visitaaponce.com

11 Pakaian Adat Jawa Tengah Sebagai Representasi Budaya Jawa

11 Pakaian Adat Jawa Tengah Sebagai Representasi Budaya Jawa
pakaian adat Jawa Tengah(popbela)

Pakaian adat Jawa Tengah selama ini hanya dikenal dengan nama batik, namun ternyata ada banyak jenis pakaian adat lain dengan model berbeda. Perbedaan tersebut didasari oleh asal muasal pakaian tersebut serta tujuan penggunaannya pada masa itu.

Perlu kamu ketahui, bagi masyarakat setempat, baju adat tersebut bukan hanya sebagai busana tradisional saja. Tapi juga untuk menunjukkan status sosial, dikenakan pada acara keagamaan maupun busana pernikahan.

Baju adat Jawa Tengah juga memiliki makna dan nilai filosofi yang mendalam dan hingga kini masih banyak dikenakan oleh masyarakat. Untuk mengenal lebih jauh tentang baju adat Jawa Tengah, simak uraian singkat mengenai pakaian adat di Jawa Tengah berikut ini.

Baca juga : 11 Pakaian Adat Bali dan Ciri-cirinya

Pakaian Adat Jawa Tengah Beserta Penjelasannya

Sebelum mengetahui apa saja macam-macam pakaian adat Jawa Tengah, masing-masing dikelompokkan berdasarkan kebudayaan Jawa Pesisiran dan Jawa Banyumasan.

Kebudayaan Jawa Pesisiran banyak terinspirasi dari budaya Jawa dan Islam. Sementara budaya Jawa Banyumasan terbentuk dari percampuran nilai-nilai budaya Jawa, Sunda dan Cirebon. 

Selain itu, budaya Jawa Tengah juga memiliki kemiripan dengan budaya Jawa Timur dan D.I. Yogyakarta. Mulai dari bahasa, kebiasaan masyarakat, norma-norma di masyarakat hingga dialeknya mirip dengan dua daerah tersebut.

Baca juga : 7 Pakaian Adat Aceh Beserta Ciri Khasnya

Sehingga wajar jika pakaian adatnya pun tidak jauh berbeda dan terpengaruh satu sama lain. 
Variasi Pakaian Adat Jawa Tengah

Berikut ini ragam pakaian adat Jawa Tengah dengan filosofi dan maknanya.

1. Kain Batik

Baca juga : Pentas Seni Islam di Devotion Experience Sukses Memukau Masyarakat

Kain batik memiliki motif beragam sesuai dengan daerah asalnya. Demikian pula kain batik di Jawa Tengah yang digunakan sebagai pakaian adat. Kain batik yang dikenakan oleh masyarakat Jawa Tengah umumnya memiliki motif kawung, truntum, parang dan lainnya. 

Dalam setiap motif kain tersebut, terkandung filosofi bagi siapa saja yang mengenakannya. Maknanya bisa berupa harapan agar pemakainya berumur panjang, mampu mengendalikan nafsu dan lainnya. 

Para perempuan Jawa Tengah biasa mengenakan kain batik sebagai pembungkus kemben dipadankan dengan baju kebaya. Sedangkan pada pria, kain batik kerap dipakai sebagai kemeja kontemporer maupun menjadi sarung dililitkan di pinggul.

Baca juga : SangiRun Night Trail 2023, Upaya Memperkenalkan Warisan Budaya

2. Kebaya

Pakaian adat Jawa Tengah berupa kebaya dulu hanya dikenakan oleh kalangan bangsawan pada acara-acara berkelas. Namun kini kebaya mulai dikenakan oleh banyak orang dalam aktivitas sehari-hari. 

Kain sutera, katun tipis atau nilon banyak dipilih sebagai bahan utama kebaya, yang kemudian dihiasi dengan sulaman ataupun brokat. Kemudian pada bagian dalam dilapisi dengan furing berbahan cukup tebal.

Baca juga : Tradisi Sekaten di Keraton Yogyakarta Dikembalikan ke Fungsi Utamanya

Desain bajunya pun cukup unik dengan mengadopsi model baju adat Bali dan Jawa. Namun dengan adanya pengaruh dari berbagai budaya dan daerah, kini kebaya memiliki variasi desain di setiap daerah yang khas.

3. Solo Basahan

Baju adat Solo Basahan biasa dikenakan untuk upacara adat di keraton-keraton Jawa Tengah seperti busana pernikahan, upacara formal dan lainnya. Baju adat Solo Basahan yang disebut dodot atau kampuh ini berupa kain batik lebar 250 cm dan panjang 450 cm. 

Baca juga : Angkat Tema Budaya Pengantin Palembang, Pameran GPI Kembali Digelar

Penggunaan dodot pun biasanya hanya dililitkan sebagai bukti bahwa pakaian ini sudah muncul sejak masa belum ada penjahit.

Warna kain kampuh ada beberapa macam yaitu hijau, merah, biru, ungu, hitam atau cokelat yang sudah divariasi sesuai keinginan penggunanya.

Sedangkan motif kainnya kebanyakan berupa flora dan fauna yang menyimbolkan kekayaan tanah  Jawa. Hal ini sesuai dengan filosofi Solo Basahan yang bermakna menggambarkan kehidupan makmur sejahtera.

Baca juga : Pakaian Adat Jawa Tengah Pria dan Wanita

4. Surjan

Surjan merupakan pakaian adat Jawa Tengah berupa penutup badan yang dikenakan oleh raja-raja Mataram hingga sekarang. Dalam istilah Jawa, pakaian ini memiliki makna pelita atau pepadhang. 

Desainnya pun sangat khas, yakni berlengan panjang, dengan model kerah yang memiliki  kancing 3 pasang (6 biji kancing) serta ujung baju yang berbentuk runcing.

Baca juga : Lewati Hari Tasrikh, Tombak dan Keris Peninggalan Sunan Kudus Disucikan

Baju adat ini mengandung makna filosofi mendalam yakni rukun iman yang disimbolkan dengan kancing 3 pasang (6 biji kancing). Dua kalimat syahadat dilambangkan dengan dua kancing yang dipasang pada bagian dada sebelah kiri dan kanan.

Sedangkan tiga kancing tambahan yang dipasang pada bagian dada dekat perut melambangkan nafsu alami yang dimiliki manusia dan sulit untuk dipendam.

5. Jawi Tangkep

Baca juga : Di FABN II Ganjar Satukan Raja se-Nusantara di Borobudur

Baju adat Jawi Tangkep merupakan pakaian tradisional yang dikenakan oleh kaum pria berbentuk seperti beskap. Atasannya polos berwarna hitam dengan keris yang diselipkan di belakangnya.

Sedangkan bagian bawahan mengenakan jarik atau kain batik. Blangkon dikenakan sebagai penutup kepala dan sandal selop atau sandal tertutup sebagai alas kakinya.

Pada zaman dahulu pakaian adat Jawa Tengah ini dikenakan oleh abdi dalem keraton maupun sebagai busana pernikahan tradisional Jawa Tengah. Namun, kini pakaian Jawi jangkep biasa dikenakan dalam acara formal seperti peringatan hari lahir Pancasila, peringatan hari Kartini dan lainnya.

Baca juga : Serunya Aksi 1.000 Penari Jaran Kepang di Temanggung

6. Beskap

Sama seperti jangkep, beskap merupakan pakaian adat kejawen di Jawa Tengah yang dikenakan oleh kaum pria. Beskap memiliki kancing baju atau benik di sebelah kiri dan kanan yang melambangkan orang Jawa selalu mempertimbangkan tindakannya dengan cermat.

Sehingga segala tindakan yang dilakukan tidak berdampak buruk pada orang lain, termasuk diri sendiri.

Baca juga : Tasyakuran Milad STII, Ketua DPD Ingatkan Tugas Partai Berbasis Islam

Umumnya, beskap akan dikenakan bersamaan dengan bawahan jarik panjang serta blankon sebagai aksesoris penutup kepala pria.

7. Kanigaran

Selanjutnya ada baju kanigaran, busana adat yang umumnya dikenakan pada saat upacara pernikahan. Kanigaran sendiri terdiri dari beberapa item pakaian, mulai dari baju kebaya panjang, kain cinde, dodot, udet cinde, buntal hingga selop.

Baca juga : Candi dari Abad VII Ditemukan, Berlokasi di Kawasan Industri Terpadu Batang

Baju kanigaran memiliki desain tertutup namun di bagian bawahnya dibalut dodot hingga menutupi dada (seperti kemben). 

Secara keseluruhan pakaian adat ini melambangkan norma-norma dalam kehidupan. Namun, setiap unsurnya memiliki makna filosofi tersendiri seperti kain cinde bermakna menjaga tata kesusilaan.

Kebaya panjang berwarna hitam dari beludru dengan sulaman benang emas bermakna harapan pengantin memiliki kepribadian halus dan memancarkan sinar keagungan. 

Baca juga : Langkah Awal Digitalisasi Aksara Pegon

8. Iket

Iket merupakan aksesoris yang biasa dipakai bersamaan dengan baju adat Jawa Tengah. Iket merupakan ikat kepala yang dibentuk menjadi penutup kepala. 

Penggunaan iket harus kuat karena melambangkan pemikiran manusia yang kenceng, tidak mudah berubah-ubah atau terombang-ambing tanpa pertimbangan yang matang. Biasanya aksesoris ini digunakan oleh pria Jawa, baik saat acara maupun keseharian.

Baca juga : Dieng Culture Festival Tahun 2022 Dimulai

9. Wiru Jarik

Pakaian adat Jawa Tengah wiru jarik merupakan kain yang dikenakan secara mewiru atau melipat pinggiran di salah satu sisi saja. Makna dari lipatan ini yaitu jarik tidak bisa dilepas dari wiru. 

Makna filosofisnya adalah wiwiren aja nganti kleru yang artinya mengerjakan segala hal jangan sampai keliru. 

Baca juga : DCF 2022 Jadi Momen Kebangkitan Wisata Dieng Pascapandemi

10. Stagen Kebaya

Stagen merupakan gulungan kain yang biasa dikenakan oleh pria maupun wanita dalam upacara pernikahan adat Jawa. Penggunaan stagen bagi wanita akan membantu menonjolkan bentuk tubuh dan menjaga posisi baju batik ketika pemakainya bergerak. 

Pemilihan stagen biasanya disesuaikan dengan warna baju kebaya yang dikenakan oleh mempelai wanita. Sehingga tercipta keharmonisan busana yang apik.

Baca juga : Koalisi Tradisi Kebaya Dukung Jalur Single Nation 

11. Keris Jawa

Keris menjadi salah satu aksesoris baju adat Jawa Tengah bagi kaum pria. Aksesoris berbentuk seperti pedang berukuran kecil ini biasa diletakkan di bagian belakang pakaian dan ditata dalam posisi miring.

Di zaman modern biasanya keris yang dipakai bukan keris sungguhan melainkan kayu yang diukir sedemikian rupa menyerupai aslinya.

Itulah beberapa pakaian adat Jawa Tengah baik untuk pria dan wanita yang dikenakan dalam upacara-upacara khusus maupun beraktivitas sehari-hari. Baju adat di atas tentunya memiliki persamaan dengan baju adat di Jawa lainnya karena budayanya saling mempengaruhi satu sama lain.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Esa tanjung

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat