visitaaponce.com

Puisi-puisi Anna Akhmatova

Puisi-puisi Anna Akhmatova
(MI/Museum Impresionis Rusia/Yuri Annenkov. )

Kau Putuskan, Aku Pun Terima 

Kau sudah putuskan, aku pun begitu 
melupakan dan menghapus kenangan, 
merapal doa atau mengusap ini mata, 
tebing-tebing terjal, jejak di tapal kuda. 

Aku bisa saja meminta penyihir
menutup fitnah dalam riaknya air 
pun juga dapat mengirimkan hadiah 
saputangan wangi yang berharga. 

Tak perlu erang menengok ke belakang 
tak usah kau sentuh jiwa yang terkutuk 
bersumpah demi taman para malaikat, 
doakanlah ikon-ikon agar jiwa tenang, 
habis sepuntung malam di perapian —
tak akan pernah kembali aku padamu. 

1921 


Raja Bermata Abu-Abu 

Kemuliaan bagimu walau pupus harapan! 
kemarin raja bermata abu-abu berpulang. 

Malam musim gugur pengap memerah kesumba, 
suamiku tiba di rumah, sembari berbisik tenang: 

“Aku lihat, para prajurit menggotong raja dari perburuan, 
tubuhnya ditemukan tergeletak di samping oak tua." 

Oh, ratu yang malang. Alangkah muda usiamu! 
Hanya dalam semalam sukmamu pun merana. 

Di tungku perapian, aku mendapati cangklong 
bergegas keluar mengais rejeki di pekatnya malam. 

Kubangunkan perlahan putriku sejenak, 
menatap lembut mata abu-abunya yang bening.

Di luar jendela, reranting poplar berdesir riuh: 
"Raja pergi selamanya. Semoga tenang jiwanya..." 

1910 


Cinta 

Serupa ular liliti bola 
menyulap hati sendirian, 
Seperti kicauan burung dara 
hinggapi jendela yang berjelaga. 

Cinta berkedip mata saat bulir embun beku, 
tampak bagai pangeran sedang tertidur pulas... 
namun tetap setia dan tenang ia menunggu 
akan kabar sukacita dan damai. 

Ia tahu bagaimana berparas manis 
merapal doa-doa diiringi biola rindu, 
aku gusar salah menebak arti kasih 
sebab senyummu terlanjur asing bagiku. 

1911 

 

Sebuah syair adakalanya terdengar seperti sebuah lonceng kematian. 


Hidup Sederhana dan Bijaksana 

Aku belajar hidup sederhana dan bijaksana,
menatap langit dan berdoa kepada Tuhan,
mengembara jauh sebelum petang tiba,
menghilangkan kecemasan yang sia-sia.

Saat kemuning berdesir di jurang derita 
dan seikat akar kuning memerah terkulai, 
aku akan menulis ayat-ayat penuh sukacita 
Tentang kehidupan singkat, fana, dan indah. 

Setiba di rumah, seekor kucing berbulu halus 
menjilati telapak tangan lalu mendengkur manis,
api unggun masih menyala, menerangi malamku 
menjulang tinggi dari menara di tepian danau.

Sesekali kudengar tangisan bangau 
terbang merendah dan memecah sunyi di atap  
jika kau berkeinginan mengetuk pintu rumahku, 
barangkali aku tak akan pernah mendengarmu. 

1912 


Kita 

Siapa kita? 
apa bertemu di sini 
atau pernahkah berbagi kasih? 

1943 


Janganlah Heran Jika Mendengar Lonceng Kematian 

Janganlah heran jika sebuah syair adakalanya 
terdengar seperti sebuah lonceng kematian. 
Di sini sepi! Aku sudah di tepian Acheron 
tiga perempat pembacaku ada di sini. 

Teman-temanku! Mereka masih tersisa beberapa, 
yang paling terakhir, aku lebih menyayanginya... 
oh, betapa pendeknya perjalanan, namun 
kenangan terasa begitu panjang sekali. 

1958 

 

Baca juga: Sajak-sajak Fahira Rayhani
Baca juga: Sajak-sajak Maria Regine
Baca juga: Sajak-sajak Renggi Putrima

 

 

 

 


Anna Andreyevna Gorenko, lebih dikenal dengan nama pena Anna Akhmatova. Ia adalah seorang penyair modernis Rusia, kelahiran Velykyi Fontan Cape, Kekaisaran Rusia (kini; Odessa, Ukraina), 23 Juni 1889 dan meninggal di Domodedovo, Moskwa Oblast, Rusia, 5 Maret 1966. Akhmatova menyaksikan perubahan zaman di negaranya. Dia selamat dari dua perang dunia, Revolusi Rusia dan Pengepungan Leningrad oleh tentara Nazi Jerman. Akhmatova menulis puisi pertamanya pada usia 11 tahun dan sampai akhir hidupnya dia tidak berhenti belajar puisi. Pengalih bahasa dari bahasa Rusia ke bahasa Indonesia oleh Iwan Jaconiah. Ilustrasi: Potret Anna Akhmatova, tinta di atas kertas, 32.2 x 22.8 cm, 1912, karya Yuri Annenkov. (SK-1) 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat