visitaaponce.com

Kekeringan, Krisis Air Bersih dan Karhutla di Pantura Jateng Meluas

Kekeringan, Krisis Air Bersih dan Karhutla di Pantura Jateng Meluas
Penampungan air bersih darurat di Desa Treteg, Kecamatan Puncakwangi, Kabupaten Pati untuk mengatasi kekeringan(MI/Akhmad Safuan)

KEKERINGAN di puluhan daerah di Jawa Tengah semakin parah. Kekurangan air bersih telah melanda ratusan desa hingga pemerintah daerah mulai kewalahan mendistribusikan bantuan air, sebagian mulai pasrah dan melakukan salat istisqah untuk meminta hujan.

Pemantauan Media Indonesia, Selasa (5/9), hingga saat ini belum ada tanda-tanda akan hujan. Kemarau panjang menjadikan Kekeringan di puluhan kabupaten dan kota di Jawa Tengah kian meluas, sehingga kekurangan air bersih dan sawah menganggur terjadi hampir di seluruh daerah tersebut.

Di Kabupaten Pati, sebanyak 44 desa di Kecamatan Jaken, Jakenan, Pucakwangi, Winong, Gabus, Sukolilo, dan Tambakromo alami kesulitan air bersih. Kekeringan itu membuat ratusan siswa dan guru di Madrasah Miftahul Ulum, Desa Trimulyo, Kecamatan Kayen, Pati menggelar salat istisqah untuk minta hujan.

Baca juga: Atasi Kekeringan Air Lubang Tambang Dapat Jadi Alternatif

"Kekeringan telah cukup menyulitkan warga, kekurangan air bersih dan sawah tidak lagi dapat ditanami hingga membuat penderitaan warga di sini yang mayoritas adalah petani, maka kita jalani salat istisqah ini," kata Ketua Pengurus Yayasan Madrasah Miftahul Ulum Abdul Latif Zuhdi, Selasa (5/9).

Sementara di Kabupaten Grobogan dampak kemarau panjang lebih parah lagi. Kekeringan sebelumnya baru terjadi di 58 desa di 14 kecamatan meningkat menjadi 84 desa tersebar di 17 kecamatan yang ada. "Sudah kita salurkan bantuan air hingga 1,5 juta liter," ujar Kepala BPBD Grobogan Endang Sulistyoningsih.

Baca juga: Pemkot Tasikmalaya menetapkan status siaga darurat kekeringan

Mengatasi permintaan bantuan air bersih di puluhan desa setiap hari, demikian Endang Sulistyoningsih, cukup kewalahan karena keterbatasan armada untuk pendistribusian terutama di desa-desa cukup jauh, bahkan Polres Grobogan juga terus menyalurkan bantuan air menggunakan sarana yang ada dari mulai mobil taktisl walter canon hingga sepeda motor Babinkamtibmas yang dimodifikasi untuk mengangkut air.

Hal serupa juga diungkapkan Kepala Pelaksanaan Harian BPBD Blora Sri Widjanarsih, kekeringan melanda daerah di ujung timur Jawa Tengah tergolong paling parah karena telah terjadi di 188 desa tersebar di 14 kecamatan, sehingga bantuan air baik dari pemerintah daerah, kepolisia, TNI, PMI, organisasi hingga swasta terus digelontorkan.

"Sudah 125 desa di 14 kecamatan mengajukan bantuan air bersih, kita terus gelontorkan ke desa-desa tersebut sebagai upaya meringankan beban warga," ungkap Sri Widjanarsih.

Dampak kekeringan ini, lanjut Sri Widjanarsih, tidak hanya krisis air bersih dan sawah yang kekurangan air hingga petani tidak dapat menanam, tetapi yang mendapat kewaspadaan adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) karena 50% daerah di Blora ini adalah hutan baik lindung, produksi maupun hutan rakyat. " Kami bersama instansi terkait aktifkan
patroli hutan sebagai antisipasi," imbuhnya.

Kewalahan atasi kebakaran juga dirasakan Dinas Kebakaran Kota Semarang, dampak kemarau di ini  selain kebakaran pemukiman penduduk, kebakaran lahan juga terjadi hingga beberapa kali seperti diungkapkan Kepala  Bidang Operasional Damka Kota Semarang Untung Sugiono, bahkan pada Minggu (3/9) lalu terjadi sembilan kali kebakaran.

"Kami sangat kewalahan karena sehari kebakaran di sembilan lokasi, tiga kali kebakaran rumah dan enam kali kebakaran lahan," ujarnya. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat