visitaaponce.com

World Water Forum 2024 Bahas Strategi Jaga Kualitas Air

World Water Forum 2024 Bahas Strategi Jaga Kualitas Air
Ilustrasi(Freepik)

INDONESIA akan menjadi tuan rumah dalam gelaran 10th World Water Forum di Bali pada 18-25 Mei 2024. Salah satu hal yang akan dibahas dalam gelaran tersebut adalah mengenai menjaga kualitas air.

Direktur Jenderal IKP Kominfo Usman Kansong mengatakan bahwa air merupakan kepentingan seluruh umat manusia. Karena itu, forum ini akan menjadi momen penting bagi dunia untuk sama-sama menjaga air.

“Apalagi temanya adalah water for share prosperity. Jadi bagaimana kita mengelola air sebagai sumber kesejahteraan bersama dan kita tahu persoalan air itu dari hulu ke hilir. Dari mulai aksesnya ke sumber air sampai bagaimana kita menjaga kualitas air,” ungkapnya dalam Konferensi Pers Forum Merdeka Barat 9 Road to 10th World Water Forum bertajuk Jaga Kualitas Air, Jaga Indonesia, Selasa (20/2).

Baca juga : Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah World Water Forum 2024

Lebih lanjut, kualitas air di berbagai negara tentu berbeda-beda. Di Indonesia sendiri merujuk dari laporan pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan 2023 yang dirilis Bapennas mengatakan kualitas air di Indonesia mengalami tren penurunan baik di sungai maupun tanah.

Menurut laporan tersebut juga dikatakan, upaya pemerintah selama bertahun-tahun memperluas akses masyarakat dalam air bersih telah menghasilkan 91% rumah tangga yang memiliki akses terhadap air minum yang layak.

“Bicara air yang layak tidak terlepas juga dari konteks utuh potret ekologis Indonesia. Indeks kualitas lingkungan hidup Indonesia 2023 kita juga terus membaik naik 0,12 poin dibandingkan tahun sebelumnya dan mencapai 72,54 dari skala 100. Ini juga telah mencapai target nasional seperti yang ditetapkan dalam RPJMN 2020-2024 sebesar 69,22,” kata Usman.

Baca juga : Indonesia Hadirkan Tata Kelola Air Pamsimas dan Sanimas di World Water Forum 2024

Nature based solution

Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sigit Reliantoro menambahkan bahwa dalam World Water Forum nanti, isu mengenai pencemaran air terutama menjaga kualitas air memiliki benerapa topik yang akan dibahas.

“Di antaranya berkaitan dengan water quality assessment dan ecosystem. Jadi di sini berkaitan dengan bagaimana sebetulnya status kualitas air yang ada tidak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia,” ujar Sigit.

Selain itu, akan dibahas juga mengenai sistem monitoring, di mana terdapat kesempatan untuk bisa bertukar data dan memperkuat upaya mengendalikan kualitas air.

Baca juga : Indeks Kualitas Air Di Kota Batu Buruk

“Selanjutnya, terkait water quality improvement, bagaimana upaya pemerintah di seluruh dunia untuk memperbaiki kualitas air. Kemudian berkaitan dengan mengendalikan sumber pencemaran. Lalu upaya untuk pemulihan lingkungan dilakukan dengan pendekatan dari alam atau nature based solution,” tuturnya.

KLHK sendiri memiliki sistem pemantauan yang pada tahun ini jumlahnya mencapai 194 stasiun monitoring di seluruh sungai yang melakukan pemantauan air, di mana setiap detik akan mengirimkan data ke KLHK.

“Tahun ini akan diperkuat sistem ini dengan penambahan sebanyak 153 lagi sistem pemantauannya. Jadi total akan ada 347 stasiun monitoring air atau kita sebut Onlimo,” tegas Sigit.

Baca juga : Kualitas Air Ciliwung Membaik dan Bisa Jadi Bahan Baku Air PAM

Selain itu, KLHK juga melakukan pemantauan secara manual yang dilakukan oleh pemerintah daerah di sungai yang berada di wilayahnya masing-masing. Paling tidak sudah ada sebanyak 14.000 stasiun monitoring manual yang melaporkan dua data per tahun dari musim kemarau dan musim penghujan.

“Dari sistem pemantauan ini kita bisa melihat bagaimana perubahan dari tahun ke tahun kualitas air di Indonesia. Selain dari sungai dan danau kita juga melakukan pemantauan di laut,” lanjutnya.

Selain itu, KLHK juga melakukan pemantauan di sumber pencemaran melalui sistem pemantauan kualitas air limbah secara langsung terus menerus dalam jaringan bagi usaha dan atau kegiatan (Sparing). Terdapat 436 sparing yang melakukan pemantauan.

Baca juga : DPD NasDem Subang Tolak Pembangunan Tempat Pembuangan Limbah B3

Industri yang diwajibkan sendiri di antaranya tambang nikel, emas, tembaga, batu bara, tekstil, pupuk, kawasan industri, rayon, pulp and paper, petrokimia, oleokimia dasar, kelapa sawit, eksploitasi dan produksi migas, kertas dan kilang minyak.

Dari hasil monitoring, didapati telah terjadi peningkatan indeks kualitas air. Di provinsi 2022 seluruh Indonesia yang tadinya hanya mencapai 41,2% meningkat menjadi 50% pada 2023 sementara di kabupaten/kota yang sebelumnya 44,5% meningkat menjadi 56%.

“Secara rinci kami melihat ada 18% titik pantau yang mengalami perbaikan kualitas air. Kemudian 67% dengan kualitas air tetap dan 15% mengalami penurunan kualitas air,” kata Sigit.

Baca juga : Kampanye Stop Sachet Dorong Penggunaan Produk Isi Ulang

Beberapa titik yang mengalami penurunan mutu air secara ekstrim dari yang tadinya pada 2022 memenuhi kemudian menjadi tercemar di 2023 yaitu terjadi di Sungai Nipa-nipa, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.

Sementara di Bengkulu tepatnya di Sungai Talang Sebaris, Jawa Timur Sungai Pikatan, dan Bangka Belitung di Sungai Kepah dan Ulim, mengalami peningkatan kualitas air secara luar biasa yang tadinya cemar berat menjadi memenuhi. (Z-4)

 

Baca juga : Kurangi Pencemaran Air Tanah, Pemprov DKI Harus Perbanyak IPAL Komunal

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat