visitaaponce.com

Rumah Sakit Palestina Kolaps, Obat Habis Listrik Tak Ada

Rumah Sakit Palestina Kolaps, Obat Habis Listrik Tak Ada
Seorang ayah dan anaknya korban bom Israel diobati di Rumah Sakit Nasser, Khan Yunis, Palestina, Selasa (24/10).(AFP/Mahmud Hams)

RUMAH sakit-rumah sakit di Palestina, kolaps karena pasokan bahan bakar listrik habis, demikian juga dengan persediaan obat. Rumah sakit terancam menjadi kamar mayat.

Data PBB menunjukkan lebih dari sepertiga dari 35 rumah sakit di wilayah sempit Palestina telah ditutup karena kerusakan atau kekurangan bahan bakar. Banyak operasi terpaksa dilakukan tanpa obat bius.

“Rumah sakit-rumah sakit berada dalam kondisi hancur total,” kata Mohammed Abu Selmeya, kepala Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, dikutip dari AFP, Kamis (26/10) dinihari.

Baca juga : Kapasitas 200, RS Gaza Tangani 800 Pasien

Ia menyebut, lebih dari 90% obat-obatan telah habis dan rumah sakit sangat membutuhkan bahan bakar untuk menjalankan generator untuk kebutuhan ruang operasi. Sebab, banyak pasien terluka parah yang memerlukan perawatan intensif.

Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, memperingatkan bahwa kolapsnya rumah sakit akan menyebabkan terhentinya layanan pengobatan secara total, jika bahan bakar belum juga masuk.

Baca juga : 6 Rumah Sakit di Gaza Tutup karena Kekurangan Bahan Bakar

Sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Israel telah memutus pasokan air, makanan, dan pasokan lainnya ke Gaza. Lebih dari 70 truk bantuan telah memasuki wilayah miskin tersebut sejak perang dimulai, namun tidak ada bahan bakar yang terkandung di dalamnya, yang sebetulnya paling dibutuhkan. 

Israel khawatir bahan bakar itu akan digunakan Hamas untuk membuat senjata dan bahan peledak. Padahal bahan bakar tersebut sangat dibutuhkan untuk penyelamatan kemanusiaan.

Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan serangan Israel sejak 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 6.500 orang, dan lebih dari 700 orang tewas dalam 24 jam terakhir pada Selasa (24/10).

“Mereka tidak melancarkan perang terhadap Hamas, mereka melancarkan perang terhadap anak-anak
 Ini adalah pembantaian,” kata Abu Ali Zaarab, setelah rumah keluarganya dibom di kota selatan Rafah.

 

Rumah sakit berubah menjadi kamar mayat

UNRWA mengatakan operasinya berada pada titik puncak akibat kekurangan bahan bakar.

“Jika kami tidak segera mendapatkan bahan bakar, kami terpaksa menghentikan operasi kami di Jalur Gaza mulai (Rabu, 25 Oktober) malam,” katanya pada Selasa.

Bahan bakar digunakan untuk menggerakkan layanan penting seperti rumah sakit di Gaza yang bergantung pada generator, dan lembaga bantuan telah memperingatkan bahwa lebih banyak orang akan meninggal jika peralatan medis, pabrik desalinasi air, dan ambulans berhenti beroperasi.

Begitu generator berhenti bekerja, rumah sakit akan “berubah menjadi kamar mayat”, Palang Merah memperingatkan.

Rumah sakit juga mengalami kekurangan obat-obatan dan peralatan.

“Anestesi yang ada tidak cukup,” kata Ahmad Abdul Hadi, seorang ahli bedah ortopedi yang bekerja di rumah sakit Nasser di Khan Yunis.

“Korban luka sangat kesakitan namun kami tidak sabar menunggu prosedurnya sehingga kami terpaksa melakukan operasi. Kami melakukan sejumlah operasi tanpa anestesi. Ini sulit dan menyakitkan, namun dengan kurangnya sumber daya, apa yang bisa kami lakukan? Mengerjakan?"

Saat ini, mMenurut angka PBB, 12 dari 35 rumah sakit di Gaza dan hampir dua pertiga dari 72 klinik kesehatan primer di Gaza telah ditutup setelah hancur akibat serangan udara Israel atau karena kekurangan bahan bakar.

Kekerasan juga meningkat tajam di Tepi Barat yang diduduki, di mana para pejabat kesehatan mengatakan lebih dari 100 warga Palestina tewas, sebagian besar akibat serangan pasukan Israel atau bentrokan dengan pemukim Israel.

Hingga kini serangan masih terus berlanjut, salah satu serangan menghantam sebuah gedung di Rafah yang banyak dihuni anak-anak, kata warga. Demikian juga dengan RS Al Wafa yang telah berkali-kali menjadi target bom Israel.

“Kami melihat anak-anak dibombardir saat ibu mereka sedang memeluk mereka,” kata Umm Omar al-Khaldi, yang tetangganya terbunuh. "Di mana orang-orang Arab? Di mana umat manusia? Kasihanilah kami!"

Raja Yordania Abdullah menjadi pemimpin regional terbaru yang memperingatkan bahwa kekerasan yang terus berlanjut dapat menyebabkan ledakan di Yordania.

Sementara, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Hamas sebagai pejuang pembebasan Palestina yang memperjuangkan hak-hak rakyat atas tanahnya sendiri yang dikuasai oleh zionis Israel. 

Pada Rabu, 25 Oktober 2023, Erdogan dengan tegas mengatakan kepada anggota parlemen dari partai yang berkuasa di Turki bahwa dirinya tidak akan pernah menyetujui kekejaman yang dilakukan oleh Israel di Palestina.

Karena itu juga, Erdogan menyebut, ia membatalkan rencana kedatangannya ke Israel. “Kami punya proyek untuk pergi ke Israel, tapi dibatalkan, kami tidak akan pergi,” katanya dalam sambutannya di televisi. (AFP/Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat