Puisi-puisi Dwi Aryand
![Puisi-puisi Dwi Aryand](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/02/7a32066583406c47ecf3245ec6da3a81.gif)
Merindu Seumur Hidup
Untuk kesekian kali aku melangkah ke sini dan ke sana, meninggalkan jantung dan cahaya. Tuk menemuinya. Jauh, buram, dan tak jelas.
Bahkan dari sini, kulihat kepalanya bertunas dua. Tapi aku yakin itu memang dia; 25 tahun lagi pun aku masih bisa mengenalinya. Ia tertanam dan diberi pupuk.
Kuhampiri ia yang tampak bingung, bak semut ketinggalan kelompok. Kaget bukan main saat kutepuk pundaknya; mungkin ia takut pundaknya kucuri. Aku tertawa kecil, selalu lucu tingkahnya. Ia menatapku lekat-lekat, hampir masuk ia ke diriku, lagi.
Kepalanya menghantam batu, lupa ingatan membuatnya lupa juga denganku. Kini, kubawa ia pulang ke duniaku yang teduh dan tak riuh; yang tenang agar ia tak gamang.
"Tunggu, sebelah sepatuku tinggal," katanya.
Ia belum bisa ikut ternyata.
Februari, 2024
Baca juga : Puisi-puisi Fajrul Alam
Maling Rusuk
Kalau ingin menangis tak apa,
tak ada yang marah.
Bukannya pria juga manusia?
Katamu, seorang pria sejati
tak boleh menancapkan pisau ke dadanya.
Bahkan katamu, seorang pria sejati
tak boleh mengikat kedua tangannya di angkasa raya.
Bila mau, sebenarnya kau boleh.
Tak ada yang larang, tak semua pria terbuat dari semen kokoh;
ada pria yang hanya terbuat dari rusuk wanita.
Maka jadilah bijak karena sudah mencuri rusuk ini.
Januari, 2021
Rahasia dari Ibu
Menurutku, langit-langit kamar
sudah muak melihat aku menangis.
Seandainya ia hidup, apakah akan memarahiku
atau memelukku hangat dalam sebuah rumah?
Namun aku harap ia tak hidup,
nanti ia bongkar semuanya kepada ibu;
nanti ibu bisa tahu aku menangis
nanti ibu bisa tahu aku mengiris jari ini
nanti ibu bisa tahu aku mencabut nyawaku.
Nanti ibu tahu!
Juli, 2020
Baca juga : Puisi-puisi Dimas Anggada
Usang
Sepatu cokelat itu berjalan ke arah kantor sambil meracau karena debu dan sawang. Siangnya, ia pulang untuk bertukar peran dengan sandal hitam. Pergi ke arah masjid. Lagi-lagi berdecak, kali ini sebabnya adalah jaring laba-laba.
Sepatu cokelat berjalan lagi dengan cepat untuk kembali pulang di sore hari. Meminta peran lagi kepada sandal hitam untuk menjalankan tugas. Sialnya, sandal hitam membawanya ke neraka. Ia pergi menemui sepatu merah berhak tinggi, wajar menggoda. Di rumah, kami tidak punya.
Juli, 2020
Ketika Hanya tinggal Kanan
Sebelah sendirian. Tidak, tidak. Masih ada tiga lagi yang akan menemani. Tak akan dibiarkan kesepian, tidak akan. Kiri penghianat, pergi mencari kanan yang baru. Mencari kesenangan sesaat yang akan disesalinya. Kiri tak tau terima kasih. Kiri tak mengerti dikhianati. Kiri tak tau rasanya tak diperduli.
Si nomor satu menangis, nomor dua tertawa miris, lupa raga, lupa jiwa. Nomor tiga tak tahu apa-apa; ia masih senang bermain dan meminta darah. Padahal, untuk bernapas pun sulit saat ini. Rumah hancur, tangganya bersisa. Sisa terakhir untuk ikut dihancurkan.
Juli, 2020
Baca juga : Puisi-puisi Andi Wirambara
Dwi Aryand, nama pena dari Dwi Rizka Aryanti, lahir di Sisumut, Labuhanbatu Selatan, Sumatra Utara, 19 September 2000. Alumnus Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (2023). Kini bergiat dan berkarya dalam ranah perpuisian di Banda Aceh. (SK-1)
Terkini Lainnya
Merindu Seumur Hidup
Maling Rusuk
Rahasia dari Ibu
Usang
Ketika Hanya tinggal Kanan
Rumah untuk Peminat Puisi
Begini Kondisi Sastrawan Joko Pinurbo sebelum Meninggal Dunia Menurut Sang Istri
Penyair Joko Pinurbo Meninggal Dunia, Dimakamkan Besok
Puisi-puisi Sita Aulliya
Puisi-puisi Dana Sideros
Sajak-sajak Frans Ekodhanto Purba
Perpusnas Jalin Kerja Sama dengan Dua Perpustakaan Nasional Rusia
Khitah Negara pada Sastra Masuk Kurikulum
Rumah Akademik Masa Depan Profesional dan Kreatif di Prodi PBSI Unika Santu Paulus Ruteng
Kemendikbud Ristek Siap Perbaiki Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra
Polemik Buku Sastra, DPR RI Minta Nadiem Makarim tidak Kebablasan Keluarkan Kebijakan Pendidikan
Berbagai Aktivitas Kesusastraan di Daerah Sambut 100 Tahun AA Navis
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap