visitaaponce.com

Ada Pabrik Minyak Makan Merah, Petani Sawit Petik Nilai Tambah

Ada Pabrik Minyak Makan Merah, Petani Sawit Petik Nilai Tambah
Presiden Joko Widodo resmikan pabrik minyak makan merah di Deli Serdang, Sumut, Kamis (14/3).(DOK. PTPN )

KEBERADAAN pabrik minyak makan merah di Desa Pagar Merbau II, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, diharapkan memberikan nilai tambah signifikan bagi petani sawit.

Presiden RI Joko Widodo mengungkapkan itu saat meresmikan pabrik minyak makan merah yang berada di Regional 1 PTPN I (sebelum merger merupakan wilayah kerja PTPN II), Kamis (14/3).

”Oleh sebab itu, kita bangun pabrik minyak makan merah, ini yang pertama kali dan ini kita harapkan dapat memberikan nilai tambah yang baik bagi para petani sawit, utamanya yang sudah dalam bentuk koperasi. Jadi, harga TBS (tandan buah segar) tidak naik dan turun karena di sini semuanya diolah menjadi barang jadi yaitu minyak makan merah,” ujar Presiden.

Baca juga : Resmikan Pabrik Minyak Makan Merah, Jokowi: Petani Sawit Bisa Dapat Nilai Tambah

Pabrik itu merupakan hasil inovasi yang dirancang dan dibangun oleh salah satu anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara, yakni PT Riset Perkebunan Nusantara dan unit usaha Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, serta Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.

Di kesempatan itu, Presiden mengajak masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri ini sebagai langkah mendukung pemasaran dan konsumsi produk yang berkelanjutan.

“Ini sudah dicoba oleh beberapa chef dan mereka menyampaikan, ‘Pak, minyak makan merah ini beda. Lebih enak dan dicek gizinya lebih baik’,” jelas Presiden Jokowi.

Baca juga : Ancaman EUDR, CPOPC Upayakan Usaha Petani Kecil tak Terdegradasi

Pembukaan pabrik minyak makan merah itu, lanjut Presiden, juga merupakan bagian dari upaya hilirisasi, yaitu proses peningkatan nilai tambah komoditas melalui pengolahan menjadi produk jadi. "Jangan jual TBS, jangan jual CPO, kalau bisa jadikan barang-barang jadi seperti ini. Ini bagus sekali," tegasnya.

Indonesia, sebagai negara dengan lahan kebun kelapa sawit seluas 15,3 juta hektare, dengan 40,5% di antaranya milik petani, terus berupaya meningkatkan nilai tambah produksi dalam negeri.

Hilirisasi sawit
Menteri BUMN Erick Thohir dalam beberapa kesempatan, menyampaikan bahwa ekosistem hilirisasi sawit memang terus dibangun pemerintah. Hal itu dilakukan agar para petani sawit juga menikmati nilai tambah dari komoditas sawit yang mereka tanam.

Baca juga : Aparat dan Pemda Harus Tegas Hadapi Aksi Penjarahan Sawit

“Jadi tak semata menjual tandan buah segar, sementara masih ada sederet lagi varian olahan sawit yang tak kalah potensial dalam mengangkat ekonomi kerakyatan,” ujar Erick.

Salah satunya, lanjut Erick, adalah minyak makan merah yang pabrik pengolahannya sudah dibangun dan segera beroperasi di Sumatra Utara. ”Kami ingin membuat terobosan. Setiap 1.000 hektare kebun sawit, petani harus punya satu pabrik minyak makan merah sendiri. Ekonomi kerakyatan harus menjadi bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional,” ujarnya.

Menteri BUMN mengatakan, keberadaan pabrik minyak makan merah ini dibuat agar BUMN bisa mengintervensi perekonomian, khususnya dalam kelangkaan minyak goreng. "Kita tetap melibatkan ekonomi rakyat, yakni petani. Ini yang kita mau keberlanjutannya, memberikan kepercayaan kepada rakyat agar bisa mengelola sumber daya alamnya,” tambah Erick.

Baca juga : Biomicrogels Group Kenalkan Dua Produk Revolusioner untuk Produksi Minyak Sawit

Produksi 7 ton per hari
Sementara itu, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, yang turut mendampingi peresmian tersebut, menyampaikan bahwa Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau merupakan salah satu pilot project dari tiga pabrik serupa yang juga akan dibangun di Sumatra Utara.  Dua pabrik di antaranya, berencana akan dibangun di Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Langkat.

Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau, lanjut Ghani, akan mengolah bahan baku tandan buah segar (TBS) dari sekitar 1.000 hektare luas lahan kelapa sawit milik PTPN Group. “Kapasitas olah pabrik ini adalah 10 ton CPO per hari dan targetnya, dalam satu hari menghasilkan 7 ton minyak makan merah,” paparnya.

Pembangunan pabrik minyak makan merah rencananya akan diimplementasikan ke pabrik kelapa sawit di seluruh Indonesia. Dengan begitu, diharapkan tidak ada lagi isu minyak goreng untuk masyarakat kecil. “Selain itu, juga diharapkan bisa menyelesaikan masalah stunting serta pemberdayaan ekonomi masyarakat," ujar Ghani.

Baca juga : Selaraskan Langkah Bersama, Perkuat Perkelapasawitan Indonesia

Keberadaan pabrik minyak makan merah akan memberikan solusi bagi Petani Rakyat, dimana mereka juga mendapatkan nilai tambah yang jauh lebih besar dibandingkan hanya menjual TBS. Dengan rata-rata kepemilikan sawit petani 2 hektare per keluarga, satu pabrik bisa melibatkan 500 keluarga petani untuk hilirisasi sawit.

Minyak makan merah PPKS mengandung vitamin E dan karoten lebih tinggi dibandingkan dengan minyak sawit merah nabati lain. Minyak makan merah juga mengandung asam lemak jenuh lebih rendah jika dibanding dengan dengan virgin palm oil (VPO), dan terbukti lebih unggul dari minyak goreng, karena masih dapat mempertahankan kandungan fitonutrien-nya.

Dengan berbagai keunggualan nutrisi tersebut, minyak makan merah dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan makanan yang multifungsi, dari mulai menggoreng, hingga konsumsi langsung sebagai minyak makan.

Kandungan fitonutrien, komposisi asam lemak, dan vitamin E, menjadikan minyak makan merah sebagai produk fungsional yang strategis. Selain sebagai salah satu upaya pengentasan stunting, juga dapat dimanfaatkan menjadi bahan aktif kosmesetikal yang dapat mencegah penuaan dini, dan bahan farmasi pencegah penyakit degeneratif. (RO/R-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Agus Triwibowo

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat