Indeks Kebebasan Akademis Menurun Secara Global
![Indeks Kebebasan Akademis Menurun Secara Global](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/04/ca37a58f236bd0dafd327c193a39870f.jpg)
KEBEBASAN akademis menurun secara global akibat peningkatan intervensi politik. Sejumlah peneliti yang berseberangan dengan penguasa seperti di India, Tiongkok dan Rusia yang berujung penjara dan ancaman.
"Hanya satu dari tiga orang yang tinggal di negara yang menjamin kemandirian universitas dan penelitian," menurut hasil penelitian mengenai indeks kebebasan akademis tahunan dunia yang dirilis V-Dem Institute di Universitas Gothenburg, Swedia, seperti dilansir dari AFP, Kamis (4/4).
Penelitian ini memperingatkan bahwa kebebasan akademis sedang menurun di seluruh dunia, khususnya di Rusia, Tiongkok, dan India. Serangan terhadap kebebasan berekspresi, intervensi politik yang mencengkram universitas-universitas, dan pemenjaraan para peneliti hanyalah beberapa contoh dari penurunan kebebasan akademis.
Baca juga : Tiongkok dan India Sambut Kemenangan Vladimir Putin
Indeks ini disusun berdasarkan masukan dari lebih dari 2.300 ahli di 179 negara yang diterbitkan bulan lalu. Ini sebagai bagian dari laporan tentang demokrasi oleh V-Dem Institute di Universitas Gothenburg, Swedia.
Laporan ini mengukur perubahan dalam pendidikan tinggi dan penelitian selama setengah abad terakhir dengan melihat lima indikator berbeda. Itu meliputi kebebasan penelitian dan pengajaran, pertukaran akademik, ekspresi akademik dan budaya, otonomi kelembagaan dan integritas kampus.
Profesor di Universitas Erlangen-Nuremberg Jerman, Katrin Kinzelbach mengatakan bahwa 171 negara telah meratifikasi perjanjian hak asasi manusia yang mengikat mereka untuk menghormati kebebasan penelitian ilmiah. "Hanya satu dari tiga orang di dunia yang tinggal di negara di mana penelitian dan pendidikan tinggi memiliki tingkat kebebasan yang tinggi,” ujarnya.
Baca juga : Argentina Batal Gabung BRICS
Menurut Kinzelbach yang menjadi salah satu penyelenggara indeks tersebut mempertimbangkan pertumbuhan populasi dunia, proporsi orang yang tinggal di negara-negara dengan kebebasan akademis sebanding dengan 1973.
“Sekarang, 45,5% populasi dunia, 3,6 miliar orang yang tinggal di 27 negara di mana kebebasan akademis sangat dibatasi,” kata laporan itu.
Lebih Buruk
Penurunan yang signifikan terutama terlihat di India, Tiongkok dan Rusia. Ketiganya merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar pertama, kedua dan kesembilan. Menurut Kinzelbach kondisi di tiga negara itu menunjukkan otokratisasi.
Baca juga : BRICS Gelar Pertemuan Dadakan demi Gaza
“Kebebasan akademis telah menurun drastis di India sejak Perdana Menteri Narendra Modi mengambil alih kekuasaan pada 2014," katanya.
Kinzelbach mengutip pernyataan akademisi Inggris-India Nitasha Kaul, seorang profesor politik di Universitas Westminster di Inggris yang ditolak masuk ke India untuk menghadiri konferensi bulan lalu.
"Di Rusia dan Tiongkok, kebebasan akademis tidak pernah bagus, dan kini telah memburuk dari buruk menjadi lebih buruk,” kata Kinzelbach.
Baca juga : Tiongkok dan Pakistan Latihan Militer bersama di Laut Arab
Mungkin yang lebih mengejutkan, indeks tersebut menemukan bahwa kebebasan akademik juga telah menurun di Amerika Serikat (AS) sejak 2019, yang oleh Kinzelbach disebut sebagai kejutan bagi banyak akademisi.
Dia menekankan bahwa masyarakat dan sistem politik di AS sangat terpolarisasi. "Kampus-kampus universitas telah menjadi arena di mana polarisasi ini terjadi,” katanya.
Ia menyerukan perdebatan yang tenang dan berdasarkan bukti di kampus termasuk mengenai isu-isu yang sangat memecah belah. Menurut indeks tersebut, sebagian besar negara di Eropa mempunyai kebebasan akademik yang sangat tinggi, dengan Hongaria yang mempunyai tingkat kebebasan akademik terendah, diikuti oleh Polandia.
Namun Kinzelbach mengatakan skor Polandia kemungkinan akan membaik di bawah pemerintahan baru Perdana Menteri Donald Tusk. (AFP/Cah/Z-7)
Terkini Lainnya
Lebih Buruk
Perpusnas Jalin Kerja Sama dengan Dua Perpustakaan Nasional Rusia
Arti Kemenangan Prabowo Subianto dan Vladimir Putin
Korea Utara Gelar Pertemuan Plenari Partai Pekerja Korea Bahas Kerja Sama dengan Rusia
Serangan Rusia di Ukraina Menewaskan 12 Orang, Termasuk 4 Anak-Anak
Sempat Anjlok Akibat Politik di Rusia dan Timur Tengah, Ekspor Rumput Laut Menggeliat Lagi
Diundang Ikut Olimpiade Paris 2024, Atlet Tenis Rusia Kompak Menolak
Kursi DPRD di Bengkulu Naik, DPP Kawal Kinerja Anggota Dewan Terpilih
KPK Bantah Kasus Harun Masiku Musiman Politik
Fadia-Sukirman Optimis Hadapi Tantangan Kotak Kosong di Pilkada Pekalongan
Jokowi Diyakini Masih Punya Pengaruh di Pilkada 2024
BSKDN Kemendagri Minta Parpol Optimalkan Rekrutmen dan Kaderisasi
Gobel Ajak Rumania Bikin Joint Commission
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap