visitaaponce.com

Pencegahan Faktor Risiko Stroke di Indonesia

Pencegahan Faktor Risiko Stroke di Indonesia
-(Ilustrasi)

FAKTOR risiko stroke sebagai Penyakit Tidak Menular (PTM) bisa dicegah dengan berbagai cara salah satunya aktivitas fisik. Masyarakat Indonesia masih dikenal kurang melakukan aktivitas fisik.

"33,5% penduduk Indonesia kurang aktivitas fisik. Kalau aktivitas fisik dan tingginya konsumsi garam dan sebagainya tentunya badannya semakin besar dan bisa memicu peningkatan obesitas dan stroke," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dr. Eva Susanti, S.Kp, M.Kes dalam Peringatan Hari Stroke Sedunia 2022, Selasa (25/10).

Baca juga: Ulama Ingatkan Bahaya dari Istilah Kadrun

Selain itu 95,5% penduduk Indonesia dengan umur lebih dari 10 tahun kurang mengonsumsi biah dan sayur. Hal ini yang harus diupayakan agar faktor risiko stroke bisa dihindari.

"Kemudian 29,3% penduduk usia lebih dari 15 tahun merupakan perokok aktif dan perokok remaja capai 9,1%. Sehingga 1 dari 10 kasus stroke berhubungan dengan rokok. Ditambah dengan 1 juta kasus stroke berhubungan dengan konsumsi alkohol berlebih," ujarnya.

Berdasarkan data dari Riskesdas 2018 bahwa prevalensi stroke di Indonesia berjumlah 10,9 per mil dengan catatan daerah tertinggi yakni Kalimantan Timur 14,7 per mil, dan terendah ada di Papua 4,1 per mil.

Stroke menjadi salah satu penyakit dengan pembiayaan terbesar dari pembiayaan PTM yang menghabiskan dana sebesar Rp17 triliun yang dibagi untuk kardiovaskular Rp7,7 triliun, kanker Rp3,1 triliun, stroke Rp1,9 triliun, dan gagal ginjal Rp1,6 triliun.

"Padahal jika kita bisa menurunkan faktor risiko angka tersebut bisa ditekan, dan kita bisa hemat pengeluaran negara ini untuk sektor-sektor lain," katanya.

Berdasarkan catatan WHO juga bahwa 1 dari 4 orang di dunia akan mengalami stroke dengan kasus baru muncul 13,7 juta per tahunnya. Serta 80 juta penyintas stroke di dunia.

Diketahui bahwa PTM membunuh 41 juta jiwa setiap tahunnya atau setara dengan 71% kematian global. Sebanyak 15 juta jiwa di antaranya meninggal pada usia 30-69 tahun. Sedangkan 85% kematian dini pada negara low-middle income countries.

Sehingga berdasarkan catatan WHO bahwa hampir 22 persen populasi dunia memiliki faktor kerentanan terhadap covid-19 dan pada umumnya disebabkan PTM. Penyebab kematian covid-19 yang tinggi faktor terbesarnya karena komorbid yang berat. (OL-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat