visitaaponce.com

Tim Untar Bantu Penerangan bagi Pengungsi Korban Gempa Cianjur

Tim Untar Bantu Penerangan bagi Pengungsi Korban Gempa Cianjur
Tenda-tenda pengungsi korban gempa di Desa Cugenang, Cianjur, Jawa Barat.(Ist)

GEMPA bumi yang melanda Cianjur, Jawa Barat, beberapa waktu lalu, membuat kesedihan yang mendalam baik bagi warga yang terdampak, maupun masyarakat umum. Banyak usaha dilakukan oleh pemerintah untuk memulihkan kondisi daerah tersebut.

Masyarakat pun tidak tinggal diam, secara mandiri memberikan sumbangan baik berupa makanan, pakaian, maupun obat-obatan.  

Akibat gempa itu, lebih dari 600 warga meninggal dunia serta ratusan rumah penduduk yang rusak sebagian maupun rusak total. Bagi warga yang rumahnya tidak bisa ditempati lagi, mereka tinggal di tenda-tenda pengungsian.

Tenda-tenda ini merupakan sumbangan dari masyarakat maupun pemerintah. Untuk makan sehari-harinya tersedia dapur umum yang dikelola oleh warga setempat, dengan beras, lauk, dan mi instan yang tiada hentinya datang dari masyarakat.

Sungguh luar biasa animo masyarakat untuk selalu menyumbang, di samping sudah ada sumbangan dari pihak pemerintah yang dipantau langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Setelah lebih dari sebulan warga terdampak gempa masih tetap menghuni di tenda-tenda, mereka tetap sebagai pengungsi karena rumah-rumah mereka tidak dapat dihuni lagi dan sebagian warga masih trauma dengan kejadian gempa awal maupun gempa susulan.
 
Kondisi tenda pengungsi, jika malam hari sebagian besar gelap dengan penerangan seadanya. Hal ini karena sumber listrik PLN belum sepenuhnya menjangkau ke tenda pengungsi. Lingkungan sekitar tenda juga gelap dan becek jika kebetulan terjadi hujan deras.

Keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak harus bisa menyesuaikan dengan semua kondisi yang ada. Bagi orang tua harus tetap menjalankan kehidupan sehari-hari dengan apa pun keadaannya. Bagi anak-anak sekolah, mereka terpaksa tidak bisa bersekolah karena sebagian gedung sekolah juga rusak. Anak-anak akhirnya harus tetap belajar di tenda-tenda darurat ini.

Untunglah, sifat gotong royong masyarakat tiada surut, sumbangan tetap berdatangan, termasuk dari perguruan tinggi negeri maupun swasta, yang dengan segala upaya dan keilmuannya berusaha untuk memberikan bantuan belajar bagi anak-anak ini. Selain memberikan pelayanan pascagempa untuk menghilangkan traumatik.


Baca juga: 10 Ribu Umat Nasrani di Kota Salatiga Merayakan Natal di Lapangan

 
Universitas Tarumanagara (Untar), melalui Program Insentif Pengabdian Masyarakat Terintegrasi dengan MBKM Berbasis Kinerja IKU bagi Perguruan Tinggi Swasta 2022 dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga memberikan berbagai sumbangan dan layanan.

Sumbangan dan layanan ini dipusatkan di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Tim dari semua fakultas di Untar menjalankan pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini dengan sangat antusias dan sesuai filosofi kata pengabdian.

Salah satu tim, Kegiatan Kemandirian Masyarakat (KKM) 3 menyampaikan sumbangan berupa pemasangan lampu-lampu LED di sebagian tenda-tenda pengungsi, yaitu tenda untuk musala, tenda untuk belajar, tenda untuk kesehatan bayi, dan tenda untuk aktivitas lain.

"Tenda-tenda itu saat ini pada malam hari terlihat terang, sehingga dapat sedikit memberikan kemudahan dalam berkegiatan," ujar dosen Untar yang menjadi salah satu anggota Tim KKM 3, Endah Setyaningsih, dalam keterangannya, Minggu (25/12).

Menurut Endah, suplai listrik untuk pencahayaan berasal dari dua genset berkapasitas masing-masing 3.000 VA yang dipasang cukup jauh dari tenda agar mengurangi dampak kebisingan. Sedangkan penggunaan lampu LED dipilih karena faktor hemat energi.

"Selain pencahayaan untuk di dalam tenda, pencahayaan juga diberikan untuk lingkungan atau jalan setapak antartenda-tenda. Pencahayaan lingkungan ini menggunakan lampu LED rantai," imbuh Yohanes Calvinus, anggota Tim KKM3 Untar lainnya.

Pemasangan lampu di tenda dan lingkungan luar tenda diharapkan dapat memberikan rasa nyaman dan menimbulkan rasa hangat bagi warga pengungsi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pengungsi, mereka merasakan hangatnya cahaya ditenda.

"Rasa hangat ini diharapkan dapat menciptakan semangat, semangat hidup, dan semangat menjalani apa pun yang Tuhan berikan," pungkas Yohanes. (RO/OL-16)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat