visitaaponce.com

MAF 2023 Hadirkan Dua Petani Milenial yang Sukses Berbisnis Bawang dan Padi

MAF 2023 Hadirkan Dua Petani Milenial yang Sukses Berbisnis Bawang dan Padi
Dienda Loraa Buana, petani milenial bawang merah (kanan) dan Melisa Sabrine Sakul, petani milenial padi (tengah).(Ist)

POLITEKNIK Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor telah menyelenggarakan Milenial Agriculture Forum (MAF) secara online baru-baru ini di Kampus Jurusan Pertanian.

MAF kali ini menjadi edisi spesial karena bertepatan dengan dilaksanakannya Milenial Indonesian Agropreneur 2023.

MAF 2023 diselenggarakan dengan tema ”Milenial Hadir Membangun Pertanian” yang menghadirkan narasumber para petani milenial yang luar biasa dan keren, Dienda Loraa Buana, petani milenial bawang merah dan turunannya, dan Melisa Sabrine Sakul, petani milenial padi dan turunannya.

Baca juga: Dorong Milenial Agripreneur, Kementan Optimalkan Lembaga Pendidikan Vokasi

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa generasi muda menjadi modal utama agen perubahan pertanian.

Di tangan anak muda, pembangunan pertanian menjadi lebih cepat dengan berbagai potensi, daya kreativitas, kemampuan adaptasi teknologi, berpikir kritis, dan gebrakan inovasi yang dimiliki.

“Regenerasi petani itu adalah suatu keniscayaan regenerasi petani itu suatu keharusan, suatu negara yang telat, apalagi tidak melakukan regenerasi petani maka pembangunan pertaniannya akan terganggu,” kata Dedi

Dedi menegaskan bahwa para petani milenial harus tetap semangat karena sesungguhnya semangat itulah kekuatan kita dan jika ditambah dengan kerja sama yang baik maka berbagai permasalahan terkait pertanian ini pasti dapat diatasi.

Petani Milenial Bawang Merah

Dienda Lora Buana memaparkan perjalanannya dalam merintis usahanya. Ia memilih usaha bawang merah karena memang daerah Brebes, Jawa Tengah, dikenal sebagai sentra komoditas bawang merah.

Ditambah sebanyak 30% kebutuhan nasional bawang merah di suplai dari Brebes. Tidak hanya itu, untuk wilayah Jawa Tengah suplai kebutuhan bawang merah bisa mencapai 60%.

Baca juga: Pelaksana Pendamping Petani Milenial Jatim Raih Penghargaan Kementan

Berawal dari pangsa yang menggiurkan tersebut, akhirnya Dienda memilih untuk fokus di komoditas bawang merah.

Berbekal lahan dengan luasan 180 ha dan bekerja sama dengan kelompok tani Sido Makmur yang beranggotakan sebanyak 54 anggota, Dienda mulai mengembangkan bisnisnya hingga ke bagian hilir.

Berbagai produk olahan seperti bawang goreng, bawang krispi, bawang merah kupas untuk industri, minyak bawang, bawang bubuk, dan pasta bawang merah sudah laris di pasaran.

Berbisnis Komoditas Padi

Lain halnya dengan Melisa Sabrine Sakul, generasi muda dari Sulawesi Utara (Sulut) ini dengan latar belakang sebelumnya adalah seorang pekerja kantoran yang memutuskan untuk pulang kampung dan memulai berwirausaha dengan mengangkat komoditas padi di daerahnya.

”Kabupaten Minahasa Selatan, kebetulan di kampung saya itu daerah sawah terbesar. Setelah kita panen raya kok ini tidak ada yang mau beli," jelasnya.

"Kalau stoknya menumpuk jadi tinggal tengkulak yang kasih harganya, jelas kan murah saya kepikiran gimana caranya agar produk lokal kita bisa terangkat nilainya," ucap Melisa.

"Kemudian saya berpikirlah kerja sama dengan petani-petani dan kemudian saya kemas dengan menarik agar bisa menarik pasar,” papar Melisa.

Baca juga: Polbangtan Bimbing Milenial Jadi Wirausaha Pertanian di Subang, Jabar

Strategi yang diambil oleh Melisa untuk menjawab permasalahan pemasaran yang dihadapi yaitu dengan menentukan target segmen pasar dan mengemas beras premium sesuai dengan standar harga tertentu.

Pasarkan Melalui Media Sosial dan Marketplace

Pemasaran dimulai dari kerabat, teman dekat, dan instansi-instansi pemerintah daerah. Strategi lainnya yaitu dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook Ads dan marketplace.  

Berbicara mengenai tantangan dalam berwirausaha itu sangat beragam. Kedua narasumber memiliki cara survive yang berbeda-beda. Pandemi Covid-19 yang terjadi kemarin, sempat membuat Dienda hampir menyerah.

Baca juga: Kendati El Nino Melanda, Agripreneur Muda Masih Tetap Berjaya

Pasalnya, sebelum pandemi produk bawang merahnya bisa ekspor ke Arab Saudi hingga 4 kali, sebelum akhirnya terhenti saat pandemi karena akses ditutup.

Banyaknya orang yang bergantung pada Dienda ditambah dengan operasional produksi yang harus terus berjalan, membuat Dienda bangkit dan mulai membuat gebrakan baru dengan memetakan segmentasi pasar lewat digitalisasi.

“Sebagai seorang entrepreneur pasti kita sudah bisa memprediksi tantangan yang akan dihadapi ke depan, dan hal tersebut sudah menjadi konsekuensi dari apa yang telah kita putuskan diawal," ucap Dienda.

"Maka dari itu, memupuk terus rasa semangat dan pantang menyerah adalah dua hal yang selalu kita tanamkan ketika berbisnis,” pungkas Dienda. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat