visitaaponce.com

Buka Artjog 2023, Dirjen Kebudayaan Pentingnya Berinteraksi dengan Karya Seni Dini

Buka Artjog 2023, Dirjen Kebudayaan: Pentingnya Berinteraksi dengan Karya Seni Dini
Pembukaan Artjog 2023 oleh Hilmar Farid, Goenawan Mohamad, dan Heri Pemad di Jogja National Museum, Jumat (30/6/2023).(MI/Ardi Teristi Hadi)

ARTJOG 2023 mulai digelar di Jogja National Museum, Yogyakarta pada 30 Juni 2023. Pembukaan pameran dilakukan oleh Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud, Hilmar Farid, Direktur Artjog, Heri Pemad, serta perwakilan seniman, Goenawan Mohamad.

Hilmar Farid mengatakan, kegiatan ini harus diapresiasi secara proporsional. Yang harus dihitung adalah dampak keseluruhan dari pelaksanaan kegiatan ini. Artinya, penghitungannya tidak hanya pamerannya, tetapi efek-efek tidak langsung dari pameran tersebut.

"Yang harus segera kita hitung juga adalah manfaat dari kegiatan seperti ini terhadap masyarakat," kata dia saat pembukaan.

Baca juga: Imajinasi dan Semesta Alternatif Rendy Raka Pramudya

Hilmar juga menyampaikan, pihaknya akan menyumbang seribu tiket bagi anak sekolah agar bisa menyaksikan pameran seni Artjog 2023 tersebut. Dengan demikian, dampak pergelaran seni bagi dunia pendidikan bisa dihitung.

Menurut dia, salah satu cara agar anak berpikir kritis dan kreatif adalah lewat kesenian. Oleh sebab itu, siswa penting untuk berinteraksi dengan karya seni sejak kecil.

Baca juga: Pameran Seni Figures by Figure Digelar di A3000 Creative Compound Kemang

Pameran Artjog 2023 yang digelar hingga 27 Agustus 2023 kali ini mengusung tema "Motif: Lamaran" dengan melibatkan 73 seniman, yang terdiri dari 51 seniman dewasa dari jalur undangan dan panggilan terbuka serta 22 seniman anak.

"Tema "Motif: Lamaran" dipilih sebagai landasan dalam merajut ide dan pola karya seniman sekaligus mengajak mereka untuk mengungkapkan gagasan dan motivasi di balik karya," kata dia.

Tim kuratorial Artjog melandasi pilihan karya seniman dari berbagai unsur, yaitu performatif, tangible, memiliki pendekatan serta perangkat visual yang kaya, dan tentunya menarik. Tim kuratorial Artjog 2023 juga mengajak seniman muda pendaftar untuk memahami unsur-unsur sejarah tekstual Indonesia melalui tiga karya kanon Indonesia, yaitu "Laut" (1967) karya Sanento Yuliman, "Abracadabra" (1974) karya Danarto, dan "Misteri" (1983) karya Toeti Heraty.

Dalam pembukaan tersebut, Heri menyatakan, Artjog memiliki peran penting sebagai sarana pendidikan budaya secara populer serta sebagai ruang diplomasi budaya. Selain itu, Artjog juga menjadi katalisator dalam mengembangkan aspek pariwisata berbasis seni.

"Multiplier effect dari penyelenggaraan Artjog sekitar Rp5 triliun," papar dia.

Goenawan Mohamad menyampaikan, seni itu keras dan sulit sekali di Indonesia. Ia pun menyebut pentingnya Indonesia punya museum seni rupa kontemporer, yang hingga saat ini belum ada satupun. Dengan museum, seni 

bisa diakses dengan mudah, tidak menjadi koleksi pribadi.Selain itu, komersialisasi seni akan berkurang. Ia menengarai, semakin sedikitnya kritik akan seni mungkin karena komersialisasi tersebut.

"Orang tidak hanya bicara laku atau tidak, tapi bagus atau tidak," kata dia.

Namun, Goenawan Mohamad menyebut ada hal positif dari seni di Indonesia belakangan ini. 

"Yang baik sekarang, dana kesenian tidak selamanya tertutup," kata dia.

Pemerintahan menyediakan dana untuk membantu seniman yang kekurangan agar mereka berkreasi dengan cukup. Ia bersyukur bahwa keinginan-keinginan kesenian didengar. Namun, di sisi lain, ia juga tidak ingin seni menjadi manja. (AT/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat