visitaaponce.com

El Nino Picu Kemarau Panjang, Risiko Karhutla Patut Diwaspadai

El Nino Picu Kemarau Panjang, Risiko Karhutla Patut Diwaspadai
Kebakaran lahan pertanian di Wilayah Kalimantan Selatan(MI/Denny Susanto Ainan)

SETIAP tahun Indonesia selalu direpotkan dengan berbagai kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda sejumlah wilayah di Tanah Air. Kondisi karhutla di Indonesia setiap tahun menjadi momok bagi kehidupan masyarakat. Bagaimana tidak, terbakarnya hutan dan lahan yang kering ini, selain merusak lingkungan, juga menimbulkan kabut asap pekat yang menyebabkan polusi udara.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, pada 2023 ini bencana karhutla juga menjadi salah satu bencana yang menyita perhatian banyak pihak karena angkanya disebut naik signifikan. Hal ini menjadikan karhutla sebagai salah satu bencana yang perlu atensi khusus.

Pulau Sumatra, Jawa, hingga Kalimantan menjadi tiga pulau utama di mana sejumlah kasus kebakaran hutan melanda dan menyebar dengan luas. Banyaknya kasus karhutla ini tidak terlepas dari kondisi lahan dan hutan yang kering akibat dari minimnya curah hujan di hampir seluruh wilayah di Indonesia dalam waktu yang lama. Apalagi Indonesia saat ini memang sedang mengalami musim kemarau. Parahnya lagi, kondisi kemarau di tahun ini jauh lebih panjang dan kering akibat dari hadirnya fenomena El Nino.

Baca juga : Asap Karhutla Sumsel Tutupi Akses Jalan

El Nino di Indonesia dan dampaknya

El Nino, menurut definisi Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG) adalah fenomena iklim ketika terjadi pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal dan terjadi di wilayah Samudra Pasifik bagian tengah. Kondisi pemanasan SML meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah sehingga mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Hadirnya El Nino menjadi pemicu terhadap kondisi kekeringan di wilayah Indonesia secara umum.

BMKG memprediksi bahwa El Nino masih akan berlanjut hingga Februari 2024. Sementara itu, 79% wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Bahkan, bukan hanya El Nino, Indonesia juga saat ini tengah mengalami fenomena iklim Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Kedua fenomena iklim ini secara bersamaan mendukung semakin tingginya suhu yang lebih panas dan musim kemarau yang lebih ekstrem. Hal ini pun dikonfirmasi oleh Dwikorita Karnawati, selaku kepala BKMG.

Baca juga : Kabut Asap Bikin Enam Penerbangan di Bandara Syamsudin Noor Ditunda

Puncak dari indeks El Nino Souhtern Oscillation (ENSO) diprediksi BMKG terjadi pada Desember 2023 dan secara bertahap akan menurun. Selain berdampak terhadap berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia, El Nino juga menjadi faktor yang memperpanjang musim kemarau, kekeringan yang memicu semakin mudahnya kebakaran hutan, serta potensi gagal panen di sektor pertanian.

Titik panas naik signifikan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan bahwa per 5 September 2023, telah mendeteksi 3.788 titik panas (hotspot) yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Menteri LHK Siti Nurbaya bahkan mengatakan, jumlah titik panas yang terdeteksi meningkat signifikan hingga tiga kali lipat jika dibandingkan dengan 2022 yang hanya 979 titik. 

KLHK pun menetapkan 10 provinsi di Indonesia yang dinilai rawan terjadi karhutla, yaitu Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, serta Papua.  Jumlah titik panas di pada 10 provinsi ini bahkan mencapai angka 2.608 titik selama rentang periode Januari hingga September 2023. Peningkatannya mencapai  5 kali lipat.

Baca juga : Ratusan Hektare Areal Perkebunan di Kabupaten Banjar Terbakar

Menurut data yang dihimpun dari situs pemantauan hotspot milik KLHK (https://sipongi.menlhk.go.id/) bencana karhutla di Indonesia per Juli 2023, telah menghanguskan wilayah dengan luas mencapai 90.405,15 hektare. Secara historis angka tertinggi ada pada 2021, yaitu karhutla berdampak terhadap rusaknya lahan dengan luas mencapai 358.867 ha. Meski begitu, mengingat data terakhir di-input pada Juli 2023, capaian luas kebakaran hutan di tahun ini diperkirakan masih akan terus bertambah.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 499 kasus karhutla di dalam negeri selama periode Januari hingga Agustus 2023. Abdul Muhari, selaku Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, mengungkapkan kasus kebakaran hutan di tahun ini meningkat lebih cepat jika dibandingkan dengan periode dua tahun sebelumnya. Bencana karhutla pada 2023 dinilai yang paling parah sejak 2020. Faktor tingginya kasus di tahun ini menurut Abdul Muhari disebabkan oleh adanya fenomena El Nino. Bahkan, dirinya memprediksi bahwa bencana karhutla pada 2024 bisa lebih parah daripada tahun ini. Pasalnya, pada 2023 fenomena El Nino yang terjadi masih dalam kategori rendah sampai moderat.

Risiko kabut asap di Singapura dan Malaysia
Dampak karhutla tidak hanya dirasakan sejumlah masyarakat Indonesia, tetapi juga masyarakat di sejumlah negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. Terjadinya kebakaran hutan dan lahan kering di Indonesia sudah tentu menyebabkan timbulnya asap hasil pembakaran. Asap-asap ini kemudian terbawa angin hingga sampai di Singapura dan Malaysia, apalagi jika kebakaran terjadi di wilayah Pulau Sumatra dan Kalimantan.

Baca juga : Karhutla Masih Berpotensi Terjadi di Tiga Provinsi

Sama seperti di Indonesia, risiko kabut asap akibat karhutla menjadi momok tahunan yang mengkhawatirkan negara sahabat. Badan Nasional Lingkungan (National Environment Agency/NEA) di Singapura, pada 2-3 September, disebut mendeteksi sebanyak total 28 titik api di Pulau Sumatra. 

Pihak NEA menyatakan bahwa kondisi cuaca kering yang masih berlanjut di pulau tersebut akan meningkatkan situasi hotspot serta kabut asap yang menimbulkan risiko bagi ‘Negeri Singa’ dalam beberapa minggu yang akan datang.

Sementara itu, di Malaysia kualitas udara terpantau memburuk seiring dengan munculnya titik-titik api di Indonesia. Hasil pencitraan satelit dari Pusat Meteorologi Khusus ASEAN (ASEAN Specialised Meteorological Centre/ASMC), menunjukkan bahwa kabut asap dengan intensitas sedang hingga tebal terdeteksi di wilayah selatan dan tenggara Kalimantan Indonesia. Kabut ini bergerak ke arah barat laut. 

Baca juga : Langit Kalsel Mulai Terang, Kabut Asap Berkurang 

Kemudian, kabut asap dengan intensitas ringan hingga sedang terdeteksi di sebagian wilayah Kalimantan Barat dan bergerak ke arah utara hingga Sarawak bagian barat.

Menurut ASMC, kondisi ini meningkatkan adanya risiko kabut asap lintas batas di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak bagian barat. Merespons hal ini, Direktur Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Sarawak menginstruksikan kepada pemadam kebakaran di berbagai wilayahnya untuk memantau situasi.

Upaya pemerintah dan peran aktif masyarakat
Pemerintah pusat melakukan berbagai cara dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan di Indonesia. Utamanya melakukan pengawasan intensif terhadap lokasi-lokasi terindikasi munculnya titik panas. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi agar titik panas tidak semakin meluas. Pemerintah juga membentuk satuan tugas penegakan hukum terpadu karhutla dan melakukan koordinasi dengan pemerintah dalam rangka mengefektifkan upaya penanganan karhutla.

Baca juga : Data Satelit Ungkap Kabut Asap Akibat Karhutla belum Masuki Malaysia

Sejak penyusunan strategi antisipasi bencana karhutla pada 2021, pemerintah melalui BNPB telah menyusun sejumlah strategi termasuk menyiagakan sebanyak 49 helikopter untuk melakukan patroli udara serta melaksanakan kegiatan water bombing apabila diperlukan untuk memadamkan lahan yang terbakar. Melalui koordinasi antarkementerian dan lembaga, pemerintah juga telah mempersiapkan sejumlah skema operasi udara dan darat serta melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC).

Bagaimanapun, sejumlah strategi yang disiapkan dan dijalankan pemerintah untuk mengatasi bencana karhutla tidak akan pernah cukup apabila tidak dibarengi dengan kesadaran masyarakat untuk turut aktif mencegah terjadinya bencana karhutla. Peran aktif masyarakat dibutuhkan, seperti tidak melakukan pembakaran sembarangan di area lahan yang kering dan di saat angin kencang, tidak membuang puntung rokok sembarangan sehingga memicu percikan api yang dapat membakar lahan-lahan yang kering, memberi jarak tempat pembakaran sampah dari bangunan sekitar 50 kaki, dan sejauh 500 kaki dari hutan, serta tidak membuat api unggun di wilayah yang rawan terjadi kebakaran.

Bencana karhutla pada 2023 ini perlu disikapi serius karena berpotensi meluas akibat dari adanya fenomena El Nino. Bencana karhutla di Indonesia tentunya menimbulkan sejumlah kerugian. Selain berdampak terhadap kerusakan lingkungan, karhutla juga mengakibatkan kerugian ekonomi, sosial, sampai kesehatan. Bahkan, kabut asap yang ditimbulkan dari bencana karhutla di Indonesia terus membawa risiko dan berpotensi mengganggu aktivitas masyarakat di negara-negara tetangga. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat