visitaaponce.com

Guru Besar UI Harkristuti Harkrisnowo Meradang Disebut Partisan

Guru Besar UI Harkristuti Harkrisnowo Meradang Disebut Partisan
Guru Besar Fakultasn Hukum UI Harkristuti Harkrisnowo meradang terkait pernyataan kritik terhadap pemerintahan Jokowi sebagai partisan.(MI/Moh Irfan)

GURU Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) Harkristuti Harkrisnowo meradang terkait pernyataan kritik terhadap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) sebagai ulah partisan.

“Saya sangat terganggu dengan adanya tuduhan-tuduhan kepada kita semuanya yaitu bahwa gerakan-gerakan kita itu adalah gerakan yang sudah diokrestasi, buat saya itu menyinggung dan menyakitkan juga menunjukkan pemikiran yang dangkal," ujar Harkristuti dalam keterangan yang dikutip Kamis (8/2).

Harkristuti menyayangkan sikap istana yang menuding dengan pikiran dangkal itu. Sebab, tak mungkin ada aktor intelektual yang mampu memobilisasi sekian ratus guru besar perguruan tinggi dengan pemikiran dinamis mereka.

Baca juga : Dewan Guru Besar UI Minta Presiden Batalkan Statuta UI yang Baru, ini Alasannya

“Ini sangat mengerikan ketika kita dianggap berpolitik,” sambungnya.

Harkristuti menegaskan suara guru besar merupakan bentuk kepedulian, terhadap kondisi politik dan alam demokrasi Indonesia saat ini.

Senada, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Profesor Cecep Darmawan melihat pernyataan para profesor terhadap kondisi politik Indonesia hal yang wajar. Menurut dia, hal tersebut merupakan andil mereka mencerahkan masyarakat.

Baca juga : Guru Besar FKUI beri Lima Usulan Kegiatan saat PPKM sampai 2 Agustus

“Sebetulnya kita melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi sebetulnya ini, setidak-tidaknya dalam kategori pengabdian masyarakat. Bagaimana memberikan pencerahan kepada masyarakat soal demokrasi kita hari ini,” kata dia.

Guru Besar Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran Profesor Arief Anshory Yusuf mengatakan sikap guru besar sangat diperlukan. Sebab, ada implikasi situasi politik dewasa ini jelas ada implikasinya terhadap ekonomi Indonesia.

“Karena kalau kualitas demokrasi kita menurun turus, pada akhirnya kekuasaan di segelintir kelompok kalau dalam buku ini disebut sebagai extractive political and economic institution, oligarki. Ini akan membuat kita menjadi negara gagal,” ungkap dia.

Baca juga : Giliran Rektor Unissula Semarang Mengaku Didatangi Tim Operasi Perguruan Tinggi

Jika demokrasi Indonesia menurun, kata dia, cita-cita menjadi negara maju sulit ditempuh. Apalagi, mewujudkan mimpi Indonesia Emas di tahun 2045.

“Sehingga harapan kita menjadi negara yang maju di tahun 2045, Indonesia Emas, itu mungkin akan membuat kita menjadi Indonesia gemas dan membuat kita cemas,” jelas dia. (Z-3)

Baca juga : Jangan Rusak Demokrasi untuk Kepentingan Politik Pragmatis

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat