visitaaponce.com

Fokus Kerja Sama dengan Kampus, Fortinet Siap Cetak Ahli Keamanan Siber

Fokus Kerja Sama dengan Kampus, Fortinet Siap Cetak Ahli Keamanan Siber
Country Director Fortinet Indonesia Edwin Lim.(Ist)

PERUSAHAAN global untuk teknologi keamanan siber Fortinet berkomitmen mempersempit kesenjangan antara kebutuhan industri dan tenaga ahli bidang keamanan siber melalui pendidikan.

Melalui kerja sama dengan berbagai kampus di Indonesia, sumber daya manusia yang tanggap dan kompeten di bidang tersebut akan lebih cepat terealisasi.

Apalagi perkembangan dunia siber sangat cepat sekali sehingga memunculkan varian-varian baru dari solusi teknologi cyber security yang berdampak pada kebutuhan pada tenaga spesialisasi.

Baca juga: Fortinet: Adopsi Digital Tingkatkan Tren Serangan Siber

Hal tersebut disampaikan Country Director Fortinet Indonesia Edwin Lim saat menggelar jumpa pers di Jakarta, Selasa (31/10).

Edwin mengatakan bahwa sejak awal tahun pihaknya telah memiliki program Akademi Fortinet. Program ini fokus pada kerja sama dengan lembaga pendidikan baik swasta maupun negeri dengan memberikan akses gratis terhadap produk-produk Fortinet selama tiga tahun.

“Mereka bisa pakai selama tiga tahun, (harapannya) mereka bisa bangun cyberlab. Mereka juga bisa mengakses modul-modul training kami secara gratis di portal Fortinet. Tidak sampai di situ, kami juga memberikan sertifikasi gratis berstandar internasional,” jelas Edwin. 

Kerja Sama dengan Perguruan Tinggi

Sejauh ini, tambahnya, Fortinet telah bekerja sama dengan beberapa universitas seperti Universitas Gajah Mada, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Diponegoro dan universitas lainnya.

Selama ini. mereka memiliki email dengan domain ac.id, kata Edwin, mereka bisa mendapatkan akses serta ikut ujian sertifikasi. 

Baca juga: Fortinet Dorong Pelaku Industri Tingkatkan Kewaspadaan Serangan Siber

“Sertifikat ini merupakan sertifikat profesional yang diakui secara global. Asumsi kami jika mereka lulus, kemungkinan besar mereka lbih mudah untuk mendapatkan pekerjaan di bidang ini. Kita berharap universitas-universitas di Indonesia dapat membantu kami mencetah tenaga-tenaga ahli keamanan siber,” papar Edwin.

Meski saat ini fokusnya adalah perguruan tinggi, namun Fortinet tidak mengabaikan jenjang pendidikan yang di bawahnya.

“Untuk tingkat SMA atau SMP, kami biasanya melakukan sharing session atau kuliah umum. Bahkan untuk level TK pun kita juga sudah edukasi melalui komik ilustrasi. Bagaimana menjelaskan phising kepada anak TK dan SD? Dengan komiklah merkea bisa tahu,” jelasnya.

Edwin menambahkan bahwa Indonesia masuk dalam top 10 negara yang paling rawan terkena serangan siber. Dalam 5 tahun, familii (jenis) malware meningkat 135% dan variannya meningkat 175%.

Baca juga: CyberArk: 80 Persen Serangan Siber Dimulai dari Pencurian Identitas

“Selama kuartal II, di Indonesia terdeteksi ada 114 juta virus per hari. Sektor yang paling banyak diserang adalah telekomunikasi, manufaktur dan lembaga pemerintah," ucao Edwin.

"Serangan siber menyasar organisasi yang menyimpan data pribadi paling banyak. Berdasarkan riset internal Fortinet, sebanyak 66 persen orang Indonesia mengalami pelanggaran keamanan siber dalam 12 bulan terakhir,” paparnya.

Fortinet secara rutin setiap semester mempublikasikan data Threat Landscape yang bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pasar Indonesia mengenai lanskap ancaman siber baik global maupun lokal.

“Phising adalah yang paling tinggi. Sebanya 538 juta phising diblok setiap hari. Ini bukan angka yang menakut-nakuti, tapi ini fakta,” tutupnya.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat