visitaaponce.com

Pasien Diabetes, Waspadai Penyempitan Pembuluh Darah Arteri

Pasien Diabetes, Waspadai Penyempitan Pembuluh Darah Arteri
Ilustrasi(Freepik)

PENYEMPITAN pembuluh darah arteri pada tubuh, khususnya kaki, sering kali terjadi pada pasien diabetes. Hal itu dikatakan Suko Adiarto dari Heartlogy Center.

Pasalnya, hal tersebut dapat membuat kaki terluka dan sulit disembuhkan, sehingga berisiko amputasi.

Dokter jantung sub spesialisasi kardiologi intervensi tersebut mengatakan banyak pasien dengan penyempitan pembuluh darah arteri datang ke dokter sudah dalam keadaan terlambat. Tidak jarang, pasien harus dioperasi hingga diamputasi.

Baca juga: Cegah Amputasi, Tangani Luka Diabetes dengan Tepat

Akibatnya, aliran darah dari jantung yang kaya oksigen serta nustrisi menuju seluruh tubuh menjadi terhambat. Hal ini dapat menimbulkan Penyakit Arteri Perifer (PAP), yaitu terjadinya penyumbatan pada arteri perifer dan memiliki risiko lebih besar terhadap pasien diabetes.

"Paling sering ke kaki, walaupun juga bisa stroke, ke tangan, ke ginjal," kata Suko, Kamis (4/5).

Dia mengatakan ancaman amputasi paling nyata jika PAP terjadi secara tiba-tiba atau akut di daerah kaki. Selain itu, PAP dapat terjadi secara perlahan atau kronik dan menyebabkan kaki kekurangan oksigen.

Baca juga: Gangguan Mata yang Dialami Pengidap Diabetes Bisa Berujung Kebutaan

Saat terjadi penyumbatan aliran darah, kulit yang terluka akan lebih sulit sembuh. Oleh sebab itu, orang-orang dengan faktor risiko penyumbatan aliran darah, seperti pasien diabetes, kolesterol, perokok, dan lainnya harus menjaga kondisi tubuhnya dan melakukan pengecekan rutin ke dokter.

Berdasarkan data yang disampaikan Suko, semakin tinggi usia seseorang maka akan semakin tinggi prevalensi atau kecenderungan mereka mengalami PAP. 

Suko pun menjelaskan ada beberapa fase kritis saat suplai darah ke kaki sangat sedikit hingga risiko ancaman amputasi menjadi
tinggi.

Pertama adalah rest pain, yakni saat kaki tidak digerakkan, tetapi tetap terasa nyeri. Kedua, saat terjadi luka pada kaki dan tidak dapat disembuhkan. Ketiga, tekanan darah di pergelangan kaki 50 mmHg dan tekanan darah di jari kaki 30 mmHg.

Untuk mendeteksi adanya penyempitan pembuluh darah sedari awal, Suko menyarankan untuk pasien secara mandiri meraba pembuluh darah di sekitar kaki, apakah berdenyut atau tidak. 

Bandingkan dengan pembuluh darah di bagian tubuh lain, seperti tangan, jika denyut terasa kecil atau bahkan tidak berdenyut sama sekali, dapat dipastikan bagian kaki tersebut mengalami penyempitan pembuluh darah dan harus segera dirujuk ke dokter.

Meskipun PAP berisiko mengalami amputasi bagi penderitanya, Suko mengatakan PAP dapat disembuhkan jika telah dideteksi dan diobati sejak dini. Salah satunya dengan melakukan angioplasti atau prosedur medis untuk mengatasi pembuluh darah arteri jantung yang tersumbat dengan bantuan kateter yang memiliki balon di ujungnya.

Sementara itu, dokter spesialis luka, Adisaputra Ramadhinara dari Heartlogy Center mengatakan perawatan luka karena PAP penting dilakukan bersamaan dengan pengawasan dokter terhadap pasien, terutama bagi pasien diabetes.

"Satu hal yang penting saat perawatan luka yang tidak sembuh-sembuh, kunci utamanya biasanya tidak bisa diselesaikan sendiri," kata Adi.

Adi mengatakan masih banyak orang dan pasien diabetes yang menyepelekan luka kecil, padahal diagnosa dan penanganan yang tidak tepat dapat berujung pada amputasi anggota tubuh. 

Bagi pasien diabetes, luka sekecil apapun jika tidak dirawat dengan baik dapat menyebabkan risiko amputasi.

Untuk itu, Adi menghimbau agar pasien diabetes yang mengalami PAP untuk mendapatkan perawatan luka, terutama perawatan oleh dokter spesialis luka. 

Selain itu, pastikan luka dibalut dengan penutup luka sesuai standar kedokteran agar luka dapat tertutupi dengan lebih optimal.

Adi juga tidak menyarankan pasien penderita PAP menggunakan kain kasa untuk menutup luka. Hal ini karena kain kasa tidak cukup melindungi luka dari risiko infeksi dan tidak dapat menjaga kelembaban daerah luka dengan baik. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat