visitaaponce.com

Kesejahteraan Guru Disebut Masih Belum Terwujud, Ada yang Bergaji Rp300 Ribu Per bulan

Kesejahteraan Guru Disebut Masih Belum Terwujud, Ada yang Bergaji Rp300 Ribu Per bulan
Ilustrasi guru sedang mengajar di kelas(Antara/Muhammad Adimaja)

ANGGOTA Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia, Toto mengungkapkan realita guru di lapangan masih sangat terpuruk. Sebuah penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur menunjukkan rentang gaji guru di beberapa SMA di kecamatan tersebut berada di kisaran Rp300 ribu hingga Rp1,2 juta per bulan.

“Guru di Indonesia itu salah satu yang paling terpuruk di dunia. Mungkin kalau secara kasuistik, saya melihat banyak guru hebat, tetapi ada 3,4 juta lebih di Indonesia yang menurut saya kondisinya terpuruk,” ungkap Toto dalam diskusi Temu Pendidik Nusantara X, Minggu (28/5).

Toto mempertanyakan keseriusan pemerintah serta legislatif untuk merampungkan berbagai permasalahan guru dan pendidikan. Dia menilai ada banyak guru yang belum sejahtera yang akhirnya mempengaruhi cara mereka mengajar para siswa.

Baca juga : Guru Harus Kuasai Literasi Digital

“Harusnya kita bisa menyadari bahwa guru itu sangat potensial dan strategis. Secerdas apapun materinya, bahan ajarnya, kalau guru tidak teredukasi, tidak dituntaskan permasalahannya, bahan ajar itu tidak akan terdistribusi ke lapangan, tidak akan sampai konsep merdeka belajar itu,” ujar Toto.

Hal itu dibenarkan anggota Komisi X DPR RI Himmatul Aliyah. Himma kerap mendapatkan laporan dan keluhan banyaknya guru honorer yang masih mendapatkan gaji dengan angka yang sangat rendah.

Baca juga : Memilih Kenang-Kenangan Spesial dan Unik untuk Guru Tercinta 

“Cuma Rp200 ribu per bulan, dibayar 3-6 bulan sekali. Ada juga guru honorer, gajinya Rp500 ribu per bulan, dibayarnya 6 bulan sekali. Kami berupaya menekan pemerintah, mendorong agar terus meningkatkan kualitas guru, serius dengan kesejahteraan guru, kami DPR tidak berhenti, kami perlu masukan dari bapak ibu bapak guru. Apa aspirasinya yang bisa kami perjuangkan,” kata Himma.

Himma juga menyadari masalah pendidikan yang kini dihadapi Indonesia, mulai dari tingkat literasi yang rendah dan sebagainya, semua bermula dari guru. Apabila kesejahteraan guru terabaikan, secara otomatis proses pendidikan pun juga akan mengalami hambatan.

“Ada hal yang menyebabkan anak-anak kita tidak bisa mengerti apa yang disampaikan guru. Ada adagium yang mengatakan tidak ada murid yang bodoh, kecuali guru yang tidak bisa mentransfer pendidikannya. Collaboration, critical thinking, creativity dan communication. Semua itu harus dikuasai guru. Tapi jangan kan itu, banyak guru yang masih berjuang demi kesejahteraannya,” kata dia.

“Kalau ingin tahu, kita ini kekurangan satu juta guru. Makanya fokus kami saat ini adalah bagaimana meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru dan mendesak ke pemerintah soal pengangkatan guru honorer. Jadi semoga semua masalah ini bisa terselesaikan,” pungkasnya. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat