visitaaponce.com

Kemenko Marves Impor Kereta tidak Mendesak karena Tingkat Okupansi masih Rendah

Kemenko Marves: Impor Kereta tidak Mendesak karena Tingkat Okupansi masih Rendah
Situasi kepadatan di Stasiun Manggarai, Jakarta, saat jam kerja.(MI/Susanto)

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mengungkapkan tingkat keterisian kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek saat ini belum maksimal sehingga masih cukup untuk mengangkut ratusan juta penumpang tiap tahunnya.

Berdasarkan temuan itu, BPKP tidak menganggap impor KRL bekas dari Jepang adalah hal yang mendesak.

"Jumlah armada sekarang ada 1.114 unit. Lalu, ada 44 unit yang akan dikonservasi secara bertahap di 2023 ini. Dari unit yang ada, menurut hasil peninjauan dari BPKP, armada masih mencukupi," ujar Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Septian Hario Seto saat memberi keterangan pers terkait rencana impor KRL bekas oleh PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Kamis (6/4).

Baca juga: Ini Alasan Penolakan Kemenko Marves Impor KRL Bekas

Seto mengatakan, berdasarkan kajian BPKP, kepadatan penumpang terjadi di sejumlah stasiun pada jam-jam sibuk. Namun, secara keseluruhan, rata-rata tingkat okupansi KRL hanya 62,75% di tahun ini.

Sementara, di 2024, tingkat keterisian kereta diperkirakan naik menjadi 79% dan di 2025 sebesar 83%.

Baca juga: Tolak Impor Kereta Bekas, Kemenko Marves Perintahkan Pembaruan Teknologi

BPKP, lanjut Seto, juga membandingkan jumlah armada KRL di 2019 dengan armada di tahun ini.

Pada 2019, dengan jumlah armada hanya 1.078 unit, KCI mampu melayani 336,3 juta penumpang dalam setahun. Sedangkan, tahun ini, dari 1.114 unit KRL yang beroperasi, prakiraan total penumpang hanya 237,6 juta orang.

"Jadi di 2023, jumlah armadanya lebih banyak, tapi estimasi penumpangnya tetap jauh lebih sedikit dibandingkan 2019 yang jumlah armadanya lebih sedikit," jelas Seto.

BPKP mencatat rata-rata jumlah penumpang harian saat ini sekitar 800 ribu penumpang per hari. Adapun, di masa jam sibuk, angkanya bisa di atas 900 ribu penumpang. Angka tersebut, kata Seto, lagi-lagi juga lebih rendah dibanding rata-rata penumpang harian di 2019 yang mencapai 1,1 juta orang. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat