visitaaponce.com

Manajemen Arus Mudik dan Balik Lebaran Harus Disiapkan Matang

Manajemen Arus Mudik dan Balik Lebaran Harus Disiapkan Matang
Arus mudik di pelabuhan Merak(Dok. Antara/Khoirunas)

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, mendorong pemerintah untuk menyiapkan manajemen arus mudik dan arus balik Lebaran tahun ini secara matang. Kenaikan jumlah pemudik di tahun ini akan berdampak pada tingkat kemacetan yang tinggi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kemenhub diperkirakan orang yang mudik mencapai 123,8 juta orang di 2023.

"Sebisa mungkin manajemen gelombang mudik, termasuk rekayasa lalu lintas perlu dipersiapkan secara matang. Hal ini agar tidak meluap di jalan tol di hari-hari puncak mudik," ungkapnya saat dihubungi, Selasa (7/3).

Menurutnya, antisipasi lonjakan mudik perlu bersinergi dengan dunia usaha, industri, hingga pendidikan. Itu karena keputusan waktu mudik biasanya jg menyesuaikan libur dari sekolah anak.

Baca juga: 123,8 Juta Orang Diprediksi akan Mudik Lebaran 2023

"Kalau macet di mana-mana maka ekonomi juga tidak bisa mendapat benefit besar dari momentum musiman ini. Perlu ada sinergi lintas sektoral yang baik," terang Eko.

Selain itu, tambahnya, geliat ekonomi juga bergantung pada stabilitas harga pangan. Pemerintah diminta mampu mengontrol stabilitas harga pangan hingga menjelang Lebaran.

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran), Deddy Herlambang, berpendapat pemberlakuan rekayasa lalu lintas seperti pengaturan satu arah atau one way saat arus mudik Lebaran dianggap bermasalah dan tidak efektif mengurai kemacetan.

Baca juga: Jelang Lebaran, 250 Ribu Tiket Kereta Jarak Jauh Ludes Terjual

"Saran saya untuk one way ditiadakan karena berkaca di 2022 itu banyak bermasalah. Misalnya di Cipularang ke arah Jakarta, ada warga yang sakit tapi terhambat berobat karena one way," bilangnya.

Sementara itu, Deddy mengatakan, untuk penerapan contraflow atau mengubah arah dalam satu jalur menjadi dua dinilai perlu dilakukan untuk mengurai kemacetan.

"Kalau contra flow silakan diberlakukan, tetap ada dua jalur yang berjalan tapi mungkin proporsinya beda. Dari Jawa akan lebih banyak jalur yang dipakai untuk contra flow ini," ucapnya.

 

(Z-9)


 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat