visitaaponce.com

Dosen Unindra PGRI Sosialisasikan Budi Daya Maggot Berbasis Aplikasi

Dosen Unindra PGRI Sosialisasikan Budi Daya Maggot Berbasis Aplikasi
Tim Abdimas Dosen Unindra PGRI menggelar kegiatan pengabdian masyarakat di RW 03 Kelurahan Gandaria Utara, Kebayoran baru, Jaksel.(Ist)

BUDI DAYA maggot memberikan keuntungan ekonomis dan dapat mengurangi sampah organik rumah tangga. Terlebih, jumlah sampah organik di masyarakat cukup tinggi.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) 2022 menyatakan jumlah timbunan sampah di Indonesia mencapai 68,7 juta ton/tahun.

Dari jumlah tersebut, komposisi sampah organik terutama sampah sisa makanan paling besar yakni 41,27%. Adapun 38,28% dari sampah organik tersebut bersumber dari rumah tangga.

Baca juga: 10 Juta Ton Sampah Organik Ditargetkan tak lagi Dibuang ke TPA

Ketua Tim Abdimas Dosen Unindra PGRI Hugo Aries Suprapto mengatakan maggot yang termasuk larva dari jenis lalat black soldier fly (BSF) mampu membantu mengurai sampah organik.

“Dengan membudidayakan maggot, masyarakat bisa berkontribusi dalam mengurangi jumlah sampah organik yang berasal dari rumah tangga,” jelas Hugo dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/9).

Hugo menambahkan pengabdian masyarakat bertema Sistem aplikasi Budi Gopar berbasis website untuk pengolahan sampah organik melalui budi daya maggot di RW 03 Kelurahan Gandaria Utara, Kebayoran baru, Jakarta Selatan, adalah sarana memberikan informasi pemahaman pentingnya sampah organik dalam pemanfaatan budi daya maggot.

"Maggot juga memiliki nilai ekonomis dan tim kami membantu menyiapkan aplikasi maggot yang dapat diakses warga RW 03 Gandaria Utara," kata Hugo.

Baca juga: Pemkot Depok Bakal Berikan Insentif untuk Warga yang Pilah Sampah dari Rumah

Anggota Tim Abdimas Unindra PGRI Adhis Darussalam Pamungkas mengatakan ide pembudiayaan maggot berawal dari keinginan mengurangi jumlah sampah organik di Jakarta.

Sebagai gambaran, jumlah sampah yang masuk TPA Bantar Gebang Bekasi mencapai 7.200 ton per hari. Dari jumlah itu, 40% ialah sampah organik

“Setelah diteliti, budi daya maggot bisa menjadi solusi mengurangi jumlah sampah organik, terutama sampah dari rumah tangga,” jelas Adhis.

Adhis menambahkan agar warga tertarik, mereka diajari cara mengelola maggot secara mudah dan murah. Apalagi, makanan maggot bisa berupa sampah rumah tangga seperti sisa makanan, lauk-pauk, atau sayuran.

Baca juga: USK Raih Silver Medali International WalisongoScience Competition 2023

Nilai jualnya pun berkisar Rp40 ribu-Rp70 ribu per kilogram. Artinya, semakin banyak jumlah maggot yang dibudidayakan, uang yang didapat juga lebih besar.

“Hal yang juga penting, warga harus melihat maggot sebagai sesuatu yang memiliki nilai jual karena sudah banyak aplikasi yang bersedia membeli hasil budi daya maggot dengan harga baik,” jelas Adhis.

Ia berharap melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang didanai oleh Kemendikbudristek itu menambah pengetahuan dan pemahaman bahwa sampah organik yang dipilih bisa digunakan untuk budi daya maggot.

Kegiatan abdimas ini diikuti dosen lain yakni Salman Alfarizi, Sigit Widiyarto, Siti Alifah, Retno, dan Harmi, serta dibantu dua mahasiswa yakni Nur Fatihah dan Nur Habibah. (RO/S-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat