visitaaponce.com

Tidak Konsumsi Makanan Cepat Saji Bisa Bantu Anak Terhindar dari Diabetes

Tidak Konsumsi Makanan Cepat Saji Bisa Bantu Anak Terhindar dari Diabetes
Ilustrasi(Freepik)

PAKAR Kesehatan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Syamsul Arifin mengingatkan para orangtua agar tidak memberikan makanan cepat saji kepada anak mereka agar terhindar dari risiko terkena diabetes.

"Salah satu jenis makanan pemicu faktor risiko kejadiaan diabetes pada anak adalah konsumsi junk food atau makanan cepat saji yang tinggi gula dan lemak," kata Syamsul, dikutip Jumat (10/2).

Syamsul menjelaskan, kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji saat ini sudah menjadi fenomena mengingat anak-anak sangat suka dengan cita rasa yang kuat.

Baca juga: Jumlah Anak Pengidap Diabetes di Kota Semarang Naik 40 Persen

Rasa-rasa itu sangat berkesan di lidah anak-anak, sehingga mereka merasakan sensasi ketika mencicipi makanan tersebut.

Adapun jenis makanan cepat saji yang menjadi favorit anak-anak seperti chicken nugget, sosis, mi instan, burger, dan sejenisnya.

Syamsul memaparkan beberapa dampak makanan cepat saji terhadap kejadian diabetes mellitus, yaitu efek cepat pada kadar gula darah karena makanan olahan yang tinggi kalori dan rendah vitamin, mineral dan serat cepat rusak di dalam tubuh dan dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah dengan cepat.

Kemudian ukuran porsi yang tidak tepat karena cepat saji biasanya tidak terlalu mengenyangkan dan sering tersedia dalam ukuran porsi yang besar, sehingga dapat terjadi lonjakan gula darah dan penambahan berat badan.

"Kelebihan berat badan menjadi faktor risiko utama menyumbang diabetes tipe 2, termasuk pemicu kadar trigliserida yang mengandung lemak trans dan jenuh tinggi," ujar Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.

Oleh karena itu, Syamsul mengingatkan orangtua agar mempunyai taktik yang bijak menangkal godaan makanan cepat saji untuk anak-anaknya, selain membiasakan anak senang berolahraga sejak dini.

"Sehingga upaya pencegahan terhadap peningkatan kasus diabetes pada anak dapat efektif," katanya.

Ancaman diabetes tidak hanya dihadapi oleh kelompok usia dewasa, tapi penyakit ini juga dapat mengancam anak-anak.

Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus diabetes pada anak melonjak sampai 70 kali lipat pada 2023, jika dibandingkan dari 2010 yang hanya 0,028 per 100.000, prevalensi pada Januari 2023 adalah 2 per 100.000 jiwa.

Berdasarkan usia, sebaran kasus diabetes pada anak yang paling tinggi berada di usia 10 sampai 14 tahun dengan porsi 46,23%.

Diikuti dengan anak usia 5 sampai 9 tahun sebesar 31,05%, anak usia 0 sampai 4 tahun sebanyak 19%, dan anak usia lebih dari 14 tahun 3%. (Ant/OL-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat