visitaaponce.com

Sentra Keripik Tempe di Tengah Hiruk Pikuk Pusat Bisnis Jakarta Selatan

Sentra Keripik Tempe di Tengah Hiruk Pikuk Pusat Bisnis Jakarta Selatan
Joko Asrori dan istrinya memegang produk keripik tempe hasil olahan mereka.(MI/Andhika Prasetyo)
Mungkin tidak banyak orang yang menyangka bahwa di Kebayoran Baru, kecamatan yang menjadi pusat bisnis dan perbelanjaan di Jakarta Selatan, terdapat satu daerah yang menjadi sentra tempe olahan. Daerah itu bernama Kramat Pela.

Kawasan tersebut memang tidak banyak terdengar karena tertimpa hiruk pikuk ramainya aktivitas di SCBD atau Blok M yang selama ini dianggap sebagai ikon di Kebayoran Baru.

Namun, itu tidak menyurutkan semangat para pelaku usaha untuk terus melambungkan usaha sekaligus nama daerah mereka untuk semakin dikenal publik secara luas.

Baca juga: BRI Dorong Penguatan Transaksi Nontunai di Pasar Induk Kramat Jati

Joko Asrori, salah satu produsen keripik tempe, mengungkapkan kegiatan pengolahan tempe di Kramat Pela terfokus pada satu wilayah, yakni di RT 09 RW 08. Bisnis tersebut telah berjalan sejak 1980-an silam.

Dari total 149 kepala keluarga, 40 di antara mereka berkecimpung dalam usaha pertempean.

Baca juga: Mengeruk Untung sekaligus Menyelamatkan Depok Kota Belimbing

“Di sini ada 40 produsen. Sekitar 15 orang itu pembuat tempe, dan 25 orang perajin keripik tempe,” ujar Joko.

Kendati memproduksi komoditas yang sama, Joko mengaku sesama produsen tidak pernah saling sikut. Mereka justru saling mendukung satu sama lain. Itu pula yang menjadi kekuatan bagi mereka sehingga bisa bertahan dan tumbuh besar sampai sekarang.

“Di sini 40 perajin tempe semua punya logo berbeda-beda. Namun, kami tidak merasa bersaing. Bahkan saling membantu,” tuturnya.

“Seperti ada Pak Sutomo yang punya brand Timoti. Dia dulu belajar dari saya tapi sekarang sudah ekspor ke Dubai, (Uni Emirat Arab). Ya tidak apa-apa. Itu memang rezekinya dia.”

Joko sendiri mengaku produksinya belum bisa menembus pasar internasional. Sejauh ini, keripik tempenya baru dipasarkan di wilayah Jabodetabek. Salah satu pelanggan utamanya adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Ia memasok 200 bungkus keripik tempe dengan berat 250 gram per kemasan ke perseroan setiap pekan.

“Dari BRI saja saya sudah bisa dapat Rp3 juta per minggu,” ucapnya.

BRI memang memiliki andil besar dalam pengembangan bisnis keripik tempe di Kramat Pela. Mereka memberikan banyak dukungan mulai dari permodalan, peralatan sampai pemasaran.

Dari sisi permodalan, Joko mengaku meminjam dana sebesar Rp500 juta untuk mengembangkan bisnisnya. Pinjaman itu ia ambil dengan masa pengembalian lima tahun.

Di luar itu, BRI juga pernah memberikan peralatan kerja berupa 10 drum stainless steel dan alat pemotong tempe.

“Kalau drum itu kami pakai untuk merebus kedelai sebelum diporduksi jadi tempe. Itu sangat membantu sekali,” tandasnya.

Dari sisi pemasaran, perseroan juga sering meminta Joko dan para perajin lainnya untuk mengisi bazar pada acara-acara yang diadakan BRI di Jabodetabek. (Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat