visitaaponce.com

Luhut Bantah Harga Nikel Dunia Ambruk Gara-Gara Indonesia

Luhut Bantah Harga Nikel Dunia Ambruk Gara-Gara Indonesia
Foto udara kawasan tambang ore nikel di Desa Lalampu, Kabupaten Morowali(ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

MENTERI Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membantah tudingan perihal Indonesia menjadi penyebab harga nikel dunia anjlok akibat berlebihan dalam memproduksi nikel.

Pada penutupan perdagangan Selasa (6/2), harga nikel berdasarkan London Metal Exchange (LME) anjlok 0,58% menjadi US$15.927 per ton. Mengutip The Business Times, penurunan harga nikel sebesar 45% di 2023. Pasar nikel dunia dikatakan mengalami kekacauan setelah banjir pasokan nikel di Indonesia akibat hasil investasi besar-besaran dari Tiongkok. Ketika harga nikel jatuh, tambang-tambang di dunia berisiko ditutup.

"Enggak juga (gara-gara Indonesia). Enggak betul itu," ujar Luhut di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Rabu (7/2).

Baca juga : Asing Diuntungkan, Apindo Minta Kebijakan Hilirisasi Jokowi Dievaluasi

Luhut menegaskan program hilirisasi nikel yang dijalankan pemerintah Indonesia dilakukan secara terukur, bukan memproduksi secara berlebihan yang dapat mengganggu pasar nikel global. Sejak 2020 pemerintah telah melarang ekspor nikel mentah. Upaya ini dianggap beberapa pihak berpotensi mengganggu pasokan nikel global yang memicu konflik dagang.

"Kita enggak pernah jor-joran (produksi nikel). Ya biarin saja tambang (nikel) dunia tutup, asal kita enggak ikut-ikutan," ungkap Menko Marves.

Luhut menuturkan tren harga nikel harus dilihat dalam siklus 10 tahun terakhir. Ia menganggap wajar ada naik turun harga pada bahan baku kendaraan listrik itu.

Baca juga : Indonesia dan Australia Jalin Kerja Sama Dorong Industri Kendaraan Listrik 

"Saya berkali-kali bilang kalau mau lihat itu harus 10 tahun. Pas lagi sekarang naik harganya," pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli menuturkan penurunan harga nikel dunia akan membebani kinerja perusahaan tambang dan fasilitas pengolahan hasil tambang (smelter) nikel dalam negeri. 

"Apabila harga nikel terus menurun, akan berdampak kepada operasional perusahaan. Kemungkinan akan ada perusahaan atau smelter yang akan tutup operasinya," bilangnya saat dihubungi Media Indonesia, Jumat (26/1).

Baca juga : RI-Australia Perkuat Hilirisasi Industri dan kerja Sama Produksi Baterai Kendaraan Listrik

Ia menjelaskan berdasarkan data Bank Dunia, rata-rata harga nikel di 2023 adalah US$21.521 per ton. Lebih rendah dibandingkan harga nikel di tahun 2022 yang menembus US$25.000 ribu per ton. Di Desember 2023, harga nikel tercatat ambles ke angka US$16.460 per ton

Apabila harga nikel kurang menguntungkan akan menyebabkan daya tarik industri, seperti yang terjadi di Australia. Kata Rizal, ada perusahaan tambang nikel di Negeri Kangguru yang ditutup atau dihentikan operasinya sementara sampai harga nikel kembali bagus dan menguntungkan. (Ins/Z-7)

Baca juga : Daerah Penghasil Nikel Miskin, Hilirisasi tidak Berdampak Langsung

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat