Sajak-sajak Alexander Blok
Ilustrasi: Potret Alexander Blok (1907), Konstantin Somov
Ibu Mana yang Kau Sembah
Ibu mana yang kau sembah
apa yang mirip dengan kekasihmu;
pada saat sepotong kegembiraan hadir,
dapatkah fajar membalut mimpi-mimpimu?
Atau kau terhubung bersama gugusan
galaksi, dewi-dewi, dan dewa-dewa yang
senantiasa bangga akan kecantikan semu.
Pandangan matamu acuh tak acuh,
menengok ke bawah dari langit misterius
melewati bayang-bayang perapian doa
dan penyembahan duniawi bagimu.
Mungkinkah kau Ibu Kemurnian?
20 Juni 1901
Aku Memasuki Gereja Tua
Aku memasuki gereja tua,
mengikuti ritual dengan sabar.
Menunggu Perempuan Suci
dalam kerlip lampu memerah.
Pada bayangan kolom yang tinggi
gemetar ini tubuh oleh derit pintu.
Wajahku tampak diterangi cahaya,
mengimpikan wajah anggunmu.
Aku terbiasa memakai jubah ini
oh, Bunda Abadi Yang Agung!
Kakimu terangkat ke langit-langit
berbalut senyum, kisah, dan mimpi.
Lilin-lilin putih menerangi ruangan
alangkah bercahaya penuh keagungan!
Tak kudengar tanda atau firman,
namun kupercaya pada kasihMu.
25 Oktober 1902
Di Bawah Matahari Perjanjian
"Sepasang roh dan pengantin perempuan itu berkata:
Apokaliptik. Datanglah."
Aku percaya di bawah sinar Matahari Perjanjian,
aku dapat melihat fajar di kejauhan.
Menunggu cahaya semesta luruh
dari mata air tanah.
Segala sesuatu yang menghembuskan kebohongan
akan pudar dan gemetar.
Aku melangkah di jalan berliku
menuju ke batas kaki langit.
Lili-lili liar mekar perlahan
saat aku melewati hutan.
Di atas kepala, sayap-sayap
malaikat memenuhi langit.
Cahaya tak terduga
mengetarkan perbukitan.
Aku percaya di bawah sinar Matahari Perjanjian,
aku dapat melihat matamu.
22 Februari 1902
Dia Ada di Mana-Mana
Dia ada di mana-mana,
di jalanan saat hari-hari terang.
Melangkah dan mendatangkan mukjizat,
lalu tersandung di tempat teduh yang dingin.
Dia memasuki selnya yang tenang,
menyalakan pijaran cahaya terakhir,
meletakkan lampu berwarna-warni
dan buket bunga lili yang segar.
Orang-orang mengaguminya,
mereka bilang dia eksentrik.
Cuma memikirkan mantel dan sepatu bulu
sebelum pergi menembus gelap malam.
Suatu hari dia dikawal,
tampak ceria dan bahagia
pagi mekar, mereka membaringkan tubuhnya ke peti mati
seorang pendeta tiba mendoakan arwahnya.
Oktober 1902
Kita adalah anak-anak baik dan terang yang telah meraih kemenangan serta kebebasan!
Komet
Mengingatkan kami akan penghujung waktu,
kau adalah sang bintang biru keabadian!
Menurut Atlas, kau serupa gadis-gadis perawan,
membawa sutra ke bumi: ya!
Ketika malam tiba, suara-suara kalian sama,
menderu di kereta baja yang mulus!
Sepanjang malam kau memancarkan cahaya
ke desa-desa di Berlin, London, dan Paris
kami tidak tahu kejutan apa yang ada,
menonton rasi-rasimu berlalu-lalang dari atap kaca,
Benzena membawa penyembuhan
sedang Matchish menjalar ke tata surya!
Dunia menyebarkan burung-burung,
seperti mimpi-mimpi: melewati laut,
gurun, angin, dan mawar surgawi.
Sepanjang malam mengendap ke dalam kabut
kini kami berjuang mendapatkan penerbangan
dengan menumpangi capung baja!
Mengancam, terus mengancam di atas kepala,
kau adalah bintang keindahan yang mengerikan!
Diam dengan amarah di belakang punggung,
berderak menonton alur kehidupan!
Kematian tak mengerikan bagi sang pahlawan
senantiasa bermimpi dengan ide cemerlang!
September 1910
Oh, Aku Ingin Hidup Bebas
Oh, aku ingin hidup bebas:
mengabadikan segala yang ada,
menjelma sebagai impersonal,
mewujudkan yang tak terpenuhi!
Biarkan mimpi berat melumpuhkan hidup
dan kematian menjemputku lewat bunga tidur ini,
barangkali seorang pemuda pemberani akan
mengabarkan tentang kisahku di masa depan:
Mari saling memaafkan orang lain
apa kesalahan yang pernah dibuat?
Kita adalah anak-anak baik dan terang;
telah meraih kemenangan serta kebebasan!
1914
Kleopatra
Panopticon terbuka lebar
satu, dua, dan tiga tahun.
Orang-orang berkerumun
marilah... Ratu sudah menunggu.
Dia berbaring di peti kaca,
tak mati atau tak hidup,
orang-orang terus berbisik
tak malu berkata-kata tentangnya.
Dia tergeletak memalas –
lupa dan tertidur selamanya,
seekor ular melata perlahan
memagut lilin di dadanya...
Aku merasa malu dan hina
pada lingkaran biru di kelopak mata,
datang menengok sesosok penting,
pada pijaran lilin, terbuka petunjuk...
Semua orang melihat ratu;
jikalau peti mati belum terisi,
pasti aku dapat merasakan
napas bau dari bibir busuknya:
"Bakarlah dupa dan taburlah bunga.
Aku pernah hidup di zaman dahulu
aku adalah ratu Mesir teranggun,
kini hanya lilin, busuk, dan debu." –
"Ratu! Aku terpikat padamu
namun diriku hanya budak di Mesir.
Kini sudah ditakdirkan oleh nasib
aku ingin menjadi penyair dan raja!
Apakah kamu melihatku dari peti mati?
Rusia, sama seperti Roma, bersulang anggur untukmu.
Aku dan Caesar pun baik-baik saja
apakah nasib kami sama di abad-abad silam?"
Aku mencari ratu. Dia diam dan kaku
dadanya nyaris tidak bergerak.
Di balik kain transparan dia bernapas...
aku mendengar kata-kata lembut:
"Aku dapat menangkap badai petir
dan memadamkan bara mata api.
Penyair mabuk akan meneteskan air mata
sedang pencari malam akan menemukan sukacita."
16 Desember 1907
Bacaan rujukan
¹ Blok, A. A. Puisi-Puisi Lengkap. Moskwa: Drova. 2009. ISBN 978-5-358-06613-7.
² Blok, A. A. Dua Belas. Moskwa: Progress Pleyada, 2010. ISBN 978-5-93006-092-8.
Baca juga: Sajak-sajak Yevgeny Yevtushenko
Baca juga: Sajak-sajak Bulat Okudzhava
Baca juga: Sajak-sajak Maxim Gorky
Alexander Alexandrovich Blok (1880-1921), penyair dan esais, lahir di Saint Petersburg, Rusia. Ia adalah tokoh pendobrak puisi simbolisme yang sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran dari Vladimir Solovyov, seorang penyair, pemikir agama, dan filsuf Eropa Timur pada akhir abad XIX, yang mengajarkan ide-ide apokaliptik tentang runtuhnya dunia dan keselamatan sebagai hasil dari dunia baru yang akan datang. Pada 1898-1906, Blok lulus dari Gymnasium, lalu belajar di Fakultas Hukum dan Fakultas Filologi di Saint Petersburg State University. Karya-karyanya merupakan personifikasi dari keindahan dan kebaikan. Diwujudkan lewat kumpulan puisi pertamanya berjudul Puisi Tentang Perempuan Cantik (1904). Selain puisi, esai-esai Blok juga penuh kontroversi dan terkenal, antara lain Inteligensia dan Revolusi dan Runtuhnya Humanisme. Puisi-puisi di Sajak Kofe diterjemahkan dari bahasa Rusia ke dalam bahasa Indonesia oleh Iwan Jaconiah, penyair, editor puisi Media Indonesia, dan penulis buku kumpulan puisi Hoi!, sebuah kisah tentang diaspora Indonesia di Rusia. (SK-1)
Terkini Lainnya
Ibu Mana yang Kau Sembah
Aku Memasuki Gereja Tua
Di Bawah Matahari Perjanjian
Dia Ada di Mana-Mana
Komet
Oh, Aku Ingin Hidup Bebas
KleopatraRumah untuk Peminat Puisi
Begini Kondisi Sastrawan Joko Pinurbo sebelum Meninggal Dunia Menurut Sang Istri
Penyair Joko Pinurbo Meninggal Dunia, Dimakamkan Besok
Puisi-puisi Sita Aulliya
Puisi-puisi Dana Sideros
Sajak-sajak Frans Ekodhanto Purba
Korea Utara Gelar Pertemuan Plenari Partai Pekerja Korea Bahas Kerja Sama dengan Rusia
Serangan Rusia di Ukraina Menewaskan 12 Orang, Termasuk 4 Anak-Anak
Sempat Anjlok Akibat Politik di Rusia dan Timur Tengah, Ekspor Rumput Laut Menggeliat Lagi
Diundang Ikut Olimpiade Paris 2024, Atlet Tenis Rusia Kompak Menolak
Rusia Serang Pangkalan Udara Ukraina Tempat Pasokan Pesawat Barat
IHSG Ditutup Menguat Lampaui 6.950
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap