visitaaponce.com

Tiktok Semakin Ditinggal Pengguna, Kenapa

Tiktok Semakin Ditinggal Pengguna, Kenapa?
Aplikasi TikTok(AFP)

PORTAL berita asal Amerika Serikat, Gizmodo belum lama ini melaporkan semakin redupnya platform TikTok yang ditinggalkan pengguna. Musababnya, perlahan para pengguna mulai jengah dengan transformasi aplikasi asal Tiongkok itu yang dinilai tidak menyenangkan seperti dulu.

Gizmodo dalam artikelnya menyebut, TikTok telah memadati aplikasi tersebut dengan fitur yang menjengkelkan, dan mendorong konten yang mengurangi pengalaman inti para penggunanya berselancar di media sosial.

Bahkan tertulis ‘Kesuksesan media sosial adalah keseimbangan yang rumit, dan jika TikTok tidak berhati-hati, TikTok dapat menghancurkan dirinya sendiri dari dalam ke luar,’ sebagaimana judul artikel media tersebut.

Baca juga : Laporan TikTok: Konsumen di Tanah Air Kian Prioritaskan Nilai dari pada Harga

Media berbasis pada berita-berita teknologi ini bilang, salah satu contoh yang paling jelas adalah TikTok Shop. Perusahaan ini mendorong eCommerce dengan sangat keras sehingga para pengguna kehilangan esensi dari awal mula Tiktok dan kini makin dibanjiri baik dalam iklan. Bahkan, video organik dari para kreator kini mengharapkan bagian dari keuntungan.

Aplikasi ini bahkan sedang menguji fitur baru yang menggunakan AI untuk mengidentifikasi produk di latar belakang konten biasa dan mengubah setiap video menjadi iklan. Yang terbaru, perkembangan dalam format video. TikTok, dengan tujuan bersaing dengan YouTube, kabarnya sedang bersiap untuk memperbolehkan pengguna mengunggah video berdurasi 30 menit dan mendorong konten horizontal daripada format vertikal standar aplikasi.

Menurut sejumlah analis yang dikutip Gizmodo, tampaknya TikTok telah benar-benar kehilangan apa yang membuat orang jatuh cinta pada aplikasi ini sejak awal yakni video berdurasi pendek yang mendorong orang untuk menjadi kreatif dan aneh.

Baca juga : Inilah Kisah Sukses Pedagang Tanah Abang yang Manfaatkan TikTok

"TikTok tetap menjadi bisnis iklan sosial dengan pertumbuhan tercepat, tetapi pertumbuhan pendapatan iklannya melambat," kata Jasmine Enberg, Analis Media Sosial Utama di Insider Intelligence. "Ada batas atas untuk monetisasi iklan video pendek dan peralihan ke video yang lebih panjang dapat membantu meningkatkan pendapatan iklannya. Namun TikTok mempelopori revolusi video pendek, dan berisiko menyimpang dari kasus penggunaan intinya yang menyenangkan, klip yang menghibur, dan kehilangan keunggulannya."

Berdasarkan data, pengguna mulai meninggalkan Tiktok terlihat dari jumpah pertumbuhan pengguna aktif bulanan (MAU) yang tak lagi luar biasa. Kabarnya aplikasi berbagi video itu mulai ditinggal karena Tiktok Shop.

Secara jumlah download, Tiktok masih di urutan pertama. Namun, platform harus puas berada di urutan kelima dalam pengguna aktif bulan (MAU).

Baca juga : Teten: Masih Banyak E-Commerce, Tutupnya TikTok Shop Tidak Bikin Mati UMKM

Berdasarkan laporan Sensor Tower, nampaknya strategi perusahaan untuk menggenjot ecommerce lewat Tiktok Shop tak direspons baik oleh pengguna.

TikTok dikalahkan oleh Meta, karena empat besar didominasi aplikasi-aplikasi dari raksasa teknologi tersebut. Facebook yang memimpin pada tahun lalu. WhatsApp, anak usaha Meta lainnya berada di urutan kedua. Sementara peringkat ketiga dan keempat ditempati Instagram dan Messenger.

Di Indonesia sendiri, seperti diketahui, masa uji coba Tiktok Shop yang sudah bergabung dengan Tokopedia diminta oleh Kementerian Perdagangan. Kementerian Perdagangan member waktu 3-4 bulan agar adanya perpindahan transaksi dari Tiktok Shop ke Tokopedia. Dan hal itu diminta agar dipatuhi.

Baca juga :  Pemerintah Diminta Investigasi Barang Impor Dibanding Larang TikTok Shop dan Social-Commerce Lain

"Ini perlu ditransisi, makanya diberikan waktu 3-4 bulan, pindahin pedagangnya, transaksinya dan banyak itu yang diurus. Supaya dia enggak jualan di medsosnya. 3-4 bulan ini kita pantau lgi prosesnya. Tetap mereka harus patuh sama aturan," ujar Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Isy Karim beberapa waktu lalu.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat