visitaaponce.com

Tetap di Gaza, Relawan Indonesia Berlindung di Ruang Bawah Tanah Rumah Sakit

Tetap di Gaza, Relawan Indonesia Berlindung di Ruang Bawah Tanah Rumah Sakit
Tiga relawan Indonesia dari MER-C masih bertahan di Gaza.(MER-C)

TIGA warga negara Indonesia (WNI) bekerja secara sukarela untuk organisasi kemanusiaan MER-C di Gaza, Palestina, termasuk di antara 10 WNI di sana. Mereka tidak luput menjadi target bom Israel yang membabi buta, tanpa mengindahkan hukum perang internasional.

Ketika jet tempur dan pesawat nirawal Israel meraung-raung di Gaza, pada Senin (30/10), MER-C meminta mereka bermalam di ruang bawah tanah Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara. 

"Sebuah bom yang dijatuhkan pesawat tempur Israel jatuh tidak jauh dari Rumah Sakit Indonesia," kata Fikri Rofiul Haq, salah satu relawan MER-C asal Indonesia di Gaza, dikutip dari wawancaranya dengan BBC.

Baca juga : 7 WNI Segera Dievakuasi dari Gaza, 3 Relawan Mer-C Tetap Tinggal

Menurutnya, banyak serpihan pasir dan besi yang terpental masuk ke kompleks Rumah Sakit Indonesia," ujar Fikri melalui layanan pesan singkat.

Sebelumnya, kata Fikri, sebuah rumah susun warga Gaza yang berada beberapa ratus meter dari Wisma Jose Rizal hancur dibom. Di gedung yang biasa disebut Wisma Indonesia itulah Fikri, dua rekannya, dan para pekerja medis Rumah Sakit Indonesia selama ini tinggal. "Akibat bom itu, banyak warga Gaza yang mengungsi ke Rumah Sakit Indonesia, jumlah sekitar 2.000 orang," ucapnya.

Baca juga : RS Indonesia di Gaza Berjuang dalam Gelap dan Ancaman Jet Tempur Israel

 

Tidak Ada Jaminan Selamat

 

Salah satu ruangan yang terkena bom Israel terlihat dalam video yang dilaporkan oleh relawan MER-C Fikri Rofiul Haq saat mengabarkan kondisi terkini RS Indonesia di Gaza pada Senin, 30 Oktober 2023. (Sumber : Instagram MER-C)
 

Sarbini Murad, pimpinan MER-C Indonesia, menyebut tiga relawan lembaganya itu hingga saat ini masih menyatakan keengganan untuk dievakuasi keluar Gaza. Namun, lembaganya telah memberi panduan keselamatan bagi Fikri dan dua relawan mereka lainnya.

Mereka meminta tiga relawan MER-C untuk bermalam di ruang bawah tanah Rumah Sakit Indonesia dan tidak berpergian jauh dari kompleks medis itu. Dalam panduan keselamatan, bertahan di gedung yang menurut Konvensi Jenewa 1949 sebenarnya merupakan zona netral. Namun,  perang tidak bisa menjamin keselamatan relawan MER-C.

"Sesuai Konvensi Jenewa, rumah sakit adalah salah satu lokasi yang dilindungi dalam kondisi perang. Relawan kami menginap di rumah sakit. Mereka tidak berkeliaran. Tapi itu bukan jaminan mereka akan selalu selamat," tuturnya.

"Kami meminta mereka tidur malam di basement rumah sakit. Itulah upaya maksimal yang bisa kami lakukan untuk mereka," ujarnya.

Hal itu nyata adanya karena Israel sudah beberapa kali mengebom area rumah sakit di Palestina, seperti RS Al Ahli Baptist, RS Al-Quds, RS kanker Turki, RS khusus Kuwait hingga RS Al-Syifa. Yang paling tragis adalah peristiwa pengeboman di RS Al Ahli Baptist karena menewaskan lebih dari 500 orang pasien, termasuk pengungsi yang sedang bermalam di sana.

Dalam pernyataan kepada BBC, militer Israel berdalih mereka menargetkan daerah di dekat rumah sakit karena berdasarkan informasi intelijen, terdapat seorang pemimpin Hamas di daerah yang berdekatan dengan rumah sakit.

Fikri dan dua relawan MER-C asal Indonesia, yakni Reza Aldilla Kurniawan dan Farid Zanzabil sehari-harinya membantu operasional rumah sakit tersebut, bukan sebagai pekerja medis. Ketiga relawan yang berstatus mahasiswa itu juga ditugaskan MER-C untuk membeli bantuan makanan dengan dana sumbangan dari warga Indonesia.

Dalam situasi mencekam seperti saat ini, kata Fikri, mereka berusaha untuk tidak berpergian terlalu jauh dari kompleks rumah sakit. Mereka keluar kawasan itu hanya untuk membeli kebutuhan medis seperti obat-obatan yang didanai oleh donasi publik kepada MERC.

"Kami tinggal di basemen rumah sakit selain karena kondisi di luar sangat mencekam, tapi Ini juga agar kami bisa terus mengakses internet yang tersedia di rumah sakit. Sampai sekarang wisma kami belum tersambung akses internet," kata Fikri kepada BBC.

"Kami hanya kembali ke wisma untuk makan dan mengambil keperluan lain. Kami hanya bisa beraktivitas di lantai satu wisma karena banyak bagian gedung rusak berat. Banyak plafon ambruk. Kabel terputus. Sebagian kamar pasien di situ juga rusak," tuturnya lagi.

 

Profil Rumah Sakit Indonesia di Gaza

Gedung rumah Sakit Indonesia di Gaza dibangun dari dana masyarakat Indonesia dan diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. (Sumber : MER-C)

 

Rumah Sakit Indonesia terletak di kawasan Gaza utara, sekitar tiga kilometer dari perbatasan dengan Israel. Kompleks rumah sakit ini tak jauh dari kawasan Beit Hanoun yang baru-baru ini hancur lebur diterjang bom udara Israel.

Rumah Sakit Beit Hanoun tidak luput dari dampak serangan itu, yang menurut Kementerian Kesehatan Gaza, menghadapi kesulitan besar untuk tetap beroperasi.

Sebelum eskalasi tempur yang meningkat di Gaza pada Oktober ini, Rumah Sakit Indonesia telah beberapa kali terdampak pengeboman Israel.

Rumah sakit ini dibangun pada periode tahun 2011 hingga 2015. Biaya pembangunannya berasal dari sumbangan publik yang disalurkan kepada MER-C dan juga bantuan dana dari pemerintah Indonesia.

Wakil Presiden Indonesia pada periode itu, Jusut Kalla, datang ke Gaza untuk turut meresmikan operasional rumah sakit tersebut. Memiliki fasilitas sekitar 100 kasur rawat inap, empat ruang operasi dan 10 ruang rawat perawatan intensif, Rumah Sakit Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di Gaza. (Z-4)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat