visitaaponce.com

Jokowi Jenguk Pengungsi Korban Kebakaran Depo Pertamina di RPTRA Rasela

Jokowi Jenguk Pengungsi Korban Kebakaran Depo Pertamina di RPTRA Rasela
Presiden Jokowi berdialog dengan warga korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Jakarta Utara, Senin (6/3).(Ist)

INSIDEN terbakarnya Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara mendapat atensi yang serius dari pemerintah pusat. Presiden Jokowi hadir ke posko pungungsian di RPTRA Rasela, pada Minggu (5/3) 

Jokowi didampingi Menko PMK, Menteri BUMN, Gubernur DKI Jakarta beserta Kapolda dan Pangdam Jaya menyatakan bahwa ke depan masyarakat tidak boleh lagi bermukim di kawasan yang berdampingan dengan Depo Pertamina, mengingat hal tersebut sangat rentan terhadap bencana kebakaran. 

“Saya perihatin dengan kejadian ini, semuanya (para pengungsi) sabar. Pemerintah akan bekerja maksimal, kawasan ini bahaya. Tidak bisa ditinggali lagi, harus ada solusi. Bisa saja Depo Plumpang ini digeser atau penduduknya (yang harus direlokasi),” terang Jokowi saat menemui para pengungsi 

Presiden memberikan bantuan sembako dan uang tunai kepada masyarakat. Dengan harapan dapat meringankan beban para korban dalam memenuhi kebutuhan pasca terjadinya kebakaran yang telah merenggut 19 nyawa penduduk di area tersebut.

Baca juga: Relokasi Depo Plumpang Secepatnya

“Ini ada sedikit bingkisan, dibagi yang rata. Semoga yang masih belum ditemukan lekas kembali. Saya minta keamanan dan keselamatan masyarakat harus menjadi titik utama," pungkas ayah Kaesang Pangarep di Tenda Pengungsian, Plumpang, Jakarta Utara.

Sebagai informasi, kebakaran Depo Pertamina yang terjadi pada Jumat malam (3/3) tersebut hingga berita ini ditulis sedikitnya memakan korban 73 jiwa, diantaranya 17 jiwa meninggal, 51 jiwa luka-luka dan 3 jiwa dalam pencarian.

Pemerintah dan stakeholder terkait telah menyediakan dua lokasi posko. Posko pertama berada di RPTRA Rasela, yang telah didirikan 5 Tenda. Kedua berada di PMI Jakarta Utara, yang menyediakan empat tenda.

“Saya tidak sempat menyelamatkan surat-surat berharga kami, hanya berfikir gimana caranya nyawa aja (bisa selamat). Sisa baju ini aja (yang tersisa),” terang Taufik salah satu korban di tenda pengungsian RPTRA Rasela

Dikedua lokasi pengungsian dan tempat terjadinya kebakaran banyak relawan dan organisasi masyarakat yang saling berjibaku membantu para korban.

Aparat kepolisian juga hingga kini masih menyisir area padat tersebut, menurunkan beberapa anjing pelacak (K-9) guna membantu proses evakuasi.

Kemensos dan Baznas turut menyediakan trauma healing bagi anak-anak dibawah umur, dengan memberikan kegiatan-kegiatan positif. 

Satu di antara kelompok relawan tersebut ialah, Yayasan Artha Graha Peduli (AGP) yang telah hadir sejak terjadinya insiden si jago merah tersebut.

Mereka bersinergi, bersama TNI-Polri membantu korban dan memberikan bantuan logistik, seperti makanan ringan dan kebutuhan mendesak yang lain.

Tim AGP juga ikut serta membantu menyiapkan makanan cepat saji, mereka bekerja sama dengan TNI di tenda Koramil membuka dapur umum.

Saat datang bantuan dari beberapa pihak seperti bantuan Kapolri, mereka dengan cepat langsung membantu mendistribusikan paket-paket tersebut. Untuk diketahui, AGP turut menurunkan tim Medis (AGP Kesehatan). 

Saat mengunjungi bekas lokasi terjadinya kebakaran, di jalan Tanah Merah Bawah, Rawa Badak, Koja - Jakarta Utara ini, salah satu korban terdampak bernama Nugroho menuturkan bahwa di lokasi ini memang sudah kedua kalinya terjadi kebakaran yang dipicu dari ledakan di Depo milik Pertamina.

Masyarakat setempat yang bermukim di area itu, enggan meninggalkan rumahnya walau sudah di himbau untuk direlokasi sejak lama oleh pihak Pertamina. 

“Kan semua rata-rata pendatang ya, udah kedua kali. Dulu sempet ada ledakan, tapi hanya tangki nya. Jadi ga berdampak. Nah, kemarin itu udah besar banget. Yang banyak makan korban bukan karena kobaran api nya, tapi semburan cairan panas dari Depo (Pertamina) ke area warga,” terangnya 

Ia menambahkan bahwa masyarakat sebenernya sudsh mengetahui lokasi kebakaran yang mereka tinggali adalah zona yang dilarang, karena tidak adanya zona air sebagai pembatas antara pemukiman warga dengan Depo Pertamina, hanya dibatasi oleh tembok saja.

“Ya sebenernya mereka tahu (tidak boleh ditempati), tapi mereka kan matok-matok awalnya. Dijadiin tempat tinggal, padahal isunya mau digusur. Mau dijadiin waduk dan hutan kota, tapi karena belum ada realisasi ya warga tetap tinggal,“ pungkasnya. (RO/OL-09)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat