visitaaponce.com

Tafsir Al-Qiyamah Ayat 22-23 di Akhirat Allah Dapat Dilihat

Tafsir Al-Qiyamah Ayat 22-23 di Akhirat Allah Dapat Dilihat
Tulisan Allah dalam bahasa Arab.(Freepik.)

APAKAH Allah subhanahu wa ta'ala dapat dilihat di akhirat nanti? Para ulama ahlusunah wal jamaah sepakat bahwa di akhirat nanti Allah dapat dilihat oleh orang-orang yang beriman. Salah satu dalilnya di Surat Al-Qiyamah ayat 22-23.

Bagaimana lebih jelasnya tafsir atau penjelasan tentang Allah dapat dilihat di akhirat? Berikut penjelasan dari Kiai Asyari Masduki dari LDNU PC Kediri, Jawa Timur.

Surat Al-Qiyamah ayat 22-23

وُجُوهࣱ یَوۡمَىِٕذࣲ نَّاضِرَةٌ ۝  إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةࣱ

Wujuuhuy yauma idzin naadhirah. Ilaa rabbihaa naazhirah.

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.

Penjelasan

Ayat tersebut menjelaskan bahwa wajah penduduk surga berseri-seri. Mereka sangat gembira pada saat melihat zat Allah. 

Baca juga: Tafsir Ibrahim Ayat 10 tidak Ada Keraguan tentang Keberadaan Allah

"Ayat ini dalil bagi ahlussunnah wal jama'ah bahwa Allah dapat dilihat di akhirat," tegas Asyari. Penduduk surga (orang-orang mukmin) melihat Allah ketika mereka berada di dalam surga. 

Namun, perlu diingat bahwa Allah (zat yang mereka lihat) ada tanpa arah dan tanpa tempat, tidak di dalam atau di luar surga, tidak di atas, di bawah, di depan, di belakang, di kanan, dan di kiri. Berikut penjelasan Al-Imam Abu Hanifah radhiyallahu anhu.

Baca juga: Tafsir Al-Qur'an Berbahasa Arab dengan Kalam Allah bukan Huruf

والله تعالى يُرى في الآخرة يراه المؤمنون وهم في الجنة بأعين رؤوسهم بلا تشبيه ولا كيفية ولا كمية ولا يكون بينه وبين خلقه مسافة

Dan Allah ta'ala dilihat di akhirat, orang-orang mukmin melihat-Nya dan mereka berada di dalam surga dengan mata kepala mereka dengan tanpa tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk), tanpa kaifiyah (menyifati Allah dengan sifat makhluk), dan tanpa kammiyah (menyifati Allah dengan memiliki ukuran), serta tidak ada jarak di antara Allah dan makhluk-Nya .

Baca juga: Tafsir An-Nisa 164: Kalam Allah bukan Huruf dan Suara

Poin kedua dari ayat itu ialah melihat zat Allah (rukyatullah) merupakan nikmat terbesar bagi penduduk surga. Volume (sering dan jarangnya) penduduk surga dalam melihat Allah berbeda-beda. Semakin tinggi derajat seseorang menurut Allah, semakin sering dia dapat melihat Allah.

Hal itu hanya menjadi nikmat terbesar bagi orang-orang beriman. Orang kafir tidak dapat melihat Allah. Simak firman Allah ta'ala berikut.

إنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ

Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) pada hari itu (di akhirat) benar-benar ditutup dari melihat Tuhan mereka.

Baca juga: Tafsir An-Najm Ayat 42: Zat Allah tidak Dapat Dibayangkan

Ada pula sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

 إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَا تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ

Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini. Dan kalian tidak akan saling berdesakan dalam melihat-Nya" (HR Bukhari).

Baca juga: Tafsir Al-Qamar 49: Allah Ciptakan Segala Sesuatu dengan Ukuran

Dalam hadis ini, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak menyamakan Allah dengan bulan. Namun, Rasulullah menyamakan melihat Allah dengan melihat bulan dalam hal sama-sama tidak ada keraguan tentang yang dilihatnya.

Sebagaimana orang yang melihat bulan di malam purnama tidak ragu dengan yang dilihatnya bahwa itu ialah bulan, demikian juga penduduk surga ketika melihat Allah, mereka tidak ragu bahwa yang dilihatnya ialah Allah.

Baca juga: Tafsir Al-Anfal Ayat 17 terkait Usaha Manusia dengan Kehendak Allah

Hadis tersebut juga menguatkan keyakinan ahlussunnah wal jama'ah bahwa ketika penduduk surga melihat Allah di dalam surga, Allah yang dilihatnya ada tanpa tempat. Ini karena seandainya Allah berada pada suatu tempat tertentu pasti terjadi desak-desakan ketika melihatnya.

Asyari mengingatkan sejumlah hal yang perlu diperhatikan. Penafsiran kelompok muktazilah terhadap إلى ربها ناظرة dengan menunggu nikmat Tuhannya ialah tidak benar. Ada dua argumentasi.

Baca juga: Tafsir Al-Baqarah Ayat 286 tentang Usaha Manusia dan Takdir Allah

a. Dalam bahasa Arab kata نظر إلى hanya memiliki makna melihat dengan mata, tidak bisa dimaknai dengan menunggu.

b. Surga ialah tempat kenikmatan. Di sana tidak ada sedih, susah, sakit, dan bosan. Sementara perbuatan menunggu tergolong perbuatan yang membosankan, bukan merupakan kenikmatan, sehingga tidak mungkin penduduk surga menunggu nikmat di dalam surga. 

Baca juga: Ayat Kursi dengan Terjemahan dan Tafsir Sekilas

Alasan muktazilah dalam menakwilkan ayat di atas dengan menunggu nikmat ialah karena dalam bayangan mereka sesuatu yang bisa dilihat itu harus berupa benda, sedangkan Allah bukan benda. Ini hanyalah khayalan yang tidak benar, karena tidak disyaratkan sesuatu yang bisa dilihat itu harus berupa benda, tetapi syarat sesuatu yang bisa dilihat ialah keberadaannya.

Ini perkatan para ulama.

فالبارئ موجود فيصح أن يرى

Allah itu ada sehingga sah (secara akal) untuk bisa dilihat. 

Baca juga: Surat Al-Ikhlas dan Terjemahannya, Penyebab Turun, Tafsir Sifat Allah

Demikianlah salah satu bentuk akidah iman kepada Allah dalam paham ahlussunah wal jamaah bahwa Allah dapat dilihat oleh mata orang-orang beriman di dalam surga. Semoga kita termasuk golongan tersebut yang memperoleh nikmat terbesar di akhirat yakni melihat Allah. Wallahu a'lam. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat