Sidang Kasus Iklim Perdana Prancis-Swiss Digelar
![Sidang Kasus Iklim Perdana Prancis-Swiss Digelar](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/03/6d38f18c88bbac91bea504158e994dbf.jpeg)
PENGADILAN Hak Asasi Manusia Eropa akan menyidangkan kasus-kasus melawan Perancis dan Swiss atas dugaan kegagalan melindungi lingkungan pada Rabu (29/3). Sidang ini merupakan pertama kalinya pemerintah dihadapkan ke pengadilan atas dugaan kelambanan dalam menghadapi perubahan iklim.
"Kasus terhadap Swiss didasarkan pada pengaduan oleh asosiasi orang lanjut usia yakni "Club of Climate Senior" yang prihatin dengan konsekuensi pemanasan global terhadap kondisi kehidupan dan kesehatan mereka," kata The European Convention on Human Rights (ECHR).
Mereka menuduh pihak berwenang Swiss melakukan berbagai kegagalan dalam mengatasi perubahan iklim yang menurut mereka merupakan pelanggaran terhadap kewajiban pemerintah untuk melindungi kehidupan dan rumah serta keluarga warga negara.
"Ini adalah peristiwa bersejarah," kata Anne Mahrer, 64, seorang anggota klub Swiss, yang didukung oleh Greenpeace Swiss, di mana usia rata-rata anggotanya adalah 73 tahun.
Sekitar 50 dari 2.000 anggotanya akan melakukan perjalanan ke Strasbourg untuk menghadiri sidang tersebut.
Semua laporan mengenai pemanasan global selama 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa semua orang terkena dampaknya. Namun para lansia lebih terkena dampaknya, terutama wanita yang lebih tua karena risiko kardiovaskular dan pernafasan.
Baca juga: Jelang Unjuk Rasa, PM Prancis Bertemu Oposisi dan Serikat Pekerja
"Semua upaya untuk membuat pihak berwenang Swiss bertindak atas nama mereka telah gagal,” katanya.
Kasus melawan Prancis diajukan oleh Damien Careme, mantan walikota Grande-Synthe, pinggiran Kota Dunkirk di Prancis Utara, yang juga berpendapat bahwa pemerintah pusat telah gagal memenuhi kewajibannya untuk melindungi kehidupan dengan tidak mengambil langkah yang cukup untuk mencegah perubahan iklim.
Saat menjabat sebagai Wali Kota, Careme membawa kasusnya ke pengadilan Prancis atas nama kotanya dan juga atas namanya sendiri. Menurutnya, perubahan iklim meningkatkan risiko rumahnya kebanjiran.
Pengadilan administratif tertinggi Prancis memutuskan untuk memenangkan kota tersebut melawan pemerintah pusat pada tahun 2021, tetapi menolak kasus individu yang diajukan oleh Careme, yang kemudian dibawa ke ECHR.
"Pertaruhannya sangat tinggi," kata Corinne Lepage, mantan menteri ekologi Prancis dan salah satu pengacara Careme dalam kasus ini. (AFP/Z-10)
Terkini Lainnya
Tuntutan Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa Lalu Dipastikan Tak Surut
Ganjar Sebut Prabowo Tak Tegas Jawab Isu Pelanggaran HAM
Setara: Di Era Jokowi, Pemerintah Masih Abaikan Kasus Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu
Kontras Sebut AKBP Harnoto tidak Layak Adili Kasus HAM Berat
Kualitas Calon Hakim Ad Hoc HAM Diragukan
Spalletti masih Dipercaya Jadi Pelatih Timnas Italia
Murat Yakin: Swiss Membuktikan Tim Kecil Bisa Mendominasi
Bryan Cristante Akui Italia Merasa Frustrasi di EURO 2024
Gianluigi Donnarumma Minta Maaf kepada Penggemar Italia Setelah Kalah di EURO 2024
Matteo Darmian Kecewa dan Menyesal Setelah Italia Kalah di EURO 2024
Luciano Spalletti Akui Perlu Mengubah Banyak Hal Setelah Italia Tersingkir dari EURO 2024
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap