Ancaman Polusi Udara Hantui Warga Ibu Kota
![Ancaman Polusi Udara Hantui Warga Ibu Kota](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/06/36bac95ff3859227ac93e00fda8977d0.jpg)
INGAR bingar Ibu Kota Jakarta masih membuatnya menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dari berbagai daerah yang ingin mempertaruhkan nasib. Setiap tahun, ratusan bahkan ribuan orang yang berasal dari daerah berbondong-bondong datang ke Ibu Kota untuk menagih janji kegemerlapan yang dipancarkan. Sebagian dari mereka harus meninggalkan keluarga di kampung demi mencari nafkah dan mengejar mimpi.
Banyak dari mereka yang harus berjibaku dengan kerasnya kehidupan di Ibu Kota. Kesibukan dalam mencari nafkah itu membuat mereka lupa bahwa setiap hari dihantui polusi udara yang siap membunuh dalam kebisingan mesin-mesin kendaraan. Memang secara kasat mata hal itu tidak terlihat. Namun, secara perlahan, ‘hantu’ tersebut merusak paru-paru, bahkan menumbuhkan sel-sel kanker yang dapat berdampak buruk bagi kehidupan manusia dalam jangka panjang.
Jakarta menjadi salah satu kota paling berpolusi
Permasalahan polusi udara di Jakarta meningkat seiring dengan pertumbuhan Kota Jakarta itu sendiri. Banyaknya aktivitas yang dilakukan di Jakarta berbanding lurus dengan peningkatan polusi udara.
Baca juga : Sabtu (30/9) Pagi, Jakarta Kota dengan Polusi Tertinggi di Dunia
Misalnya, dalam perjalanan, satu orang yang melakukan aktivitas untuk bekerja di kantor akan membutuhkan kendaraan yang menghasilkan polusi udara berupa gas CO2.
Tidak hanya itu, ketika beraktivitas di kantor, ia juga membutuhkan listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik yang masih menghasilkan polusi udara karena mengandalkan tenaga uap untuk menghidupkan generator.
Aktivitas itu baru dilakukan satu orang. Bayangkan setiap harinya jutaan orang melakukan aktivitas di Jakarta. Jutaan orang ini pulalah yang kemudian ikut menyumbangkan polusi udara.
Baca juga : Heru Klaim Upaya Mereduksi Polusi Udara Sudah Dipercepat
Hal itu senada dengan data yang dikeluarkan IQ Air, yaitu Jakarta menjadi salah satu kota yang memiliki kualitas udara buruk di dunia.
Dengan menempati posisi ke-10, Jakarta memiliki skor IQ Air mencapai 109 dengan kandungan PM2,5 mencapai 38,8 µg/m³. Skor ini cukup tinggi bukan?
Namun, jangan salah sangka dulu, skor tinggi ini bukan berarti Jakarta menjadi kota yang baik karena tingginya skor IQ Air menandakan kandungan udara di kota tersebut semakin buruk.
Baca juga : Pemprov DKI akan Perluas Kawasan Rendah Emisi di Jakarta
Sebagai tambahan informasi, IQ AIR menetapkan skor kualitas udara dengan sejumlah retang, 0-50 kualitas udara bagus, 51-100 kualitas udara masih bisa ditoleransi, 101-150 beberapa orang yang sensitif akan mengalami gangguan kesehatan, 151-200 hampir setiap orang akan merasakan dampak pada kesehatan, 201-300 kualitas udara berbahaya bagai manusia, dan 301-500 kualitas udara sangat berbahaya bagi manusia.
Dari skor inilah IQ Air dapat mengukur seberapa layak kualitas udara di suatu kota yang tersebar di berbagai wilayah.
Sementara itu, buruknya udara di Jakarta ini sebenarnya sebagian besar disumbangkan kendaraan bermotor yang mencapai 75%, diikuti pembangkit listrik dan pemanas yang mencapai 9%, pembakaran industri mencapai 8%, serta pembakaran domestik yang mencapai 8%.
Baca juga : Kualitas Udara Jakarta Kembali Memburuk pada Minggu Pagi
Kendaraan pribadi mendominasi Jakarta
Di Jakarta, banyaknya jumlah kendaraan pribadi berbanding terbalik dengan kendaraan umum. Misalnya, berdasarkan data BPS pada 2022, terdapat 17.304.447 sepeda motor dan 3.766.059 kendaraan pribadi berpenumpang. Jumlah ini berbeda jauh dengan jumlah bus yang berada di DKI Jakarta sebesar 37.180.
Sementara itu, Trans-Jakarta yang menjadi tulang punggung transportasi Ibu Kota sampai 2021 baru melayani 146 koridor, Royal Trans 13 rute, Trans-Jakarta EV 1 rute, dan Mikro Trans Jak-Lingko 71 rute.
Dari jumlah angkutan umum tersebut, penumpang yang dilayani sepanjang 2021 ialah 98,88 juta penumpang atau rata-rata 8,24 juta penumpang setiap harinya.
Baca juga : Penanganan Kualitas Udara Jakarta Membutuhkan Peran Seluruh Masyarakat
Jika itu diasumsikan perjalanan pulang pergi, berarti setiap perjalanannya Trans-Jakarta hanya mengantarkan 4,12 juta orang menuju tempat kerja.
Padahal, menurut data yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta, jumlah pekerja di Jakarta pada Agustus 2022 mencapai 5,25 juta orang dengan asumsi pekerja ini melakukan dua kali perjalanan, yaitu pulang dan pergi. Artinya, setiap hari terdapat 10,50 juta orang melakukan mobilitas di Jakarta.
Hitungan secara kasar tersebut saja ternyata belum menggambarkan kesesuaian penumpang Trans-Jakarta dengan jumlah pekerja di Jakarta. Hal ini juga menggambarkan bahwa bisa saja 2,26 juta pekerja yang tidak menggunakan Trans-Jakarta pada akhirnya menggunakan kendaraan pribadi untuk melakukan mobilitas selama bekerja di Jakarta. Nah, jumlah inilah kemudian yang menjadi penyumbang terbesar polusi udara di Jakarta karena tidak terkover dengan penggunaan transportasi umum.
Baca juga : Satgas PPU Sebut 166 Watermist Telah Terpasang
Transportasi umum harus menjadi solusi
Jika ingin mengatasi polusi udara yang ada di Jakarta, sudah seharusnya pemerintah menggeser strategi dengan lebih memasifkan integrasi transportasi umum. Apalagi, dalam data yang dikeluarkan pemerintah, 75% polusi udara sebenarnya dihasilkan dari asap kendaraan.
Berdasarkan hitungan kasar, kemungkinan setiap hari terdapat 2,26 juta perjalanan yang menggunakan kendaraan pribadi. Jumlah itu setidaknya dapat menggambarkan seberapa peliknya permasalahan transportasi ini.
Sebenarnya tidak melulu permasalahan polusi harus diatasi dengan pembangunan ruang hijau. Apalagi kondisi keterbatasan lahan sudah menjadi hal lumrah dan permasalahan utama pembangunan di setiap kota metropolitan.
Baca juga : 161 Water Mist sudah Terpasang di DKI Jakarta
Solusi integrasi dan penyediaan rute yang lebih banyak dengan kendaraan umum ini mungkin bisa menjadi alternatif baru bagi pemerintah agar mengurangi 75% penghasil polusi udara di Jakarta.
Jika pemerintah merasa kesulitan untuk menggelar rute-rute baru, kerja sama juga bisa menjadi alternatif lain yang dapat dilakukan. Sebenarnya angkutan umum di Jakarta dirasa sudah hampir mengover seluruh jalanan di Ibu Kota. Namun, warga enggan menggunakan angkutan umum karena masih maraknya angkutan umum konvensional yang belum menerapkan sistem yang sama dengan Jak Lingko.
Kerja sama trayek dengan memberdayakan kendaraan umum yang sudah memiliki izin rute sebenarnya dapat menjadi solusi atas kepelikan permasalahan transportasi umum yang ada di Jakarta seperti yang sudah dilakukan oleh Jak Lingko selama ini. (Z-1)
Terkini Lainnya
Jakarta menjadi salah satu kota paling berpolusi
Kendaraan pribadi mendominasi Jakarta
Transportasi umum harus menjadi solusi
PDIP Prioritaskan Andika Perkasa Calon Gubernur DKI Jakarta
Diusulkan Jadi Calon Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi: Tidak Tertarik
Banyak Penerima KJP Gagal Lolos PPDB, Pemprov DKI Jangan Lepas Tangan
Kaesang Maju Pilgub Jakarta, NasDem: Semua Punya Hak Sama
Pengamat : Kaji Ulang Tata Ruang Kawasan Rawan Kebakaran
Sering Terpapar Polusi Udara Bisa Sebabkan Depresi
Pemerintah Cari Cara Atasi Polusi Udara di Musim Liburan
Dampak Polusi, Paru-paru Menua Lebih Awal
Anak Disarankan Banyak Konsumsi Buah saat Polusi Udara Tinggi, Apa Alasannya?
Ini Dampak Buruk Polusi Udara terhadap Tumbuh Kembang Anak
Hadapi Polusi Udara, Anak Direkomendasikan Banyak Makan Buah
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap