visitaaponce.com

Profil Choky Sitohang, Caleg DPR RI NasDem yang Ingin Memperjuangkan Toleransi di Senayan

Profil Choky Sitohang, Caleg DPR RI NasDem yang Ingin Memperjuangkan Toleransi di Senayan
Choky Sitohang dikenal sebagai presenter kondang.(MI/Rommy Pujianto)

POPULARITAS Choky Sitohang sebagai seorang artis menjadi taktik jitu mendulang suara di kontestasi politik, khususnya pemilu legislatif. Namun, caleg DPR RI Partai Nasdem dari Dapil Jawa Barat VI itu meyakini, popularitas saja tak cukup untuk berkompetisi. 

Jika ingin duduk di gedung kura-kura, seorang caleg artis juga harus memiliki pengetahuan di bidang tertentu, tekad yang kuat, dan visi-misi yang jelas, serta berpihak kepada kepentingan masyarakat.

Pembawa acara Choky Sitohang harus membuktikan bahwa dirinya memiliki kriteria-kriteria tersebut. Dia merupakan satu dari delapan orang selebriti yang ikut dalam pertarungan di Pemilu 2024 ini.

Baca juga : Caleg DPR Pemilu 2024 Didominasi Usia di Atas 41 Tahun

Terkenal di kalangan masyarakat sebagai MC papan atas, Choky mengungkap toleransi adalah alasannya untuk melanjut ke Senayan.

Choky Sitohang Putus Kuliah karena Biaya

Dipenuhi cahaya lampu sorot dan gemerlap acara televisi, masa lalu Choky Sitohang tidak lah glamor. Dia menempuh pendidikan di Universitas Parahyangan (Unpar) di Bandung. Pun demikian sempat terputus dari pendidikan formal karena keadaan ekonomi yang sulit. 

Choky membagikan kisahnya di siniar kanal Youtube Kasihsolusi, bahwa saat mendaftar ke kampus tersebut, dia sempat minder mendengar sumbangan yang diberikan rekan mahasiswanya yang lain. Kala itu, ibu Choky dengan nominal yang menurut Choky cukup besar. 

Baca juga : Ajak Warga Nyoblos, Politikus NasDem Ivanhoe: TPS Rawan Kecurangan

“Ketika saya mendaftarkan formulir itu ke Unpar, ibu saya harus jual aset, untuk bisa kasih sumbangan ke kampus. Ini semua relatif kan, soal besar dan kecil. Ketika itu, Ibu saya kasih Rp2 juta. Saya pikir itu adalah jumlah yang besar,” ucapnya di podcast bertajuk ‘KISAH PAHIT CHOKY SITOHANG: IBU NYERAH BIAYAIN GUE KULIAH, GUE DO, BAPAK GAK KERJA SELAMA 21 TAHUN’ yang diunggah pada Selasa (27/11/23). 

Setelah selesai melakukan tes masuk, Choky pun bertanya kepada mahasiswa lain terkait jumlah uang sumbangan yang diberikan. Dia tersentak karena rekan calon mahasiswanya itu mengatakan sumbangan Rp40 juta termasuk kategori kecil. Choky pun pesimis bisa masuk ke Unpar. Namun, ternyata dia lulus tes dan terpilih sebagai mahasiswa. 

Setelah masuk Choky pun tetap tak tenang. Ibunya adalah pencari nafkah tunggal di keluarga Maka biaya tetap menjadi beban pikiran. Benar saja, suatu ketika, setelah sudah menyelesaikan setengah mata kuliah yang diperlukan, Choky terpaksa drop out karena harus mencari dana di ibukota. 

Di Kota Jakarta lah Choky pertama kali bertemu dengan industri kreatif dan media, hingga akhirnya menata karir gemilangnya sebagai pembawa acara. 

Mengawali Karir di Industri Media

Dilansir dari FFI.com, Choky mengawali karir sebagai pembawa berita dan jurnalis di salah satu stasiun TV swasta pada tahun 2002. “Ya kami melakukan reportase dari lapangan, kami menulis berita, suplai berita sore, berita malam, memang tugasnya wartawan saja,” katanya di siniar Kasihsolusi.

Pun demikian, pekerjaan sebagai pemandu ajang sepak bola bergengsi EURO 2008 adalah yang membuat nama Chocky di industri media melejit.

Baca juga : Ayep Zaki Komitmen Bangun Sukabumi dengan Resmikan Jalan Kampung Purwasari

Kemampuan Choky di bidang komunikasi tak perlu diragukan. Dia berhasil memandu program televisi ternama pada masanya, yakni Take Me Out. Bahkan pada 2008, Choky menjadi MC untuk sejumlah acara penghargaan bergengsi, seperti Indonesian Movie Award dan Puteri Indonesia. 

Keahliannya menaklukan rundown acara di depan panggung pun membuatnya menerima sejumlah penghargaan. Dia adalah penerima penghargaan Most Favorite Presenter for Quiz & Game Show di Panasonic Global Award 2010 dan The Best Quiz Presenter di Nickelodeon Kids Awards di tahun yang sama.

Rekam jejak yang begitu halus di industri media dan hiburan ini tentu membuktikan bahwa Choky adalah komunikator handal dan figur yang tentu saja tak asing lagi di telinga masyarakat.

Pun demikian, popularitas dan citra positif yang diraihnya dari profesinya sebagai pemandu acara bukan satu-satunya modal untuk menjadi wakil rakyat. 

Penghormatan Kepada Pejuang Negara

Penghormatannya kepada negara menjadikan Choky sebagai sosok nasionalis yang menarik. Karena seringkali hanya tersorot di program reality show televisi, mungkin perhatian khalayak luput dari sisi nasionalis ini. 

Choky mengaku mendapatkan rasa hormat yang begitu tinggi kepada aparat baik keamanan maupun sipil, karena kakeknya yang seorang tentara menanamkannya sejak kecil. 

“Kakek saya ngajarin gini, ‘kamu kalau ketemu tentara kasih hormat, kalau ketemu polisi kamu hormat, apapun pangkat dia. Karena gini Choky, kalau suatu hari kamu bisa membangun A, B, kamu sukses, ingat di bawah tanah kamu berdiri itu ada darah para pejuang.’ itu dalam,” katanya menirukan nasihat kakeknya. 

Baca juga : Cucu Cahyanti Turun Gunung Gemakan Anies di Tasikmalaya

Choky bercerita, kakeknya merupakan salah satu tentara yang ikut mempertahankan keutuhan Indonesia dari pemberontakan DI/TII pada 1950. Kakeknya juga menanamkan berbagai macam pengetahuan tentang ideologi pancasila untuk mempertahankan keutuhan Indonesia. 

“Semua masuk, doktrin Sapta Marga, Pancasila, masuk semuanya, terutama Pancasila, makanya jangan coba-coba beradu argumentasi dengan saya mengenai patriotisme dan nasionalisme,” ucap Choky. 

Menurut caleg DPR RI dari Partai Nasdem ini, dalam terminologi kebangsaan Pancasila adalah pedoman masyarakat. Dia juga mengingatkan bahwa akan selalu ada perbedaan di antara masyarakat, tetapi keutuhan Indonesia tak bisa ditawar. 

Memperjuangkan Toleransi di Jalur Legislatif

Dok Instagram

 

Memilih jalur politik dan menjadi calon legislatif (caleg) bukan tanpa alasan. Bagi Choky, jalur legislatif nantinya akan dipakai untuk membenahi masalah toleransi di Indonesia. Hal ini datang dari keresahan Choky ketika membicarakan toleransi beragama. Dalam salah satu program di TVRI, Choky membagikan keresahannya tersebut.

Baca juga : Tak Hanya Pilpres, Masyarakat Juga Perlu Kenali Caleg di Pemilu 2024

Choky membedah makna kata ‘esa’ dalam sila pertama, Pancasila. Menurutnya ‘esa’ adalah kata yang paling tepat untuk membuat pedoman kehidupan berbangasa. Esa dan eka kesamaan arti, yakni tunggal. Namun, Choky menjelaskan kejituan para pendahulu bangsa dalam menyematkan kata Esa. 

“Tapi bersyukur pada Tuhan, bahwa para founding fathers kita menetapkan kata ‘Tuhan yang maha esa’. Esa itu kan satu juga tapi dia zat, dan Tuhan tidak bisa dibatasi oleh perspektif manusia.”

Choky menjelaskan bahwa esa adalah kata yang bisa dimanfaatkan sekelompok orang untuk tujuan-tujuan yang tidak baik. 

Baca juga : Dugaan Pelanggaran Kampanye Titiek Soeharto Masih Diproses Bawaslu

“Misalnya begini, ada orang tertentu dalam jumlah lebih banyak mengakui Tuhan yang dia sembah sebagai Tuhan yang disembah kebanyakan orang. Dia bisa saja kemudian memakai kata eka ini untuk mendiskreditkan pemeluk keyakinan yang lain.”

Tak hanya bicara, dalam beberapa kesempatan pun Choky menunjukkan secara nyata toleransi yang ingin diperjuangkannya. Dia kerap mengikuti hari perayaan dari beragam agama. 

Sebagai contoh, sebuah liputan di kanal Youtube Metro TV menyoroti cara keluarga Choky merayakan natal. Di sisi lain, pada Kamis (28/09/23) dia mengunggah foto dirinya hadir di perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H di Bekasi. 

“Perkuat silaturahmi, tambahin semangat toleransi, sambil tetap merendahkan hati dan menjunjung tinggi nilai dalam tiap perbedaan,” tulis Choky di kolom caption unggahan tersebut. 

Tak berhenti sampai di sana, konten-konten di akun Instagram @SitohangChoky, juga menunjukkan bahwa Choky rajin turun ke lapangan untuk mengantarkan gagasannya kepada masyarakat.

Berangkat dari Dapil Depok dan Bekasi, Choky beranggapan bahwa isu toleransi di dua daerah tersebut sudah menjadi perhatian nasional yang harus dibenahi. Bersama Nasdem, Choky yakin mampu menyampaikan aspirasi dan menjaga toleransi. 

“Ini bukan soal berat atau ringan, ini kerja bareng,” kata Choky. (Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat