Terapi Ganja untuk Epilepsi, Perlukah
![Terapi Ganja untuk Epilepsi, Perlukah?](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/07/75b9d8d9796a406f07542e78730c05b9.jpeg)
PERMOHONAN peninjauan penggunaan ganja untuk alasan medis menyeruak ketika seorang ibu, Santi Warastuti membawa poster bertulisan 'Tolong Anakku Butuh Ganja Medis' dalam car free day yang digelar di Jakarta Juni lalu. Santi mengatakan, putrinya, Pika, membutukan ekstrak ganja untuk meredakan kejang yang dia alami akibat cerebral palsy (CP). Selain CP, epilepsi juga diklaim bisa diterapi dengan ganja. Nafiah Murhayati, ibu dari seorang anak penderita epilepsi, juga menjadi pemohon uji materi UU Narkotika di Mahkamah Konstitusi.
Cannabinoid atau senyawa dari ganja bisa menjadi alternatif dari epilepsi, namun tidak semua jenis epilepsi efektif menggunakan senyawa cannabis ini. Meski begitu masih banyak studi yang belum konklusif terutama dalam keamanan.
"Cannabinoid dapat digunakan sebagai terapi tambahan (adjuvan) pada epilepsi, tapi tidak semua tipe epilepsi bisa efektif. Digunakan terutama untuk epilepsi yang sudah resisten dengan obat anti epilepsi yang ada," kata Dokter Spesialis Saraf RS Pondok Indah Dr dr Fitri Octaviana SpS(K) saat dihubungi, Jumat (22/7).
Baca juga: Atur Pola Makan dan Aktivitas Anak Sekolah
Baca juga: Tingkatkan Kesadaran untuk Cegah dan Kendalikan Hepatitis di Tanah Air
Berdasarkan artikel yang ditulis Hospital das Clínicas da Faculdade de Medicina da Universidade de São Paulo, Brazil dan Federal University of Amazonas, Manaus, Brazil pada 2020 menjelaskan Tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD) dapat diperoleh dari ganja, untuk THC tidak efektif pada epilepsi karena efek kontrol yang tidak pasti. THC mungkin menimbulkan risiko ketergantungan, depresi, psikosis, dan upaya bunuh diri sehingga tidak direkomendasikan.
Sementara CBD memiliki profil keamanan yang lebih baik. Biasanya, efek samping (Adverse events/AEs) ringan dan hanya diamati pada bulan pertama. Efek sampingnya hanya mengantuk, nafsu makan berkurang, diare, muntah, kelelahan, dan demam. Tingkat diskontinuitas CBD hanya 3-13 persen saja.
"CBD tidak memiliki efek psikoaktif sehingga memiliki kemanjuran anti epilepsi yang lebih konsisten daripada THC. CBD juga tidak mengaktifkan reseptor cannabinoid. Namun akan berinteraksi dengan beberapa sistem pensinyalan lainnya," tulis penelitian tersebut.
Hubungan antara kadar plasma CBD dan kontrol kejang hanya diketahui sebagian. Ada korelasi linier positif antara dosis CBD dengan kisaran 5-50 mg/kg/hari dan kadar plasma CBD kisaran 7,1-1,200 ng/mL.
Peningkatan kadar CBD sebesar 100 ng/mL terbukti berhubungan dengan penurunan frekuensi kejang sekitar dua hitungan per periode waktu. Pasien dewasa dengan epilepsi kurang terwakili di sebagian besar uji coba CBD.
Penelitian kurang
Dokter Fitri menegaskan melihat rekomendasi penelitian tersebut tidak semua epilepsi bisa diobati dengan Canabinoid. Hanya dapat dicobakan pada pasien yang tidak respons baik dengan obat anti epilepsi yang ada. "Tidak semua epilepsi efektif dengan canabinoid, ada studi yang menunjukkan efektif, ada juga yang tidak, jadi tidak bisa digeneralisasi masih perlu penelitian lagi," ujar dr Fitri.
Senada, dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi dokter sepsialis saraf Aris Catur Bintoro meminta MK menolak judicial review legalisasi ganja. Ia mengatakan, bahkan organisasi epilepsi dunia (ILEA/International League Against Epilepsy) belum sepakat ganja bisa dipakai untuk terapi kesehatan meskipun jumlah penderita tergolong besar, yakni tercatat lebih dari 8,2/1000 penduduk di dunia.
"Penggunaan kanabis sebagai salah satu obat antiepilepsi di Indonesia saat ini tidak diperlukan mengingat dukungan penelitian masih kurang, guideline tatalaksana pengobatan epilepsi yang menyatakan kanabis tidak banyak. Adanya efek samping dalam penggunaan jangka panjang serta pilihan terapi yang lain, seperti pengobatan, pembedahan, dan diet ketogenik masih bisa dimanfaatkan," tegas Aris. (H-3)
Terkini Lainnya
Penelitian kurang
Polemik Kandungan Zat Adiktif dalam Kratom, Presiden Perintahkan Lakukan Riset Mendalam
Ini Permohonan Menkumham pada DPR RI
DPR: Ganja untuk Medis Harus Diakomodir dalam Revisi UU Narkotika
RUU Perampasan Aset Harus Diharmonisasi dengan UU Korupsi, Narkotika dan Terorisme
LBHM Minta Grasi Terpidana Mati Narkoba Merri Utami Jadi Pidana Penjara
Dituntut 20 Tahun Penjara, Ini 4 Hal yang Memberatkan AKBP Dody
Pemerintah belum Jadwalkan Pelantikan Serentak Kepala Daerah Pilkada 2024
KPU RI Koreksi Jadwal Pelantikan Kepala Daerah Terpilih Pilkada 2024
Pemungutan Suara Ulang di Samosir, PKB Unggul
Kondisi Hukum Indonesia makin tidak Baik-Baik Saja
Bawaslu Tegaskan Irman Gusman tak Boleh Kampanye Jelang Pemilu Ulang
KPU Gelar Pemilu Ulang di Gorontalo dan Ternate pada 22 Juni 2024
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap