visitaaponce.com

Mayoritas Jemaah Haji Punya Komorbid, Diimbau tidak Paksakan Diri di Tanah Suci

Mayoritas Jemaah Haji Punya Komorbid, Diimbau tidak Paksakan Diri di Tanah Suci
Sejumlah Jemaah Calon Haji (JCH) kelompok terbang (kloter) pertama embarkasi Makassar beristirahat usai menjalani pemeriksaan kesehatan.(ANTARA/ARNAS PADDA)

PADA pelaksanaan haji tahun ini, jemaah diimbau melakukan penyesuaian diri dan tidak terlalu memaksakan dalam aktivitas ibadah sunnah di Tanah Suci. Penyesuaian ini untuk mencegah jemaah mengalami kelelahan, terutama menjelang pelaksanaan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

Penyesuaian aktivitas ibadah sunah juga bertujuan melindungi jemaah haji terhindar dari sakit atau terkena penyakit yang lebih berat. Apalagi, jemaah yang mempunyai penyakit penyerta atau komorbid harus senantiasa mengontrol penyakitnya.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Liliek Marhaendro Susilo mengatakan sebanyak 76% dari total 241 ribu jemaah haji yang berangkat pada 2024 mempunyai komorbid. Karena itu, diperlukan edukasi supaya jemaah haji dapat mengendalikan aktivitas ibadahnya.

Baca juga : Penderita Diabetes Disarankan Perhatikan Kondisi Kaki selama Berhaji

"Sekarang ini, dari semuanya (jemaah haji) berangkat, 76 persen memiliki riwayat penyakit. Yang paling banyak, yaitu dislipidemia, kolesterol tinggi. Yang kedua, hipertensi. Ketiga, diabetes melitus, gula darahnya tinggi. Keempat, jantung. Kelima, lambung, gastritis," sebut Liliek, Minggu (19/5).

Keenam, pneumonia. Pneumonia kebanyakan juga dapat timbul di sana karena cuaca panas dan kondisi kelelahan. Di Makkah, ada 11 sektor (region), yang mana tiap sektor terdapat tenaga promosi kesehatan. Mereka diminta fokus mengendalikan aktivitas jemaah tersebut.

Dengan aktivitas jemaah haji yang terkendali, Liliek berharap, tubuh mereka bugar dan sehat ketika tiba saatnya ibadah Armuzna.

Baca juga : Warga Diminta Waspadai Kambuhnya Penyakit Kronis di Pekan Pertama Lebaran

"Ini bentuk kami melindungi jemaah haji kita supaya tidak sakit. Kalaupun sakit, jangan sakit yang berat-berat. Jangan sampai mereka kelelahan dan timbul penyakit yang lebih berat dan akhirnya terjadi yang hal yang tidak kita inginkan," ujar dia.

"Aktivitas ibadah sunah tentu menyesuaikan ya. Yang kami harapkan, jemaah jangan sampai kelelahan pada saat menjelang Armuzna. Harapannya, masa Armuzna itu para jemaah sehat dan bugar," tambahnya.

Para jemaah haji pun perlu mengetahui batas kemampuannya masing-masing agar tidak sampai kelelahan. Hal ini mengingat jarak antara hotel tempat menginap dan masjid mungkin jauh sehingga membutuhkan waktu untuk berjalan kaki bila tidak ada bus.

"Di sana, aktivitas bisa jadi lebih banyak. Keluar dari lingkungan hotel sendiri, mau ke lobi itu jauh. Dari lobi, akses ke tempat bus, mau ke masjid, misalnya, itu jalan kaki ya, 200, 300, 400 meter, baru naik bus. Kalau tidak ada bus di sana ya jalan kaki, dari hotel menuju masjid bisa 1 kilometer, 2 kilometer," lanjut Liliek.

"Kalau tiap hari dilakukan di tengah cuaca panas seperti itu, bagi jemaah yang sudah terbiasa gerak, ya, memang tidak masalah, tapi biasanya lelah. Tapi bagi yang tidak pernah gerak, tiba-tiba diforsir seperti itu, bagaimana nanti. Nah, ini yang perlu kita kendalikan. Kami tidak melarang ibadah sunah, tapi tolonglah jaga, supaya jangan sampai kelelahan," pungkasnya. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat