visitaaponce.com

NTT Upayakan Ketahanan Pangan dan Jamin Stabilitas Harga

 NTT Upayakan Ketahanan Pangan dan Jamin Stabilitas Harga
Gubernur NTT Viktor Laiskodat memanen semangka non biji di kebun milik Kelompok Tani Mandiri Maju Bersama di Desa Bolok, Kecamatan Kupang.(MI/PALCE AMALO)

WAKIL Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Josef Nae Soi mengungkapkan, pihaknya sedang dan akan terus berupaya mendukung ketahanan pangan nasional serta menjaga stabilitas harga maupun pasokannya. Tiga komponen untuk menjalankan hal tersebut berkaitan dengan manusia, tanah dan air, dan pengelolaan pangan.

Hal itu dia kemukakan dalam Indonesia Food Summit 2021 bertajuk Menjaga Stabilitas Harga dan Pasokan yang digelar oleh Media Group News secara hybrid, Selasa (25/5).

"Ada tiga komponen utama terkait pangan, pertama manusia, kedua tanah dan air, ketiga adalah pengelolaan, baru outputnya adalah pangan," tuturnya.

Manusia menjadi komponen utama penting dalam mewujudkan ketahanan pangan, menjaga stabilitas dan pasokannya. Sebab, manusia merupakan faktor penting dalam pengelolaan pangan.

Oleh karenanya hal pertama yang dilakukan Pemerintah Provinsi NTT ialah membangkitkan kemauan masyarakat lokal, tidak saja bertani, tapi juga berkebun dan berternak. Itu karena pangan tidak melulu datang dari sektor pertanian.

"Jadi harus mix, sehingga ketahanan pangan bisa terjamin," kata Josef.

Komponen kedua ialah tanah dan air, Josef bilang, NTT saat ini masih memiliki lahan seluas 837 ribu hektare yang bisa digunakan untuk mewujudkan ketahanan pangan. Salah satu program yang kini didorong ialah pengembangan Food Estate di NTT.

Komponen ketiga ialah pengelolaan produk pangan. Hal ini dinilai berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh sumber daya manusia penggarap. Dalam hal ini, Pemrpov NTT mengintervensi dengan melakukan ragam sosialisasi.

Dengan tiga komponen utama itu, imbuh Josef, potensi pengembangan pangan yang ada di NTT bisa terakselerasi dengan baik.

"Waktu pertama kami datang ke NTT dan kami lihat banyak lahan kami yang tidur. Tapi sebenarnya bukan lahan yang tidur, manusianya yang tidur. Oleh sebabnya kami minta masyarakat NTT jangan tidurkan lahan, bangkit, bangunkan lahan supaya tidak tidur. Kita mulai lakukan program yang namanya tanam padi, tanam jagung, panen sapi," jelasnya.

Baca juga: Jadi Sentra Produksi Pangan, Lampung Tingkatkan Kemampuan

Melalui program itu, Pemprov NTT berupaya mengubah mentalitas masyarakat dalam menyikapi pangan. Bila sebelumnya masyarakat bertani, berkebun, dan berternak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka saat ini didorong pula untuk meningkatkan taraf ekonomi penggarap.

Namun Josef menuturkan, pihaknya juga membutuhkan dukungan pemerintah pusat untuk mendorong dan menjamin pangan di wilayahnya. Dukungan pengembangan infrastruktur menjadi hal mendasar yang diperlukan.

"Tanah kita boleh kering, boleh tandus, tapi di bawahnya itu air sangat banyak. kemarin, begitu topan, lahir danau di mana-mana, lahir bendungan di mana-mana, tapi begitu sebulan, dia masuk di dalam. Berarti airnya ada di bawah," kata Josef.

"Oleh karenanya kami bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk membuat irigasi tetes. Negara seperti Mesir, Palestina, Israel dan sebagainya, mereka itu tandus, tapi mereka menggunakan irigasi tetes. Memang biayanya besar, tapi saya yakin pemerintah pusat, provinsi, dan daerah bisa mewujudkan itu. Kalau itu terwujud, maka stabilitas harga pangan dan ketersediaannya pasti akan tercapai," pungkas Josef. (A-2)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat