visitaaponce.com

Israel Putus Jaringan Telekomunikasi di Gaza saat Melancarkan Serangan Darat

Israel Putus Jaringan Telekomunikasi di Gaza saat Melancarkan Serangan Darat
Informasi pemutusan jaringan telekomunikasi di Gaza ramai di media sosial sejak semalam.(Instagram)

ISRAEL memutus jaringan telekomunikasi di seluruh wilayah Gaza, Palestina, sejak Jumat (27/10) kemarin, dan ikut menyebabkan terhentinya komunikasi aktivitas kemanusiaan di sana.

Pemutusan jaringan telekomunikasi ini menambah berat krisis kemanusiaan yang dihadapi warga di wilayah yang sudah dijajah 75 tahun itu karena Israel juga memblokade air, makanan dan obat-obatan.

"Pemadaman telekomunikasi yang hampir total di Gaza di tengah pemboman yang dilakukan Israel berisiko menutupi kekejaman massal," kata Human Rights Watch.

Baca juga : 373 Warga Palestina Dibunuh Israel, 48 Jam Setelah Putusan ICJ

Pemadaman telepon dan internet yang meluas terjadi di Gaza pada 27 Oktober 2023, di tengah pemboman terpadu Israel, yang hampir seluruhnya memutus 2,2 juta penduduk dari dunia luar. 

Peneliti senior teknologi dan hak asasi manusia Deborah Brown mengatakan pemblokiran informasi ini berisiko menutupi kekejaman massal dan berkontribusi terhadap impunitas atas pelanggaran hak asasi manusia.

Sejumlah lembaga internasional dan LSM mengatakan mereka kehilangan kontak dengan staf mereka di Gaza pada Jumat (27/10), termasuk badan kemanusiaan PBB, OCHA, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB.

Baca juga : Giliran Hamas Undang Elon Musk ke Gaza, Saksikan Kejahatan Israel

Koordinator kemanusiaan PBB Lynn Hastings mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rumah sakit dan operasi kemanusiaan PBB tidak dapat dilanjutkan tanpa komunikasi, selain energi, makanan, air dan obat-obatan.

LSM Amnesty International mengatakan mereka juga kehilangan kontak dengan rekan-rekan mereka di Gaza. Pemadaman komunikasi ini berarti semakin sulitnya memperoleh informasi dan bukti penting tentang pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang yang dilakukan terhadap warga sipil Palestina di Gaza.

Akses internet dan jaringan telepon terputus total di Jalur Gaza ketika Israel mengatakan pihaknya memperluas operasi militernya. 

Baca juga : 6.000 Bom Israel di Palestina 6 Hari, Setara dengan Setahun Bom AS di Afghanistan

50 sandera kena bom Israel

Kelompok pejuang kemerdekaan Palestina, Hamas menyatakan serangan Israel ke Gaza telah menewaskan hampir 50 sandera pada Kamis (26/10). Serangan Israel yang menggunakan tank dengan pasukannya serta buldoser lapis baja ke wilayah Gaza telah menargetkan beberapa lokasi.

“Brigade (Ezzedine) Al-Qassam memperkirakan jumlah tahanan Zionis yang terbunuh di Jalur Gaza akibat serangan dan pembantaian Zionis telah mencapai hampir 50 orang,” ungkap Hamas.

Serangan Hamas pada 7 Oktober berhasil membawa pasukan Hamas menyusup ke wilayah Israel dan menyebabkan lebih dari 1.400 orang tewas serta menculik 224 orang. Serangan balasan Israel membabi buta di seluruh kawasan Gaza dan membunuh lebih dari 7.000 orang tewas.

Baca juga : Hamas: Israel Ingin Perpanjang Agresi di Gaza, Meski Tentara Mereka Kalah

Koordinator Kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina, Lynne Hastings menuturkan peringatan Israel yang mengusir penduduk Gaza tetap tidak dihiraukan. Ia mengatakan ketika jalur evakuasi dibom, orang-orang hanya punya pilihan yang mustahil. Tidak ada tempat yang aman di Gaza.

Israel mengklaim telah mengancurkan sarang Hamas, infrastruktur hingga pelucuran rudal anti-tank mereka. Asap hitam menjulang ke langit akibat ledakan semalam yang dirilis militer Israel beberapa jam setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan siap melakukan invasi darat.

Di dalam video menunjukkan kendaraan lapis baja bergerak di sekitar pagar perbatasan Gaza. Rekaman lain memperlihatkan serangan udara yang menargetkan bangunan.

Baca juga : Boikot Produk Global Terafiliasi Israel untuk Dukung Kemerdekaan Palestina

Hal ini menjadi atensi internasional mengingat skala penderitaan manusia di wilayah Palestina akibat ulah Israel memblokade pasokan air, makanan, bahan bakar, hingga kebutuhan pokok lainnya.

Sementara itu, warga Gaza, Umm Omar al-Khaldi mengucapkan duka cita ketika melihat tetangganya terbunuh di bawah puing-puing bangunan dalam serangan brutal Israel.

“Kami melihat mereka dibombardir, anak-anak dibombardir saat ibu mereka sedang memeluk mereka. Di mana negara-negara Arab, di mana umat manusia?,” kata Umm.

Baca juga : MUI Puji Tindakan Afrika Selatan Ajukan Israel ke Mahkamah Internasional

Israel penjahat perang, Uni Eropa terpecah

Amnesty International telah menuntut gencatan senjata diberlakukan supaya akses bantuan kemanusiaan dapat diterima oleh penduduk Gaza.

Ketua kelompok Hak Asasi Manusia itu Agnes Callamard mengatakan pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional, termasuk kejahatan perang, yang dilakukan oleh semua pihak dalam konflik terus berlanjut.

Jumlah korban jiwa pada pertempuran ini tercatat menduduki peringkat tertinggi sejak Israel menarik diri dari wilayah Gaza pada 2005. Para ahli bedah mengoperasi pasien tanpa obat bius, dan truk es krim disulap menjadi kamar mayat darurat.

Baca juga : Profil Tim Hukum Afrika Selatan vs Israel di Sidang Genosida Mahkamah Internasional 

Para relawan bahkan rela menembus puing-puing bangunan dan pasir dengan tangan kosong untuk mengevakuasi korban. Mereka menyaksikan banyak orang telah dibungkus kain kafan dengan lumuran darah.

Secara terpisah, para pemimpin Uni Eropa saling berdebat mengenai jeda.yang akan diterapkan agar bantuan kemanusiaan bisa masuk. Kelompok kawasan yang terdiri atas 27 negara anggota itu telah lama terpecah menjadi dua kubu.

Pihak yang pro Palestina seperti Irlandia dan Spanyol, sedangkan yang pro Israel seperti Jerman dan Austria. 

Baca juga : Israel Sebut Afrika Selatan Munafik, Netanyahu: Kami akan Terus Membela Diri

“Apa yang kami inginkan adalah penghentian pembunuhan dan kekerasan sehingga bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Gaza, tempat warga Palestina yang tidak bersalah menderita, dan juga memungkinkan kami mengeluarkan warga negara Uni Eropa,” ujar Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang dikenal sebagai pendukung berat Israel menyerukan Israel untuk melindungi warga sipiilnya yang tidak bersalah serta patuh pada hukum perang.

Adapun Raja Yordania, Abdullah II memperlihatkan kemarahannya atas penderitaan yang menyebabkan ledakan.di Timur Tengah.

Baca juga : Penyamaran Gagal, Israel Malah Bunuh Tentaranya Sendiri

Netanyahu ingin musnahkan Hamas dari Gaza

Semenjak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku telah menghujani Hamas dan membunuh ribuan pejuangnya. Saat ini dia bersama kabinet perangnya akan menentukan waktu untuk invasi darat dengan tujuan menghapuskan Hamas dari Gaza dan membawa pulang para sandera.

Namun, dia tak ingin membocorkan informasi rinci terkait waktu invasi darat yang telah direncanakan. Dia juga mengaku adanya kelemahan pada sistem keamanan sehingga dapat dijebol pada 7 Oktober lalu.

“Kesalahannya akan diperiksa dan semua orang harus memberikan jawaban, termasuk saya,” ujar Netanyahu.

Baca juga : Amnesty: Bantu Israel, Belanda Terlibat Kejahatan Perang di Gaza

Biden menegaskan supaya ada visi berikutnya setelah krisis ini dapat diatasi. Dia mengatakan, Washington akan berdiri dalam solusi kedua negara itu dan membiarkan Palestina merdeka.

“Ini berarti upaya terkonsentrasi bagi semua pihak Israel, Palestina, mitra regional, para pemimpin global untuk menempatkan kita pada jalur menuju perdamaian,” imbuh Biden.

Konflik regional berpotensi muncul apabila perang antara kedua negara itu tidak segera reda. Akan muncul musuh Israel seperti Suriah yang didukung Iran dan Hizbullah di Lebanon untuk ikut campur.

Terdapat juga eskalasi serangan terhadap sekutu utama Israel yang memiliki pangkalan militer di Timur Tengah. AS telah menempatkan sekitar 2.500 tentaranya di Irak dan 900 tentara di Suriah untuk memerangi sisa-sisa kelompok militan ISIS.

Pentagon mengumumkan telah ada 10 serangan terhadap tentara Amerika dan sekutu di Irak dan tiga di Suriah antara 17 dan 24 Oktober. (The Guardian/The New Arab/Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat