visitaaponce.com

Ukur Emisi, Petani CSA di Deli Serdang, Sumut, Berupaya Tekan Gas Rumah Kaca

Ukur Emisi, Petani CSA di Deli Serdang, Sumut, Berupaya Tekan Gas Rumah Kaca
Tim Kementan bersama SIMURP dan penyuluh BPP Beringin di Deli Serdang, Sumut.(Ist)

MENEKAN hingga menihilkan emisi gas rumah kaca (GRK) terus diupayakan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) dengan pengukuran dan analisis pada lokasi Demplot Scalling Up dari Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA).

Upaya menekan emisi GRK dilakukan tim CSA di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada lokasi Program SIMURP di Kabupaten Deli Serdang.

Pengujian berlangsung di Desa Pasar V Kebun Kelapa, Kecamatan Beringin oleh Kelompok Tani (Poktan) Ramal didampingi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Beringin.

Baca juga: Panen Demplot Serdang Bedagai Capai Produktivitas 8,75 Ton Per Ha

Kegiatan mengukur emisi GRK dilakukan pada tanaman padi varietas Inpari 32 saat usia 30 hari setelah tanam.

Hasil pengukuran kemudian dikirim ke Balai Pengujian Standar Instrumen Lingkungan Pertanian [Balingtan] di Kabupaten Pati, Jawa Tengah untuk pengujian emisi GRK.

Peningkatan Produktivitas Padi

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pertanian Pemkab Deli Serdang, Rahman Saleh Dongoran, sangat mendukung kegiatan tersebut merujuk pada peningkatan produksi yang signifikan ketimbang produksi non-CSA SIMURP. 

Baca juga: Gerakan Nasional Penanganan Dampak El Nino Dimulai di Sumatera Selatan

"Keuntungan lain adalah harga jual gabah padi CSA SIMURP lebih mahal dengan biaya produksi yang lebih kecil dibanding non CSA sehingga pendapatan petani meningkat," katanya.

Upaya CSA SIMURP di Deli Serdang sejalan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bahwa menjaga lingkungan sangat penting dalam aktivitas pertanian.

"Di balik produktivitas yang kita genjot, lingkungan harus diperhatikan, yang bisa kita lakukan adalah menurunkan emisi gas rumah kaca atau GRK," katanya.

Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan Indonesia berkomitmen menurunkan emisi sebesar 29% dengan upaya sendiri di bawah business as usual  pada 2030, sementara dukungan internasional hingga 41%.

Baca juga: Saat Kunjungan ke Sumsel, Mentan SYL Pastikan Kondisi Beras Nasional Aman

"Kita butuh aksi adaptasi. Setiap aksi yang dilakukan, untuk mengantisipasi dampak buruk perubahan iklim serta menjaga kedaulatan pangan. Hal ini menjadi prioritas utama pembangunan pertanian," katanya.

Dedi Nursyamsi mengatakan, dibutuhkan juga aksi mitigasi, dimana setiap aksi harus bertujuan pada penurunan emisi GRK, tetapi harus mendukung upaya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.

"Sudah ada inovasi teknologi mitigasi GRK yang diterapkan petani seperti pengairan berselang, penggunaan bahan organik matang, varietas padi rendah emisi metana paket teknologi CSA." katanya.

Baca juga: Polbangtan Kementan Ajak Pelajar Kenal Lebih Luas Soal Pertanian 

Ada pula sistem integrasi tanaman dan ternak, kata Dedi Nursyamsi, berupa Paket CSA, penggunaan kalender tanam, olah tanah bajak dalam, pemberian bahan organik, memakai perangkat uji tanah sawah (PUTS) dan bagan warna daun (BWD), pemanfaatan bibit unggul bermutu, bibit usia muda, jarak tanam legowo dan pengairan intermittent.

Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP] Kementan, Bustanul Arifin Caya, menyebut tiga sasaran pencapaian CSA yakni yakni peningkatan Indeks Pertanaman, produktivitas dan pendapatan sektor pertanian, adaptasi dan membangun ketangguhan terhadap dampak perubahan iklim, dan berupaya mengurangi hingga meniadakan emisi GRK.

Kegiatan pengukuran emisi GRK dihadiri Kabid Penyuluhan Dinas Pertanian Pemkab Deli Serdang, Koordinator BPP beringin dan petani pelaksana CSA Scalling up SIMURP. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat