visitaaponce.com

PENGGAMBARAN Hari Ibu sangat halus. Pemaknaan itu mesti meninggalkan pemaknaan keanggunan semata dan beralih ke ruang peran perempuan sesungguhnya. Tujuannya keseluruhan ditujukan untuk mengisi ruang sosial yang tidak berpartisipasi secara penuh. Hari Ibu harus berbicara tentang kebangkitan dan perjuangan perempuan sebagaimana pesan nilai historis terselenggaranya Kongres Perempuan Indonesia ke-III diresmikan di Bandung pada tanggal 22-27 Juli 1938.

"Besarnya kesan Sejarah Gerakan Perempuan ini perlu ditampilkan agar perempuan Indonesia dapat memahami makna Hari Ibu. Dengan memahami hal tersebut, kita dapat menangkap semangat serta memanfaatkan dinamika yang ada sebaik-baiknya untuk memberdayakan perempuan," kata Sri Meisista sebagai formatur Ketua Umum Kohati PB HMI Periode 2023-2025, Jumat  (22/12), saat keterangan.

Faktanya, kebijakan yang melindungi perempuan masih menghadapi tantangan dan bahkan belum menjadi prioritas. Proporsi perempuan pada angkatan kerja formal mencapai 36,20 pada tahun 2021 dan 34,65 pada tahun 2020, sedangkan proporsi laki-laki mencapai 42,71 pada tahun 2020 dan 43,39 pada tahun 2021 (BPS, 2021).

Baca juga: Mindful Parenting Bentuk Anak yang Sukses dan Tangguh

Tingkat penyerapan tenaga kerja perempuan sebesar 53,13% dan laki-laki sebesar 82,41%. Data ini menunjukkan partisipasi perempuan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki. Namun perempuan berada di garda depan, menempati empat ruang strategis perekonomian Indonesia secara global (Muthmainnah, 2020).

"Mari kita mulai melihat dengan area produksi. Mayoritas pekerja perempuan bekerja pada industri manufaktur seperti sektor tekstil dan pakaian jadi yang mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 15,08% pada triwulan III tahun 2019 lalu. Situasi ini mengakibatkan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% pada periode yang sama. Perempuan juga mendominasi sektor produksi industri hasil tembakau (IHT), yaitu sebesar 86% dari seluruh karyawan IHT (BPS, 2017)," ujarnya.

Baca juga: Hari Ibu 2023, Mardiono: Kaum Ibu Harus Mendapatkan Kesejahteraan

Perempuan juga melakukan sebagian besar pekerjaan di industri makanan dan minuman. Kedua, perempuan berada di garis depan pemerintahan dan keuangan. Stereotip perempuan yang sabar, teliti, jujur, pekerja keras, dan gigih membuat banyak perempuan terjun ke dua bidang tersebut.

"Ketiga, perempuan memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang pemasaran. Berkat upaya para gadis promosi (SPG), penjualan produk perusahaan meningkat pesat. Seperti diketahui, dalam SPG, sebuah profesi yang bertujuan pemasaran, promosi produk biasanya dilakukan oleh perempuan guna membangkitkan minat konsumen untuk membeli produk tersebut," ungkap Sri.

Ruang Sehari-Hari

"Pekerja pada jasa industri hotel, restoran, perkantoran, pariwisata, dan kesehatan. Rata-rata, perempuan dipekerjakan sebagai penerima tamu, pramusaji, perwakilan layanan pelanggan, pusat panggilan, bagian pendaftaran, dan terkadang sebagai perawat. Inilah kontribusi nyata perempuan dalam bidang ekonomi. Kebanyakan dari mereka juga merupakan pencari nafkah dan perempuan merupakan pencari nafkah utama bagi keluarga dan rumah tangganya," tandasnya 

Beberapa waktu lalu, Indonesia sempat mengusulkan tiga hal saat pentas G-20. Pertama, keberhasilan perekonomian negara memerlukan pertimbangan lingkungan kerja yang mencegah pelecehan dan kekerasan seksual terhadap pekerja perempuan dengan mengedepankan penghormatan terhadap hak-hak perempuan.

"Kedua, anak-anak masa kini adalah pemimpin masa depan, jadi kita perlu memastikan bahwa lingkungan pendidikan bebas dari kekerasan seksual. Ketiga, partisipasi masyarakat dalam SDGs disebut kemitraan global (Tujuan 17).

Terpenting adalah mengakhiri kekerasan seksual, misalnya dengan mendukung pemulihan jangka panjang para korban melalui dana Zakat yang dialokasikan untuk perempuan dan anak-anak mereka, dan mendorong pemberdayaan ekonomi perempuan korban melalui dana Wakaf, syaratnya masyarakat lokal perlu dilibatkan," imbuh Sri. (RO/Z-7)