visitaaponce.com

Kisah Nabi Nuh a.s. dan Mukjizatnya Membuat Bahtera Besar agar Terhindar dari Banjir Bandang

Kisah Nabi Nuh a.s. dan Mukjizatnya Membuat Bahtera Besar agar Terhindar dari Banjir Bandang
Kisah Nabi Nuh a.s.(freepik.com & pngtree.com)

Kisah Nabi Nuh Alaihissalam mengajarkan kepada kita tentang kesabaran serta keyakinan akan ajaran Allah Swt Yang Maha Esa, menyembah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Nabi Nuh a.s. diutus di masa kekosongan para nabi dan rasul. Beliau diutus untuk menyerukan ajaran tauhid kepada Bani Rasib yang saat itu menyembah berhala dan hidup penuh kesesatan. 

Dalam kisah Nabi Nuh a.s., Beliau diperintahkan untuk membuat bahtera besar untuk menyelamatkan dirinya beserta pengikutnya dan hewan-hewan dari bencana banjir besar, yakni azab bagi orang yang ingkar terhadap ajarannya. 

Nabi Nuh a.s. juga menjadi "bapak peradaban dunia yang kedua" karena dari keturunannya lah terjadi penyebaran umat manusia selepas bencana banjir bandang.

Bagaimana kisah Nabi Nuh a.s. selengkapnya? Simak di sini sampai selesai ya!

Baca juga: Kisah Nabi Ilyas a.s. yang Dipercaya Masih Hidup Hingga Hari Ini

Kisah Nabi Nuh a.s. dan Silsilah Keluarganya

Nabi Nuh a.s. merupakan keturunan kesembilan dari Nabi Adam a.s. dan Nabi Nuh a.s. memiliki nama lengkap Nuh bin Lamik bin Matusylakh bin Idris bin Yarad bin Mahlayil bin Qainan bin Anusi bin Syits bin Adam. Nabi Nuh a.s. diriwayatkan lahir di Mesopotamia dan diutus untuk Bani Rasib.

Nabi Nuh a.s. mempunyai 4 orang anak, yakni Sam, Ham, Yafits, dan Kan'an. Pada pendapat lain mengatakan bahwa Nabi Nuh a.s. mempunyai 4 anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan yang tidak diketahui namanya.

Dari keluarga Nabi Nuh a.s., Kan'an dan istri Nabi Nuh a.s. yang bernama Wali'ah menjadi anggota keluarga yang tidak beriman kepada Allah Swt.

Baca juga: Kisah Nabi Yakub a.s. Lengkap dan Sejarahnya dengan Bani Israil

Kisah Nabi Nuh a.s. Selama Masa Dakwahnya

Diriwayatkan, Nabi Nuh a.s. lahir sekitar 1000 tahun setelah wafatnya Nabi Adam a.s. Namun, ada pula yang menyebutkan bahwa Nabi Nuh a.s. lahir 146 tahun setelah wafatnya Nabi Adam a.s. Pada masa itu, terjadi kekosongan di antara dua rasul (Nabi Adam a.s. dan Nabi Idris a.s.) yang dikenal dengan masa Fatrah.

Apabila dibiarkan terlalu lama, ditakutkan umat manusia akan kembali ke ajaran nenek moyang, yakni menyembah berhala dan melakukan berbagai macam dosa, seperti membuat kemungkaran dan bermaksiat.

Pada masa fatrah itulah Nabi Nuh a.s. menerima wahyu dari Allah Swt untuk menyebarkan ajaran tauhid, yakni menyembah Allah Swt Yang Maha Esa. 

Nabi Nuh a.s. diutus di tengah-tengah Bani Rasib yang menyembah 5 berhala, yakni Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Dikisahkan, berhala-berhala tersebut berasal dari nama-nama orang saleh yang kala itu hidup di tengah kaum tersebut.

Mereka membuat patung tersebut untuk mengenang jasa dan kebaikan 5 orang taat tersebut. Sayangnya, semakin lama, Bani Rasib tersebut justru mulai mengistimewakan dan bahkan mulai menyembah patung tersebut.

Nabi Nuh a.s. mulai mengajak kaumnya untuk menyembah Allah Swt. Sayangnya, Nabi Nuh a.s. mendapat penolakan keras dari Bani Rasib dan mengatakan bahwa Nabi Nuh a.s. adalah orang yang sesat.

Kisah Nabi Nuh a.s. yang berdakwah kepada Bani Rasib pun tertulis dalam Al-Qur'an Surat Al-A'raf ayat 59-64.

"Sungguh, Kami telah mengutus Nuh (sebagai rasul) kepada kaumnya, lalu ia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah (karena) tidak ada tuhan bagi kamu selain Dia.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah) aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (hari Kiamat)."

"Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar melihatmu (berada) dalam kesesatan yang nyata.” Dia (Nuh) menjawab, “Hai kaumku, tidak ada padaku kesesatan sedikit pun, tetapi aku adalah rasul dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan kepadamu risalah (amanat) Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu. Aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui"."

"Apakah kamu (tidak percaya dan) heran bahwa telah datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu kepada seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu, agar kamu bertakwa, dan agar kamu mendapat rahmat?” (Karena) mereka mendustakannya (Nuh), Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera serta Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya)."

Nabi Nuh a.s. tidak merasa putus asa. Beliau tetap berdakwah untuk memperkenalkan Allah Swt lewat ciptaan-Nya, seperti matahari, bulan, bintang, tanaman, hewan-hewan dan lain-lain. Nabi Nuh a.s. juga memberikan bukti kebesaran Allah Swt serta menerangkan kepada kaumnya bahwa setiap tindakan kita akan diganjar oleh Allah Swt, apakah itu mendapat pahala atau mendapat dosa.

Setiap berdakwah, Nabi Nuh a.s. selalu mendapat tanggapan yang tidak menyenangkan. Banyak yang mencemooh, menghina, bahkan mengancam Nabi Nuh a.s. Namun, Nabi Nuh a.s. selalu berdoa kepada Allah Swt agar hati kaumnya terbuka dan menerima ajaran tauhid yang diberikan. 

Baca juga: Kisah Nabi Ishaq a.s. dari Kelahirannya yang Dinanti Hingga Wafatnya

Kisah Nabi Nuh a.s. Membuat Bahtera

Sampai akhirnya, Nabi Nuh a.s. mendapat wahyu dari Allah Swt untuk membuat kapal atau bahtera yang besar agar bisa menampung para pengikutnya serta hewan-hewan. Tanpa bertanya, Nabi Nuh a.s. segera melaksanakan perintah dari Allah Swt tersebut. Nabi Nuh a.s. mulai mengerjakan membuat bahtera di tempat yang jauh dari jangkauan kaumnya.

Namun, para kaumnya mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh Nabi Nuh a.s. dan mereka mulai mencemooh dan mengatakan bahwa Nabi Nuh a.s. adalah orang gila. Mereka terus mengejek apa yang sedang dikerjakan oleh Nabi Nuh a.s. dan Utusan Allah Swt tersebut pun berkata bahwa akan tiba masanya mereka akan mendapat azab pedih dari Allah Swt. 

Mendengar perkataan Nabi Nuh a.s., mereka semakin menghinanya. Kendati demikian, Nabi Nuh a.s. tidak mau ambil pusing dan terus mengerjakan membuat bahtera. Diriwayatkan, bahtera Nabi Nuh a.s. berukuran dengan panjang 300 hasta (183 meter), lebar 50 hasta (30,5 meter), dan tinggi 30 hasta (18,3 meter). 

Bahtera Nabi Nuh a.s. terbagi menjadi 3 tingkat, yakni tingkat bawah untuk binatang buas dan binatang ternak, tingkat tengah untuk para pengikutnya dan binatang jinak, dan tingkat atas untuk burung-burung.

Kisah Nabi Nuh a.s. dalam membuat bahtera ini tertuang dalam Al-Qur'an Surat Hud ayat 36-39 yang berbunyi:

"Diwahyukan (oleh Allah) kepada Nuh, “(Ketahuilah) bahwa tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar telah beriman. Maka, janganlah engkau bersedih atas apa yang selalu mereka perbuat. Buatlah bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah engkau bicarakan (lagi) dengan-Ku tentang (nasib) orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan"."

"Mulailah dia (Nuh) membuat bahtera itu. Setiap kali para pemuka kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, “Jika kamu mengejek kami, sesungguhnya kami pun akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami). Maka, kelak kamu mengetahui siapa (di antara kita) yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan (siapa pula) yang akan ditimpa azab yang kekal".”

Baca juga: Kisah Nabi Ismail a.s. dan Turunnya Perintah Berkurban dari Allah Swt

Kisah Nabi Nuh a.s. dan Banjir Bandang

Hari pembalasan bagi kaum Nabi Nuh a.s. pun tiba. Allah Swt pun memerintahkan Nabi Nuh a.s. bersama pengikutnya serta hewan-hewan untuk masuk ke dalam bahtera yang dibuatnya. Para kaumnya yang masih ingkar mengolok-olok Nabi Nuh a.s. bersama para pengikutnya adalah orang yang tidak mempunyai akal dan sesat. Namun, Nabi Nuh a.s. tidak memedulikan omongan mereka.

Sebelumnya, kaum Nabi Nuh a.s. telah diberitahu bahwa akan ada banjir bandang yang dapat menenggelamkan wilayah tersebut bahkan bisa menenggelamkan seluruh manusia. Namun, mereka tidak mempercayai kata-kata Nabi Nuh a.s. Bahkan, istri Nabi Nuh a.s. dan anak mereka yang bernama Kan'an termasuk ke dalam golongan kaum yang tidak menaati ajaran Nabi Nuh a.s.

Nabi Nuh a.s. pun masih mencoba mengajak sang istri dan Kan'an untuk beriman kepada Allah Swt. Namun, keduanya tetap menolak dan tetap berpegang teguh kepada ajaran nenek moyang. Sehingga, dengan berat hati Nabi Nuh a.s. meninggalkan dua anggota keluarganya tersebut.

"Nuh memanggil anaknya, sedang dia (anak itu) berada di tempat (yang jauh) terpencil, “Wahai anakku, naiklah (ke bahtera) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.” Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan berlindung ke gunung yang dapat menyelamatkanku dari air (bah).” (Nuh) berkata, “Tidak ada penyelamat pada hari ini dari ketetapan Allah kecuali siapa yang dirahmati oleh-Nya.” Gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah dia (anak itu) termasuk orang-orang yang ditenggelamkan," (QS. Hud 42-43).

Maka, habislah kaum yang mengingkari ajaran Nabi Nuh a.s. termasuk istri dan anaknya, Kan'an.

Baca juga: Kisah Nabi Ibrahim a.s. yang Melawan Raja Namrud Hingga Tak Mempan Dibakar

Kisah Nabi Nuh a.s. Setelah Banjir Bandang

Setelah berlayar di dalam kapal, Bahtera Nabi Nuh a.s. pun berlabuh. Dalam Al-Qur'an Surat Hud ayat 44 dituliskan bahwa kapal Nabi Nuh a.s. berlabuh di atas Gunung Judiy yang kini dipercaya berada di Irak. 

Inilah menjadi "peradaban kedua" manusia di mana dipercaya bahwa manusia di dunia hari ini adalah keturunan Nabi Nuh a.s. Diriwayatkan, tidak banyak pengikut Nabi Nuh a.s. dan semuanya meninggal dunia karena wabah setelah banjir bandang. Namun, sebagian pendapat yang lain mengatakan bahwa pengikut Nabi Nuh a.s. tidak dapat memiliki anak karena usia mereka yang sudah berusia lanjut. Sehingga, penyebaran umat manusia yang kedua ini berasal dari anak-anak Nabi Nuh a.s., yakni Sam, Ham, dan Yafits.

Salah satu hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dikatakan, "Sam adalah moyang orang Arab, Ham adalah moyang Habsyah (Ethiopia, Afrika), dan Yafets adalah moyang orang Rum (Romawi, Eropa)."

Hal ini diperkuat dengan firman Allah Swt dalam Al-Qur'an Surat As-Saffat ayat 75-77 yang berbunyi:

"Sungguh, Nuh benar-benar telah berdoa kepada Kami dan sungguh, Kamilah sebaik-baik yang memperkenankan doa. Kami telah menyelamatkan dia dan pengikutnya dari bencana yang besar. Kami menjadikan keturunannya orang-orang yang bertahan (di bumi)."

Baca juga: Kisah Nabi Luth a.s. dan Azab Bagi Kota Sodom yang Doyan Maksiat

Kisah Nabi Nuh a.s. Termasuk ke Dalam Ulul Azmi

Nabi Nuh a.s. merupakan salah satu nabi dan rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi. Gelar tersebut merupakan gelar spesial yang diberikan kepada nabi dan rasul karena memiliki ketabahan yang luar biasa dalam menyebarkan ajaran Allah Swt.

Nabi Nuh a.s. juga menjadi nabi pertama yang mendapatkan wahyu dari Allah Swt untuk menyampaikan ajaran tauhid kepada kaum yang ingkar. Diketahui, usia Nabi Nuh a.s. adalah 950 tahun dan selama 500 tahun berdakwah, hanya sedikit yang mengikuti ajaran Nabi Nuh a.s. untuk menyembah Allah Swt. Dalam riwayat menyebutkan bahwa pengikut Nabi Nuh a.s. kurang dari 100 orang. 

Dalam Al-Qur'an Surat Hud ayat 40, pengikut Nabi Nuh a.s. dituliskan, "kecuali hanya sedikit".

Atas kesabaran serta ketabahan Nabi Nuh a.s., Beliau dijuluki Ulul Azmi. Selain Nabi Nuh a.s., ada 4 nabi dan rasul lainnya yang diketahui mendapat gelar Ulul Azmi, yakni Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s., dan Nabi Muhammad Swt.

Baca juga: Kisah Nabi Daud a.s. Melawan Raja Jalut yang Cuma Pakai Katapel

Ya, itu tadi kisah Nabi Nuh a.s. lengkap dari silsilah keluarga hingga banjir bandang yang menimpa kaumnya.

Kisah Nabi Nuh a.s. memberikan pelajaran yang mendalam tentang kepatuhan kepada Allah Swt, kesabaran, keteguhan dalam berdakwah, dan tawakal kepada-Nya. 

Hal itu semua adalah nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjalani hidup yang lebih bermakna dan bertanggung jawab di hadapan Allah Swt. 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sabrina Alisa

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat