visitaaponce.com

Kadin Indonesia Memegang Posisi Kuat dalam Hilirisasi Tambang

Kadin: Indonesia Memegang Posisi Kuat dalam Hilirisasi Tambang
Ilustrasi: pembangunan pengolahan nikel (smelter)(ANTARA FOTO/Bayu Pratama S )

KETUA Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid menilai Indonesia memegang posisi yang kuat dalam pengembangan hilirisasi pertambangan. Ini terlihat dari Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dengan 21 juta metrik ton di 2022.

Dalam pertemuannya dengan pebisnis di Filipina pada 27-28 Maret 2023, Arsjad selaku pimpinan ASEAN Business Advisory Council (BAC) menyampaikan Indonesia mencatat prestasi positif pada sektor pertambangan khususnya ekspor nikel dalam bentuk besi dan baja, nikel matte, dan mixed hydrate precipitate (MHP). Ekspor produk tersebut mencatat nilai ekspor sebesar US$20 juta atau sekitar Rp301 miliar (kurs Rp15.056). Pencapaian besar lainnya, terang Arsjad, yaitu hilirisasi nikel Indonesia berhasil meningkatkan nilai tambah komoditas dari US$1,1 miliar menjadi US$20,8 miliar di 2021. 

"Indonesia memegang posisi yang kuat dalam hal cadangan bijih nikel global, dan hal ini memberikan dasar yang kuat untuk pengembangan industri lainnya seperti ekosistem kendaraan listrik," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (29/3).

Baca juga: Pengusaha Gembira Perppu Ciptaker Jadi Undang-undang

Ketua Kadin Indonesia mendorong Filipina untuk bisa ikut andil berpartisipasi dalam kesuksesan hilirisasi. Saat ini, terang Arsjad, Indonesia dan Filipina memiliki sekitar 33-40% dari cadangan bijih nikel di seluruh dunia. Dengan kerja sama yang lebih erat, ia berharap kedua negara berpotensi meningkatkan produksi nikel dunia hingga mencapai 50%.

"Selain itu, potensi cadangan mineral lain untuk kendaraan listrik juga menjadi sorotan. Pentingnya hilirisasi memungkinkan pengembangan ekosistem yang kuat di sektor tersebut," ucapnya.

Baca juga: Tersangka Kasus Tukin di Kementerian ESDM Berpeluang Terjerat TPPU

Di sisi lain, pembangunan pabrik pemurnian produk-produk mineral (smelter) merupakan program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah sesuai dengan amanat dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta perusahaan pertambangan untuk segera menyelesaikan proyek smelter konsentrat tembaga untuk mendukung hilirisasi. Pihaknya akan mengawal target pembangunan 53 smelter hingga 2024.

Setelah pada 2020 ekspor bijih nikel dilarang, Pemerintah Indonesia secara tegas akan menyetop ekspor bijih bauksit dan konsentrat tembaga pada Juni 2023.

"Larangan ekspor ini sudah dimulai dari nikel. Sekarang bauksit dan lainnya menyusul. Semuanya (proyek smelter) harusnya diproses di 2023 agar tuntas," ungkap Arifin di Jakarta beberapa waktu lalu.

Pada tahun ini, ditargetkan 32 smelter selesai dibangun. Ini terdiri dari 12 smelter terintegrasi dengan tambang dan 20 smelter independen. Kementerian ESDM mencatat hingga saat ini, sudah dibangun 21 smelter. Adapun lima smelter di antaranya terintegrasi dan 16 smelter berdiri sendiri, yang mayoritas merupakan smelter nikel. Arifin menjelaskan langkah pelarangan ekspor konsentrat tembaga sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

Sampai saat ini, lanjut dia, belum ada rencana penerapan relaksasi ekspor seperti pengenaan bea ekspor.

"Ya silakan saja (yang keberatan). Langkah ini sesuai UU," pungkas Arifin. (Ins/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat