baca juga: Oranje Nassau, Situs Pertambangan Batubara Tertua Peninggalan Belanda

Ada dua rute angkutan komoditas penopang utama ekonomi Kalsel ini yaitu melalui terminal khusus batubara di perairan laut meliputi Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru serta jalur Sungai Barito, yang mengangkut batubara dari sejumlah daerah hulu sungai meliputi Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Balangan dan Tabalong.

Dua pertiga produksi batubara Kalsel ini diangkut melalui Sungai Barito. Data PT Ambang Barito Nusa Persada (Ambapers) tercatat jumlah batubara yang diangkut melalui Sungai Barito mencapai lebih 100 juta ton dengan jumlah kapal tongkang mencapai 11.000 unit pertahunnya.

Batubara yang diangkut melalui jalur sungai ini kemudian dialihkan (loading) ke kapal besar mother vessel di perairan Tabunio, Tanah Laut untuk keperluan ekspor. Sebagian lainnya berlayar langsung untuk memasok kebutuhan PLN dan industri lain di Pulau Jawa.

Meski di satu sisi eksploitasi sumber daya alam batubara yang gencar dilakukan sejak dua dekade terakhir ini telah memberikan dampak pertumbuhan ekonomi, namun di sisi lain juga mendapat sorotan banyak pihak terkait dampak kerusakan lingkungan. Mulai dari lokasi tambang hingga rute transportasi termasuk Sungai Barito.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat