visitaaponce.com

Petani Kedelai Minta Pengendalian Impor dan Jaminan Harga Kedelai Lokal

Petani Kedelai Minta Pengendalian Impor dan Jaminan Harga Kedelai Lokal
Buruh tani memanen kedelai kualitas unggul berumur 90 hari di area persawahan Desa Tugurejo, Kediri, Jawa Timur.(ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)

KETUA Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) M. Yadi Sofyan Noor menyebutkan pihaknya siap mendukung apa yang dilakukan pemerintah dalam rangka penyediaan kedelai. Menurutnya, hal yang terpenting ialah jaminan pasar dan ketersediaan benih.

"Kita siap dukung Kementan karena selama ini kedelai kita lebih banyak impor. Data yang kita pegang, 90% kedelai kita impor dan itu tidak kita sadari selama ini. Makanya kita akan bersama-sama merumuskan ambil langkah, supaya petani bisa mencukupi kebutuhan kedelai," ujarnya dikutip pada Sabtu (26/2).

Yadi menyebutkan, inti dari hasil konsolidasi dengan anggota KTNA ialah petani kedelai meminta pemerintah melakukan pengendalian impor dan memberikan jaminan harga kedelai lokal. Petani kedelai juga meminta adanya jaminan harga kedelai untuk keberlanjutan produksi kedelai lokal.

Baca juga: Kementan Petakan Strategi Penanaman Kedelai

Ketua KTNA Grobogan yang juga petani kedelai, Ali, mengaku saat ini harga kedelai bisa dikatakan sedang bagus, petani pun mulai menanam kembali kedelai.

"Petani perlu adanya jaminan harga. Jika harga menguntungkan tanpa diberi bantuan pun saya yakin petani akan semangat kembali menanam kedelai," ujar dia.

Diketahui, Grobogan merupakan salah satu sentra kedelai di Indonesia, petani di sana sudah menerapkan sistem pertanaman kedelai yang lebih efisien dengan provitas yang dicapai sudah tinggi sekitar 2,5 ton/hektare. Menurut Ali, kenaikan harga kedelai dimulai 2019.

Saat itu, pertanaman kedelai di wilayah Grobogan sekitar 10-15% dari areal yang tersedia seluas 28 ribu hektare. Tahun 2020 ada sedikit peningkatan harga. Kemudian Tahun 2021 sudah 40-50% dari areal yang ada. Tahun 2022 ia memperkirakan 70% dari luas areal tertanam kedelai lagi.

Ali menegaskan perlunya mengoptimalkan benih yang berkualitas. Apabila bantuan benih bisa ditingkatkan menjadi 60 kg per hektare dengan daya tumbuh minimal 85% maka akan bisa dicapai produksi 2,5 ton per hektare.

"Kalau benih tidak berkualitas maka hasil per hektar juga tidak akan terpenuhi," terangnya.

Sependapat, Ketua KTNA Blora, Sudarwanto menilai, kepastian pasar dan harga sangat penting. Ia juga menekankan keterbatasan benih kedelai dengan masa dormansi yang sangat pendek (1 bulan) menjadi hal yang perlu diperhatikan bersama.

"Untuk budidaya kedelai, saat ini kami akan mengembangkan tanam kedelai 'sistem methuk' di Blora, khususnya untuk kedelai hitam. Jadi bulan Oktober tanam jagung, lalu 1 bulan mau panen bawahnya disemprot herbisida untuk ditanam kedelai. Saat panen jagung, maka kedelai mulai tumbuh," jelas Sudarwanto.

Terkait kenaikan harga kedelai, penangkar kedelai dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Blora, Widodo mengatakan, saat ini masyarakat di LMDH sudah gemar tanam kedelai, karena harga yang sedang bagus.

"Kendala saat ini musim hujan, panen kurang optimal, selain itu alsintan juga baru punya 1 threser. Namun demikian petani disini sedang semangat tanam kedelai, bahkan ke depan saat MT 2 kami akan mengajukan bantuan benih seluas 40 hektare untuk pertanaman bulan Maret dan April," ujarnya. (Mir/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat