visitaaponce.com

Puisi-puisi Welly Hidayat

Puisi-puisi Welly Hidayat
(Ilustrasi: Najimirar)

Pesan Proklamator

Wahai, kau pemuda
seratus tahun sudah kami
proklamirkan pesan kemerdekaan
seratus tahun sudah kami
wariskan kekayaan;
ke mana kau bawa itu semua,
di mana Indonesia?

Kami tak bisa lagi berkata
atau berteriak menyerukan semangat
tak bisa pula membulat kata sepakat
tapi semangat dan perjuangan kami
selalu berkobar hingga sampai ajalnya.
Kami serahkan tekad kepadamu
tuk kibarkan Merah Putih di puncak jaya.

2023


Pemuda Kini

78 tahun sudah masa kita
hampir delapan dasawarsa
sudah pantas 'tuk berlari
menyongsong Indonesia kita.
Tak cukup satu dua hari saja
tak bisa satu pasang mata
harus dengan 278 juta jiwa.
Berdebu
berpeluh
ditemani keringat, 
darah, dan kucuran air mata
kita belum jelas sudah sampai di mana
belum jadi apa-apa ijazah itu bila tak berkarya
kuasa pun tiada berguna jika tanpa karsa dan etika.
Sekarang
ambilah peran
tugas kita ialah menerus estafet bangsa
untuk generasi selanjutnya
bukan Bung Karno, bukan Bung Hatta jua
titiskanlah nama kita sebagai proklamator Indonesia Emas.

2023


Semangat dan perjuangan kami selalu berkobar hingga sampai ajalnya.


Pemuda Emas

Semangat perjuangan
gelorakan proklamasi
pembangunan terintegrasi
telah merasuki sanubari kami
telah mengaliri indra kami
'kan kami raih hingga ke langit
tak kan kami sia-siakan
'kan kami kejar walau halang merintang
'kan kami rengkuh semangat kemerdekaan;
cita-cita Bung Karno
cita-cita Bung Hatta
cita-cita Bung Syahrir.
Terima kasih wahai para pendahulu
kami menjadi poros bumi
dan panutan dalam pekerti
tuk mengharumkan Ibu Pertiwi

2023


Sastra 2045

Di bawah langit Merah Putih
sastra menjadi jalan dan jembatan
penghubung menuju Indonesia Emas.
Mengalun perlawanan, menyanyikan perubahan
terpahat dalam sejarah bangsa, kisah hidup terukir
kebijaksanaan membuncah, 
membawa marwah, dan kebesaran.
Pustaka, tempat bertumbuhnya ilmu
menyinari pikiran, membuka wawasan
oleh pena dan pikiran, kita rajut mimpi
bercahaya.

2023


Sastra Dulu dan Nanti

Sastra menjadi bagian kemerdekaan 1945
dalam bait-bait puisi, berkobar perjuangan.
Sastra menjelma cahaya dan pandu
mengarungi waktu, menanti abadi
kita menemukan pada Indonesia Emas.

2023


Baca juga: Puisi-puisi Tika Irmaningsih
Baca juga: Puisi-puisi Anton Sulistyo
Baca juga: Puisi-puisi Septi Safitri

 

 

 

 


Welly Hidayat, pemuisi, lahir di Duri, 25 Maret 1987. Menulis puisi sebagai panggilan jiwanya. Puisi-puisi di sini diterima redaksi dalam rangka mengikuti Lomba Cipta Puisi Media Indonesia 2023. Kini berdomisili dan bekerja di Pekanbaru, Riau. Ilustrasi header: Najimirar, Silhouettes, pensil di atas kertas, 30 x 21 cm. (SK-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat