visitaaponce.com

Potensi Menjanjikan Kopi Leupeh Lalay dari Gunung Karang Banten

Potensi Menjanjikan Kopi Leupeh Lalay dari Gunung Karang Banten
Ilustrasi kopi.(Dok. Freepik)

KAWASAN Gunung Karang di Pandeglang, Banten, ternyata menyimpan potensi produk kopi yang khas. Kopi tersebut dihasilkan dari biji kopi yang telah dikunyah/dilepeh oleh kelelawar di gunung tersebut. Untuk itu ia dinamakan kopi leupeh lalay. Lalay merupakan bahasa Sunda dari kelelawar.

Namun potensi tersebut belum dikembangkan secara optimal. Kopi dari Banten belum dikenal kuat di masyarakat pecinta kopi. Hal itu menjadi perhatian Asosiasi Kopi Indonesia (Aski). Ketua Aski Banten Sri Linda menuturkan, tiga tahun lalu, pihaknya datang ke kawasan Gunung Karang dan mendapati bahwa kopi belum terlalu dilirik masyarakat setempat untuk menjadi komoditas andalan.

"Ternyata (di sana) kopi itu dibuang-buangin. Mereka bilang kopi jualnya murah, capek. Akhirnya kita kasih tahu, ini kopi yang diproses sebersih ini bisa Rp40 ribu sekilo. Kaget mereka," tutur Linda saat diwawancarai di sela-sela acara Festival Kopi Media Indonesia di Kompleks Media Group, Jakarta Barat, Jumat (2/2).

Baca juga : Dari Hutan hingga Tetes Kopi yang Menggugah Selera

Akhirnya Aski berdiskusi dengan dengan para petani dan mendorong mereka panen buah kopi yang sudah merah. Kemudian petani diberi pengetahuan soal proses jemur, sortasi, dan sebagainya untuk meningkatkan daya jual.

"Kita bawa hari ini kopi gunung karang dari Desa Lawang Taji. Yang punya kelebihan adalah proses lepeh lalai. Berbeda dengan kopi luwak yang dimakan dan diproses di perut, kelelawar hanya mengambil kopi ceri merah dan hanya diemut dan bijinya dilepeh," jelas Linda.

Biji hasil lepehan kelelawar itu yang dikumpulkan petani dan diproses. Walaupun belum terlalu dikenal, kopi robusta dari leupeh lalai ini pernah menyabet juara 1 dalam kompetisi di Surabaya.

Baca juga : PR Indonesia tentang Kopi di 2024

"Setelah diajari proses dan sortasi, kita melihat petani-petani kopi di Banten sudah berani berkompetisi, pede menjual kopinya. Sebelumnya bahkan orang Banten sendiri tidak tahu ada kopi dari Banten," kata Linda.

Kopi Robusta dan Liberika Banten

Menurutnya, Banten punya keunggulan di kopi robusta dan liberika. Linda mencontohkan rasa robusta dari Banten cukup soft, berbeda dengan robusta Lampung atau Bengkulu yang agak strong.

Baca juga : Warga Pandeglang Tangkap Buaya Muara Sepanjang 2,5 Meter

"Jadi kalau kita mau bikin V60 yang pakai filter pun robusta Banten bisa karena mempunyai rasa manis, acid-nya ada, dia punya rasa lime. Apalagi dilepeh lalay. Kelelawar hanya mengambil buah yang harum, matang sempurna, yang terjadi begitu diambil sama petani itu mix, jadi kayak blend antara arabika, liberika, macam-macam. Jadinya rasa lepeh lalay itu nano-nano, banyak rasa. Itu disukai banyak orang," jelasnya.

Untuk memaksimalkan potensi kopi Banten ini, pertengahan lalu dibentuk koperasi untuk menjadi mitra petani dalam pemasaran dan penyerapan produknya ke industri.

Ia juga melihat telah ada kenaikan pendapatan setelah dilakukan pendampingan. "Begitu mereka kita ajarin mengolah sendiri dengan ceri merah, petani curhat, 'Mba Linda, bener lho, kita sekarang petik ceri merah saja saya punya uang untuk 4 bulan. Dulu cuma satu waktu selesai, saya gak punya uang lagi dari kopi'," katanya.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat